Tuesday, March 4, 2025
UNTUK INDONESIA
Thursday, January 9, 2025
BERKAT WAKTU, Buku Dakwah
Buku Baru Penggugah Semangat, Pembangun Jiwa!
Berkat Waktu: Trilogi Dakwah, Pemikiran, dan Perubahan
Setiap gagasan layak untuk dituliskan. Lewat "Berkat Waktu", seorang penulis muda berbagi pengalaman, pemikiran, dan renungan dari perjalanan dakwahnya sejak masa mahasiswa. Buku ini memuat kisah nyata tentang dinamika remaja, aktivitas di organisasi dakwah kampus, hingga perjuangan memulai perubahan dari diri sendiri.
Dengan gaya penulisan yang beragam—kadang tegas, lembut, atau penuh semangat—tulisan-tulisan ini pernah dimuat di situs Islami populer. Buku ini cocok untuk siapa saja: pendakwah, aktivis, pemuda yang sedang berhijrah, atau siapa pun yang ingin membawa perubahan positif.
Temukan inspirasi dan semangat untuk menjadi lebih baik bersama "Berkat Waktu"
✨ Ingin Perubahan dalam Hidup? Temukan Jawabannya di Buku Ini! ✨
"Berkat Waktu: Trilogi Dakwah, Pemikiran, dan Perubahan" adalah kumpulan tulisan dakwah yang penuh inspirasi. Dari pengalaman pribadi hingga pergulatan pemikiran, buku ini akan memandu Anda menuju perubahan positif. 💡
📚 DETAIL BUKU:
- Ukuran: UNESCO
- Penulis: Mohamad Khaidir
- Jumlah Halaman: 272
- Bahan Kertas: Paperbook
- Harga: Rp 96.000
- No. QRCBN: 62-428-2050-714
- Penerbit: Detak Pustaka
Link Pemesanan : https://bit.ly/BRWaktu
Jadikan *Berkat Waktu* sebagai inspirasi untuk perjalanan perubahan Anda! 🌿
Saturday, June 8, 2024
2 BUKU PEMUDA
Yang pertama ditulis pada tahun 2020 saat Covid melanda, segala pembatasan melalui aturan kemudian termanfaatkan dengan berani menuliskan berbagai akumulasi gagasan dan bacaan.
Tak mudah, karena dilakukan pada sisa-sisa waktu, karena waktu bersama keluarga dan anak-anak tetap paling utama. Namun tetap bersyukur dan serasa tak percaya bisa menyelesaikan tulisan sebanyak 352 halaman dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan.
Buku yang kedua, dituliskan pada tahun 2022, dengan kondisi yang mulai normal, tak ada pembatasan. Memanfaatkan waktu-waktu santai, ditulis sedikit demi sedikit, gubahan perasaan dan kritik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada negeri.
Ketikan tulisan pada buku "Dari Pemuda untuk Indonesia" mengalir deras, sederas semangat perubahan. Mengkritik tumpang tindih wewenang pemerintahan, mengulas bertapa berharganya menjaga lingkungan dalam jangka panjang, serta membaca tren masa depan yang akan menjadi faktor agregasi perubahan.
Semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca dan khalayak ramai, dari saya yang terus belajar menulis dan insyaAllah tak lama lagi akan menerbitkan karya selanjutnya.
Berikut Link Pemesanan Buku "Dari Pemuda untuk Indonesia" : https://bit.ly/BDPUI
Tuesday, December 5, 2023
FAKTOR PEMERSATU
Sedang serius menyimak, dalam rapat koordinasi, sambil menyadari bahwa menjadi anak Bupati, anak Gubernur, anak Ketua Majelis Syuro, dan menjadi anak Presiden itu adalah takdir. Seberapapun kita mengusahakannya, kita hanya bisa mencapai dengan segala sumber daya yang kita punya. Ada yang berhasil, ada yang tidak, ada yang masih berproses, namun tak perlu kata menyerah dan berseloroh mencemburui takdir menjadi pemimpin yang mungkin tidak memilih kita, mungkin juga memilih kita suatu saat.
