Showing posts with label Of Change. Show all posts
Showing posts with label Of Change. Show all posts

Thursday, January 9, 2020

Agent of Change!

Serial Sang Penjelajah Arus (5)

Pantai tampak ramai pengunjung, Pantai yang menjadi ikon Kota Rantau ini juga ada sebuah Masjid di dekat anjungannya, seolah-olah seperti Masjid yang sedang terapung di tengah laut, Masjid dua lantai dengan Desain minimalis nan unik. Pemandangan Pantai juga berjejalan dengan lalu lalang penduduk kota yang mungkin sedang mencari hiburan, mungkin sedang refreshing karena penatnya Aktifitas perkotaan, rutinitas yang mungkin juga akan membuatmu bosan dengan segera, bila tak punya inovasi dan kreatifitas dalam setiap aktifitasmu. Akhirnya Adir bisa juga ke Pantai setelah bertanya kepada tetangga sekitar kost-an, bertanya tentang jalur angkutan kota menuju Pantai yang sangat ramai di sore hari, ekonomi begitu hidup di Pantai ini, penjual jagung Bakar, Minuman Saraba, Roti Bakar, di pinggir jalan tertata rapi, belum lagi di bagian Utara Pantai yang memang disiapkan sebagai kawasan kuliner, rumah makan berjejeran bagai Perumahan, masing-masing punya cita rasa yang Khas sesuai dengan kearifan Lokal Kota rantau, bahkan para pelayan bukan Melayani pelanggan Lokal saja, para turis pun dilayani dengan kefasihan berbahasa Inggris serta senyum Ramah Khas Masyarakat Nusantara yang terkenal dengan keramahannya, seolah-olah kawasan kuliner di bagian Utara Pantai ini memang sudah memiliki blue print masa depan agar kelak menjadi kawasan kuliner Lokal yang go international. Anjungan Pantai juga menyajikan pemandangan laut yang berwarna abu-abu, "kok bisa berwarna abu-abu ya?", Adir berbicara pada dirinya sendiri. Di Kampung Halaman Adir, tepatnya tiga jam perjalanan darat dari kampung Halaman, kita akan menemukan pemandangan yang sangat memukau, pemandangan yang sangat alami, di daerah Pantai Barat kita akan menemukan Danau yang masih sangat alami, hijaunya hutan serta segarnya udara di sekitar Danau sanggup membuat kita terbuai lalu berangan-angan. Bila dibandingkan dengan Danau Plivitce di Kroasia, sungguh masih amat indah Danau yang terletak di Pantai Barat ini. Tak jauh dari Danau ada muara Danau yang langsung menuju Laut di Pantai Barat. Lautnya berwarna hijau dengan karang berukuran sedang menjulang tak jauh dari bibir Pantai, konfigurasi warna yang indah, karang nya berwarna abu-abu, lautnya berwarna hijau, dan pasir putih yang bersih. Tunggu sebentar, lautnya berwarna hijau? Lalu apa yang sedang di saksikan Adir di Pantai yang menjadi ikon Kota Perantauan kali ini, Lautnya berwarna abu-abu? Saking kotornya kah hingga seperti ini? Beberapa pertanyaan menggelayuti pikiran anak muda bernama lengkap Abdul Muktadir ini. Masih adakah organisme laut yang hidup di tengah laut yang sangat kotor ini? Sampah juga terlihat mengapung kesana kemari tepat laut yang berwarna abu-abu. Apakah yang menyebabkan lautnya menjadi kotor seperti ini? Lalu Adir mengalihkan pandangannya ke arah selatan Pantai, tampak kendaraan-kendaraan proyek berukuran besar dalam jumlah yang banyak sedang membawa pasir, bebatuan, serta tanah padat untuk di timbun di atas laut. Tunggu, di timbun di atas laut? Berarti pemandangan yang sedang di saksikan di depan mata Adir ini adalah reklamasi Pantai. Tampak beberapa exkavator berukuran besar berwarna kuning dalam jumlah besar sedang merapikan tanah padat, pasir, dan bebatuan yang di timbun di atas laut. Apakah reklamasi ini yang menjadi penyebab kotornya laut di bibir Pantai? Apakah reklamasi ini yang menyebabkan organisme laut di Bagian Selatan Pantai sulit terlihat? Kalau mau di layani semua pertanyaan ini, sepertinya tak akan pernah ada habisnya, lebih baik saat ini menikmati suasana yang ada di Anjungan Pantai kebanggaan Kota Rantau ini. Orang-orang lalu lalang hilir mudik di sepanjang Anjungan, berfoto di tugu tulisan, tugu-tugu bersejarah, Patung tokoh-tokoh pengubah dunia, tugu Adipura, serta tugu yang mewakili kearifan Lokal Kota Rantau. Tapi ada satu kondisi yang menelisik hati kecil Adir melihat pemandangan beberapa anak muda yang bergandengan tangan dan bermesraan, bersentuhan kulit tanpa risih, bercanda dan berbincang menembus batas-batas yang seharusnya tak boleh di langgar, agak geli bercampur risau ketika menyaksikannya. Sebab, pemandangan ini menjadi semacam pembiaran, dianggap biasa, dan tak ada upaya saling menasihati dalam kebenaran yang terjadi. Jelas saja Adir gelisah dengan situasi ini, gelisah ini semakin menjadi-jadi mungkin karena dirinya juga belum juga menemukan pasangan hidupnya. Harus ada upaya yang di lakukan untuk membimbing anak-anak muda ini, harus ada program terpadu agar pemahaman terhadap interaksi laki-laki dan perempuan beserta batas-batasnya bisa tersebar secara masif di kalangan anak muda. Mungkin saat ini pola pembinaan ini harus segera dibicarakan dengan orang-orang yang sevisi, para engineer peradaban, para penggerak pemuda dan mahasiswa, Kampus menjadi sasaran empuk untuk menyemai serta diseminasi ide-ide besar nan mulia ini. Adir masih punya pekerjaan rumah yang sempat ia dan teman-temannya rintis di Kampus yang berada di kampung Halaman. Kali ini sedikit berbeda, Adir harus berjuang di Tanah rantau, kultur serta situasi dan kondisi yang berbeda membuat Adir harus menjadi quick learner, segera paham kekinian dan kedisinian di tanah rantau, meskipun sebenarnya Adir adalah seorang slow learner, untungnya ia memiliki semangat yang membara, Tekad yang kokoh, serta kemauan yang kuat. Menjadi Pemuda penggerak serta agent of change, siapa takut?

Oleh : Mohamad Khaidir

TIBA DI KOTA BONE