Showing posts with label Kemanusiaan. Show all posts
Showing posts with label Kemanusiaan. Show all posts

Saturday, February 10, 2024

MANUSIA OBLIGER

 


https://youtube.com/shorts/1xMmFSWX8h0?si=wx3DzEiX8Nz-cs66


#inspirasipemuda #bungkhaidir #reels #narasi #short #pemudaproduktif #inspirasi #shorts #selfdevelopment #pemuda #opini #gagasan #pengembangandiri #produktif #ide #motivasi #manusia #pengaruh #kepemimpinan #leadership #pemimpin

Sunday, November 12, 2023

LEBIH KUAT




"Aan Java's Stranden verdrigen zich de volken. Ze volgen elkander gelijk aan het zwerk de wolken. Steeds komen nieuwe meesters over her Meer. De Javaan alleen is nooit zijn heer".


Artinya : Di pantai-pantai Jawa bangsa-bangsa berdesak-desak. Mereka berganti-ganti seperti awan-awan di langit. Terus-menerus, berdatangan mereka dari seberang lautan. Hanya orang Jawa tidak pernah menjadi tuan di rumah sendiri.


Sebuah syair lama dari VETH yang termuat di surat kabar Belanda Het Nieuws Van den Dag. Sebuah syair lama di tahun 1927 yang menyindir bahwa orang Jawa secara khusus, bangsa Indonesia secara umum (Sebab penyatuan identitas Indonesia kelak terjadi di 28 Oktober 1928 pada momentum Kongres Pemuda II) tidak akan pernah merdeka. Meski syairnya seakan menyepelekan perjuangan pergerakan persatuan nasional untuk merdeka, setahun kemudian di bulan Oktober semangat para pemuda Indonesia justru semakin kuat menginginkan penyatuan identitas menuju kemerdekaan.


Lalu bagaimana dengan Netanyahu yang terus memberikan keterangan kepada pers bahwa tak akan berhenti untuk terus menyerbu Gaza karena salah satu sebab Hamas menginginkan kemenangan? Pernyataan-pernyataan negatif dari Netanyahu meski terus didesak oleh dunia internasional untuk melakukan genjatan senjata, pernyataan ini kelak akan ada batasnya. Justru narasi-narasi negatif itu akan memperkuat semangat perjuangan kemerdekaan Palestina, lahirnya generasi baru yang lebih kuat di Palestina kelak akan mengubah keadaan. Mari semuanya berdoa untuk kemerdekaan Palestina!


Mohamad Khaidir

Penggerak Pemuda, Pendukung Kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

Monday, November 8, 2021

3 TIPE MANUSIA HADAPI MASALAH

3 TIPE MANUSIA MENGHADAPI MASALAH



https://youtu.be/MtpclbIDxos


#Masalah #3Tipe #PengembanganDiri #PemudaProduktif45

Tuesday, October 19, 2021

3 TIPE MANUSIA

3 TIPE MANUSIA MENGHADAPI MASALAH



https://youtu.be/MtpclbIDxos


#Masalah #3Tipe #PengembanganDiri #PemudaProduktif45

Wednesday, September 29, 2021

3 TIPE MANUSIA MENGHADAPI MASALAH

3 TIPE MANUSIA MENGHADAPI MASALAH



https://youtu.be/MtpclbIDxos


#Masalah #3Tipe #PengembanganDiri #PemudaProduktif45

Saturday, August 21, 2021

KEPEDULIAN




KEPEDULIAN YANG MENJADI CIRI KHAS


https://youtu.be/rt2gySmy2Ho


#Peduli #cirikhas #pemudaproduktif45 #gagasan #care 

Sunday, May 23, 2021

PENANTANG ARUS

SIAPA PARA PENANTANG ARUS ?



Mereka juga adalah anak bangsa yang harus kita rangkul. Karena Pemimpin Indonesia di masa depan adalah yang dapat berkolaborasi dengan semua golongan maupun kelompok.

Klik Link ini :


https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU


#pemuda #pemudaproduktif45 #produktif #penantangarus #arus

Saturday, May 8, 2021

MENEMBUS BATAS

Saat itu adalah saat-saat berharga dan penuh pelajaran bagi saya pribadi, kami para relawan memutuskan untuk menembus batas, menuju daerah terisolir dan terpencil yang juga merupakan daerah terdampak bencana gempa.




Ketika memutuskan seperti itu, praktis tak ada satupun kendaraan yang bisa menuju ke sana. Mobil ataupun motor, bakal sulit melintas karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Kami para relawan lalu memutuskan untuk menggunakan kendaraan 'terbaik' kami, yaitu kaki yang sehat!