Sedang serius menyimak, sambil menyadari bahwa seaktif apapun kita di organisasi, sesenior apapun kita dalam pengkaderan, sekali lagi takdir kepemimpinan dan kemuliaan itu Tuhan yang berikan. "Engkau muliakan orang yang Engkau Kehendaki, Engkau hinakan orang yang Engkau Kehendaki."
Sedang serius menyimak pemaparan dan penyaluran implementasi donasi untuk Palestina, sambil menyadari dalam politik tiada yang pasti. Media yang dulu menghinakan umat Islam kini menjadi teman, yang dulu menjadi pelaku pembubaran kajian-kajian kini jadi koalisi, yang dulu kekiri-kirian kini bergerak ke tengah dengan harapan persatuan. Ya, setiap manusia bisa berubah, maka benci dan suka itu harus sewajarnya, karena politik bukan ilmu eksakta.
Sedang serius menyimak, sambil meyakini pembelahan-pembelahan seperti saat ini salah satu solusinya adalah kolaborasi. Bukan menghina, mencaci, mencari celah, sebab jika dicari celah, maka dapatlah semua calon memiliki kekurangan, karena manusia sejatinya makhluk yang diingatkan saja bisa lupa, apalagi tidak diingatkan? Maka sambil menyimak, di dada dan pikiran terus menyalakan harapan, bahwa siapapun yang jadi pemimpin nantinya, ia harus menjadi faktor pemersatu, bukan orang-orang yang terus memelihara pembelahan serta perbedaan. Sampaikan salamku kepada mereka yang hadir pada deklarasi, sembari berbisik halus pada deklarasi, "Jenderal, jangan lupa doakan Palestina."
Monday, May 29, 2023
MEMANDANG PERBEDAAN
https://youtube.com/shorts/JpjWNL-tBOU?feature=share
#inspirasi #perbedaan #bungkhaidir #pemuda #inspirasipemuda #pengembangandiri #channelinspirasi #manusia #pandangan #beda #ragam #sosial #short #reels
Saturday, March 6, 2021
PEMUDA HARUS SADAR MEGATRENDS!
Megatrends adalah perubahan besar yang sedang terjadi di dunia, baik itu perubahan ekonomi maupun perpindahan kekuatan global. Dalam buku ini, saya menulis tentang Megatrends yang tengah terjadi dan apa saja yang harus kita persiapkan untuk menghadapinya.
‼️ BUKU BARU BUAT PEMUDA‼️
_________________________________________
Judul: Pemuda Produktif 4.5
Penulis: Mohamad Khaidir
Jenis: Non-fiksi, Pengembangan diri
Tebal: 352 hlm
Ukuran: 15 x 23 cm
ISBN: 978-623-204-537-8
Terbit: Juli 2020
Penerbit: Ellunar Publisher
Harga: Rp.106.000,-
5 ALASAN ANDA HARUS BELI BUKU INI
1. Krisis kepemimpinan, krisis narasi, tak tahu kemana kita kan menuju. Buku ini memberi rekomendasi arah baru agar Anda tak kehilangan harapan.
2. Buku ini akan mengajak Anda berjalan-jalan melintasi Kota 1001 Malam sampai Bumi Kaum Samurai.
3. Ingin mengetahui wawasan dunia berbasis fakta? Di buku ini Anda akan menemukannya. Oh iya, juga ada sedikit penjelasan tentang new normal. 😊
4. Buat Anda yang lebih banyak di rumah namun ingin tetap produktif, kreatif, dan inovatif. Baca buku ini ya, banyak tips dan triknya. 😉
5. Ada satu bagian yang akan mengajak kita semua merenung lalu ingin segera berkarya dan berkontribusi. Yang mana? Segera beli bukunya ya.. 😎
CARA ORDERNYA GIMANA?
Bisa lewat WA, ketik pemudaproduktif4.5-jumlah-nama-alamat-hp kirim ke 0896 8530 9651
#pemudaproduktif45 #buku #preordernow #bukubaru #bukupemuda #pemuda #produktif #salampemuda #literasi #narasi #gagasan #ide #Indonesia
Friday, December 18, 2020
Petualangan menuju Timur Indonesia
Mobil bus besar yang kami tumpangi melaju kencang di jalan yang semakin melebar, kami telah tiba di Sulawesi Barat. Ruas jalannya cukup luas, karena luas maka sopir bus memacu semakin kencang laju bus yang sebagian besar penumpangnya adalah mahasiswa-mahasiswi dari kota Palu Sulawesi Tengah. Tiba-tiba, sebuah mobil kecil tak terlihat oleh jangkauan jendela bus yang tinggi. “Brak!”, mobil kecil itu menyenggol badan bus bagian tengah yang tentu saja membuat lari bus menjadi tidak stabil beberapa detik. Beruntung sopir bus yang kami tumpangi dengan sigap membuat kendaraan kembali stabil lalu memutuskan untuk mengejar mobil kecil yang menyenggol tadi. Mobil kecil itu adalah mobil boks berwarna hitam, sekarang mobil itu menepi lalu bus kami ikut menepi tepat didepannya. Aku melihat sopir mobil boks kecil itu turun dan tampak emosi, ia saja emosi, lalu bagaimana kami yang merupakan korban? Sopir bus kami dan beberapa kernet nya juga bersiap-siap turun dan tampak emosi. Kami yang masih berstatus mahasiswa segera mengenakan almamater biru kebanggaan kami dan siap untuk turun sambil menahan sedikit gejolak emosi juga. Bagaimana kami para penghuni bus besar ini tidak emosi, baru saja tadi malam kami mengalami insiden juga. Semalam kaca jendela bus kami tembus dilempari batu besar, tak tanggung-tanggung, batu itu melesat menembus dua kaca jendela bus bagian belakang. Kaca jendela bus bagian belakang di sisi kiri dan kanan tentu saja menandakan bahwa batu yang dihempaskan ke bus memang ada unsur kesengajaan. Dan lebih parahnya lagi kejadian itu berlangsung di tengah malam, hampir saja batu tersebut mengenai salah seorang mahasiswi kami bernama Sundari. Sundari kebetulan duduk berdampingan dengan Cici. Sopir bus dan beberapa kernet bus yang terlanjur emosi segera mengambil parang besar lalu mencoba mengejar pelaku yang melempar bus kami semalam. Namun sang pelaku tidak ditemukan dan kami tetap melanjutkan perjalanan. Setelah semalam mengalami insiden, kini siang harinya bus kami disenggol oleh mobil boks kecil berwarna hitam.
Kami
para mahasiswa dari Universitas Pemuda di Sulawesi Tengah telah menggunakan
almamater biru dan bersiap untuk turun, sengaja kami belum turun untuk melihat
bagaimana sopir bus bertemu dengan sopir mobil boks kecil berwarna hitam.
Melihat reaksi sopir mobil boks kecil yang tampaknya tidak terima disalahkan
dan malah menyalahkan, kami segerombolan mahasiswa beralmamater biru pun turun
dari bus diikuti oleh penumpang laki-laki yang lain lalu berjalan dengan
langkah yang tegas sambal menahan emosi lalu mengerumuni mobil boks kecil
berwarna hitam. Segera setelah melihat jumlah kami sopir mobil boks kecil
berwarna hitam tampak melunak dan nada bicara yang tadinya tinggi kemudian
menjadi tampak gemetar.
“Sabar Pak, semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Saya tidak berani melawan pak,
dan saya mengaku salah.”
“Nah, begitu dong pak, Bapak yang menabrak maka
bapak yang mengaku salah. Mari kita bicarakan ini baik-baik lalu kita laporkan
ke pihak yang berwenang agar adil dalam penyelesaiannya.”
Beruntung sopir bus kami mampu meredam amarahnya dan
mau memberi kami kode untuk kembali ke dalam bus sambil tersenyum dan tampak
mengerlingkan matanya kepada kami para mahasiswa. Kejadian tak terduga ini
segera diselesaikan di pos polisi lalu lintas terdekat, tentu saja mobil boks
kecil berwarna hitam itu harus ganti rugi kerusakkan bus yang kami tumpangi. Dua insiden, yaitu insiden pelemparan batu
semalam dan penabrakan tadi siang cukup membuat diriku terkejut karena ini pertama
kalinya. Namaku Muflih, mahasiswa baru Universitas Pemuda di Sulawesi Tengah. Aku
terpilih sebagai salah satu perwakilan dari lembaga kemahasiswaan untuk
menghadiri sebuah pertemuan besar mahasiswa-mahasiswi muslim bertempat di salah
satu kampus besar di Indonesia Timur. Aku satu-satunya mahasiswa baru yang
terpilih di fakultas ekonomi Universitas Pemuda untuk bersama-sama para
pengurus lembaga kemahasiswaan lainnya menghadiri pertemuan nasional tersebut.