Kami berjalan kaki menembus batas, membelah pegunungan dan jurang, melintasi sungai-sungai kecil. Agar amanah dari para donatur tersampaikan kepada masyarakat yang terdampak bencana. Maka peristiwa ini langsung menjadi peristiwa yang saya kenang seumur hidup, bahkan saya menuliskannya dalam situs dakwah ( https://www.google.com/amp/www.dakwatuna.com/2015/11/07/76626/menembus-belantara-lore-lindu/ ) dan blog pribadi saya (PART 1 : https://gen-zjourney.blogspot.com/2019/11/kuat-kita-bersinar-di-taman-nasional.html?m=1

PART 2 : https://gen-zjourney.blogspot.com/2019/11/kuat-kita-bersinar-di-taman-nasional_21.html )

Apapun itu, dalam setiap peristiwa, kita diminta untuk menembus batas, memberikan upaya terbaik dari dalam diri dan jasmani kita, untuk kontribusi terbaik, amal terbaik, dan tentu saja untuk menggapai ridaNya.

Tuesday, December 17, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (38)

Suatu ketika pada Tahun 1944, satu tahun sebelum Indonesia merdeka, diadakan sebuah pertemuan besar di Chicago Amerika Serikat. Konvensi Chicago tersebut menghimpun para praktisi, stakeholder, serta seluruh yang berkepentingan dalam dunia penerbangan. Mereka berkumpul dengan satu ketakutan yang sama, yaitu ketakutan akan kecelakaan pada penerbangan. Lalu dihasilkanlah regulasi dan standar-standar yang sama dalam dunia penerbangan, kolaborasi kemanusiaan yang luar biasa! Pada zama sekarang dimanakah tempat yang sangat mungkin untuk berkolaborasi? Saya mengusulkannya di masjid.



Mengapa masjid? Kira-kira masjid menjadi tempat berkumpulnya simpul masyarakat yang pertama, komunitas masyarakat sekitar masjid. Masjid mampu menghimpun berbagai lapisan masyarakat, masjid digunakan untuk berbagai kepentingan seperti rapat, kerja bakti, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Menghimpun para tetangga yang merupakan keluarga terdekat kita di manapun kita berada.




Pemuda 1000 masjid melanjutkan perjalanannya di sekitaran Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, menelusuri sebuah daerah yang dipersiapkan menjadi daerah wisata di masa depan. Masjid Nurul Iman Pattalasang Gowa adalah tempat yang sangat cocok untuk kita singgahi, terletak di jalan poros Pattalasang - Bili-bili Gowa Sulawesi Selatan. Masjid yang didominasi oleh warna hijau, berpadu dengan langit biru.





Masjid Nurul Iman Pattalasang Gowa, adalah tempat berkolaborasi masyarakat sekitar, untuk bersilaturrahim, berkomunikasi, berbincang-bincang, bukan sekedar tempat beribadah semata. Perjalanan pemuda 1000 masjid masih akan kita lanjutkan, kali ini engkaupun bisa ikut dalam perjalanan pemuda 1000 masjid. Bawa semangat berkolaborasi ketika berkunjung ke masjid, ayo ke masjid!



Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, November 22, 2019

Kuat Kita Bersinar di Taman Nasional Lore Lindu! (2)

Pagi sudah menyapa, para relawan kemanusiaan akan melanjutkan perjalanan menuju lokasi terdampak bencana gempa bumi di Kabupaten Sigi, tempat yang terpencil, tak ada sinyal bagi pengguna handphone saat itu. Kami para relawan sudah begitu percaya diri bahwa kamilah mungkin salah satu rombongan yang akan pertama kali melakukan asesmen di Desa Tomado dekat Danau Lindu.

Maka berjalan kaki 4 jam semalam harus dilanjutkan setelah menikmati teh hangat dari warga lokal. Kira-kira para relawan dengan rasa percaya diri tinggi ini sangat yakin bahwa kamilah pahlawan yang secara dramatis membawa bantuan yang benar-benar dibutuhkan. Perjalanan dilanjutkan  dengan berjalan kaki lagi, sampai di sebuah tempat yang merupakan tujuan utama orang-orang berwisata ke Taman Nasional Lore Lindu Sigi Sulawesi Tengah, Danau Lindu.

Danau Lindu Sigi Sulawesi Tengah adalah salah satu wisata unggulan di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, sebuah danau luas dan berada di ketinggian yang akan membuatmu terpesona ketika menatapnya langsung. Perjalanan dengan berjalan kaki para relawan kemanusiaan dilanjutkan, melintasi padang rumput hijau yang luas, gunung yang biru, beberapa pandangan mengharukan juga kami saksikan. Rumah-rumah yang rubuh akibat gempa yang keras, bangunan-bangunan, rumah ibadah, fasilitas-fasilitas umum, sekitar 60% rubuh.



Akhirnya para relawan tiba di Desa Tomado, desa yang berada di tepi Danau Lindu Sigi Sulawesi Tengah. Dan ternyata, Voila! Ekspektasi kedatangan kami bak pahlawan sirna, sebab ditempat ini sudah sangat banyak relawan berkemah dan bermukim, bahkan membangun rumah ibadah darurat. Ada relawan dari berbagai lembaga kemanusiaan, tim bantuan medis mahasiswa dari Makassar, luar biasa! Kepedulian dan semangat kemanusiaanlah yang membuat mereka datang dari jauh-jauh menuju tempat terpencil ini. Ada pula relawan dari aparat, bahkan relawan dari partai politik berwarna biru sudah berada di lokasi ini, jadi tak relevan lagi bila ada sebuah partai politik yang mengaku paling duluan turun ke lokasi bencana, karena ketika bencana terjadi yang kita butuhkan adalah kolaborasi.