Seluruh perwakilan dari Universitas Pemuda Sulawesi Tengah disubsidi oleh pihak
kampus untuk biaya transportasi dan registrasi acara sebesar 50%. Jadi para
mahasiswa-mahasiswi perwakilan Universitas Pemuda Sulawesi Tengah ini harus
menggunakan biaya pribadi 50% untuk hadir di pertemuan nasional tersebut. Bisa
dibilang para mahasiswa-mahasiswi perwakilan ini harus berjuang untuk mencukupi
biaya transportasi dan registrasinya nanti. Sehingga rute yang dipilih adalah
rute yang paling hemat dan terjangkau kantong mahasiswa.
Rute
yang pertama ditempuh adalah perjalanan darat dari kota Palu menuju kota
Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Perjalanan darat yang paling
cepat adalah menyewa bus, total mahasiwa-mahasiswi yang berangkat dari Palu
adalah 17 orang, maka bus yang berkapasitas 33 orang pun didominasi oleh para
mahasiswa-mahasiswi. Aku yang berada di dalam rombongan ini merasa bahwa
seolah-olah kami para mahasiswalah yang menyewa seluruh bus ini. Beruntung
sopir dan kernet bus cukup korporatif dengan mahasiswa sehingga ketika tiba
waktu salat bus berhenti sejenak. Perjalanan dari kota Palu menuju Makassar
melewati Donggala, sengaja kami memilih bus dengan rute tersebut karena
jalanannya cukup bagus dan tidak terlalu banyak tikungan tajam yang ditemui. Rute
ini menyisir pantai bagian Barat Sulawesi Tengah lalu masuk ke Provinsi
Sulawesi Barat. Sebelum masuk ke Provinsi Sulawesi Barat, perjalanan kami
dihiasi dengan pemandangan laut yang begitu indah di sisi kanan bus dan
pemandangan bukit-bukit hijau di sisi kiri bus. Saat memasuki Sulawesi Barat di
malam hari kami dikejutkan oleh insiden pelemparan batu yang menembus beberapa
jendela kaca bus, Sundari dan Cici yang paling dekat dengan jendela yang pecah
juga menjadi dua orang yang paling trauma di antara kami. Syukurlah mereka
berdua tidak terluka. Ada pemandangan menarik ketika bus melintasi Provinsi
Sulawesi Barat, yaitu pemandangan bendera-bendera dari negara-negara asing. Aku
sedikit heran namun baru kemudian menyadari bahwa di tahun yang sama pada saat
pertemuan nasional yang hendak kami hadiri adalah tahun dimana piala dunia
diselenggarakan. Aku melihat bendera Inggris, Argentina, Spanyol, Brazil,
Jerman, Italia, Prancis, dan Uruguay berkibar di pagar rumah, berkibar di atap
rumah, dan dipohon-pohon yang tumbuh di depan rumah. Sebenarnya ada sedikit
rasa heran di dalam benakku, mengapa mereka dengan mudahnya mengibarkan bendera
bangsa asing di rumah-rumah mereka? Bukankah dulu para pejuang bangsa kita
berjuang agar merah putih saja yang berkibar? Tetapi pada akhirnya Aku mencoba
memandangnya dari perspektif lain, bahwa memang sekarang adalah eranya
kolaborasi. Bahkan sepakbola bisa menembus sekat-sekat geografis dan
nasionalis, berkompetisi sekaligus menghibur para penikmat sepakbola di seluruh
dunia. Aku menyimak pemandangan bendera-bendera asing ini sambal sesekali
mencuri pandang kepada Sundari yang manis itu. Ya, Sundari adalah mahasiswi
yang cukup manis bagiku. Dan Aku adalah lelaki normal yang juga tertarik pada
lawan jenis. Semenjak kejadian insiden pelemparan batu semalam Aku jadi lebih
memerhatikan dan mengkhawatirkan Sundari, sampai kemudian senyum manis terbit
di wajahnya sehingga Aku tak perlu khawatir lagi.
Sesampainya
di Makassar kami melanjutkan perjalanan menuju bandara Sultan Hasanuddin,
bandara bertaraf Internasional di Indonesia Timur. Aku sedikit mengalami culture shock karena kaget melihat gedung-gedung
tinggi, pusat-pusat perbelanjaan, dan peradaban masyarakat di Makassar. Pantas
saja banyak yang bilang Makassar adalah salah satu kota paling maju di kawasan
Indonesia Timur, meski sebenarnya Makassar masuk dalam kawasan Indonesia Tengah.
Sampai beberapa tahun kemudian Aku paham bahwa Makassar memang sedang
dipersiapkan menjadi kota dunia, terbukti dari acara-acara resminya yang
mengundang sekitar 40an walikota di negara-negara maju dan berkembang. Tujuan
kami sebenarnya adalah kota Ambon, maka dari bandara Sultan Hasanuddin kami
bertolak terbang ke kota Ambon di Indonesia Timur. Setibanya di kota Ambon, Aku
menyaksikan pemandangan yang juga sama dengan yang kusaksikan di Sulawesi
Barat. Bendera-bendera asing berkibar di pinggir pantai, tepatnya di
rumah-rumah warga yang berada di sepanjang pantai. Sungguh piala dunia saat itu
membuktikan bahwa olahraga sepakbola semakin mendunia. Tibalah kami di
Universitas Pattimura Ambon, sebuah kampus peradaban di Indonesia Timur. Kampus
yang akan mengadakan acara Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Nasional. Sebuah
pertemuan nasional yang bergengsi, menghadirkan pemateri-pemateri nasional
sampai internasional, sebuah pertemuan yang Aku bangga bisa hadir di dalamnya
mewakili kampusku, mewakili daerahku. Sebuah pertemuan yang penuh perjuangan
kami bisa hadir di dalamnya, untuk membicarakan masa depan bangsa Indonesia dan
apa yang bisa kami kontribusikan selaku mahasiswa-mahasiswi yang katanya adalah
agen perubahan. Sebuah pertemuan nasional yang mengajari kepadaku dan kepada
kami semua bahwa hidup itu adalah perjuangan. Tak ada yang instan, tak ada yang
mudah, untuk sampai ke Ambon saja kami masih harus berjuang mencukupi biaya
transportasi dan biaya registrasi bahkan sampai harus memilih rute termurah. Tak
sia-sia perjuangan kami hadir di tempat ini, di Universitas Pattimura Ambon.
Mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan diri, mengikuti kelas-kelas kecil,
serta menghadiri sebuah rapat besar untuk membicarakan hal-hal strategis
terkait peran mahasiswa Indonesia dalam memajukan bangsa Indonesia. Sebuah
pertemuan yang akan kukenang seumur hidupku, sebab dari sinilah Aku memulai
berorganisasi, dari pertemuan inilah untuk pertama kalinya Aku mengetahui
istilah aktivis dakwah kampus dan perannya dalam memajukan bangsa Indonesia.
Setiap kisah mempunyai pelajaran, setiap kisah sekalipun kisah itu ada hal-hal
yang buruk terjadi tetap akan membawa kebaikan dan pelajaran kepada kita.
Inilah kisahku, Muhammad Muflih dari Palu Sulawesi Tengah, seorang pemuda yang
tengah mencari jati diri dan memburu hidayah lalu menemukannya di dalam
aktivitas-aktivitas lembaga kemahasiswaan.
Tuesday, October 1, 2019
Jalan-jalan Produktif di Gedung DPR-MPR!
-
Jalan-jalan faedah, atau jalan-jalan unfaedah, kamu pilih yang mana? Jalan-jalan yang bermanfaat atau jalan-jalan yang tak bermanfaat? Bila...
-
Kota Sengkang, atau Kota Wajo, Ibu Kota Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kota yang cukup bersih dan rapi penataannya. Mobil minibus melaju ...
-
Hai Desember! Bulan terakhir dalam tahun masehi, bulan ke-12. Mari kita jalan-jalan di sebuah tempat yang instagramable di Makassar, jala...