Kolaborasi, kerja sama, dari berbagai pihak, pemerintah, swasta, aparat, mahasiswa, relawan, partai politik, LSM, penting semua perbedaan yang ada kita lebur menjadi satu tujuan, yaitu membangun kembali lokasi yang terdampak bencana alam, selain membangun sarana prasarananya, juga membangun kembali mental masyarakat yang mungkin mengalami trauma. Segala perbedaan akan menjadi indah ketika kita berkolaborasi, berkerjasama, bangsa ini akan kuat dan bersinar, kuat kita bersinar! Indahnya Danau Lindu menjadi saksi setiap aksi, danau yang terletak di ketinggian, di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Buat petualang sejati, kamu harus jalan-jalan kesini ya, ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, November 21, 2019

Kuat Kita Bersinar di Taman Nasional Lore Lindu!

Ayo bangun dunia didalam perbedaan
Kita satu kuat bila kita bersinar
Harus percaya tak ada yang sempurna
Dan dunia kembali tertawa
(Kuat Kita Bersinar, Superman Is Dead)

Berbeda-beda tetap satu jua, Bhinneka Tunggal Ika, begitulah jargon bangsa kita tercinta, Indonesia. Berbagai macam sudut pandang, berbagai macam profesi, berbagai macam golongan, ribuan suku, ratusan bahasa daerah, semuanya melebur ego, agar bangsa ini kuat, agar ibu pertiwi tersenyum, agar negara ini bersinar terang!

Maka, ketika terjadi bencana alam, seharusnya perbedaan-perbedaan itu tak menjadi masalah bagi kita bukan? Kita harus meyakini kepedulian yang kita miliki dapat menembus batas-batas jarak, dapat melampaui individualisme, sebab kita bangsa yang kuat! Ketika terjadi gempa di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, sekelompok pemuda yang mencoba melampaui individualisme berencana untuk melakukan asesmen di lokasi bencana sampai lokasi yang paling terpencil.

Daerah yang menjadi tujuan sekelompok pemuda tersebut adalah Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Jaraknya 143 Kilometer dari Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Waktu tempuh sekitar 3 Jam 35 Menit untuk sampai kesana. Setibanya di gerbang Taman Nasional Lore Lindu, kita masih harus menaiki kendaraan roda dua agar bisa menjangkau desa-desa terpencil. Saat itu petang menjelang, dan ojek untuk menembus belantara hutan Taman Lore Lindu akan beroperasi pada keesokan harinya.

Pada detik itu juga ketua tim relawan memutuskan untuk tetap maju ke lokasi tujuan meski tanpa naik kendaraan, walaupun harus berjalan kaki menuju lokasi terdampak bencana gempa untuk melakukan asesmen, meski hari semakin gelap. Maka dimulailah perjalanan menembus belantara Lore Lindu dengan berjalan kaki, menembus sebuah jalan yang nyaris setapak, sebelah kiri tebing sebelah kanan jurang. Sekitar 3 jam berjalan kaki baru kemudian berganti sebelah kanan tebing sebelah kiri jurang.



Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, menyajikan pemandangan yang sangat indah, padang hijau yang luas menghampar, pedesaan dengan udara segarnya, binatang ternak makan dengan tenangnya, gunung-gunung berwarna biru, alat komunikasi tak berfungsi dengan baik disini. Segala aktvitas baru bisa di upload ketika sampai di gerbang masuk Taman Nasional Lore Lindu. Bagi para petualang harus berhati-hati dengan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kaki gajah. Petualangan ini akan terus kita lanjutkan, sebab ada sesuatu yang menarik menunggu di ujung perjalanan menembus belantara Lore Lindu, bersama para relawan kemanusiaan, perbedaan membuat kuat kita bersinar! Ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, October 18, 2019

Hujan di Gong Perdamaian Kota Ambon

Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian

Perdamaian, perdamaian

Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Perdamaian, perdamaian
Banyak yang cinta damai

Tapi perang semakin ramai

(Perdamaian, Gigi)

Perdamaian adalah sebuah anugerah, perdamaian adalah sebuah nikmat, perdamaian adalah suatu hal yang sangat di dambakan. Maka untuk mengingatkan hal penting tersebut, agar mewujud nyata di alam kehidupan, maka orang-orang merasa perlu untuk membangun sebuah bangunan, sebuah monumen penanda, sebuah monumen pengingat.


Kota Ambon Ibu Kota Provinsi Maluku, sedang mendung dan berawan, sepertinya tak lama lagi akan hujan. Para Mahasiswa dari seluruh Indonesia sedang mengadakan aksi damai, aksi kemanusiaan untuk mengingatkan masyarakat betapa pentingnya untuk terus merawat rasa kepedulian kita. Lokasi aksi adalah Gong Perdamaian di pusat Kota Ambon Provinsi Maluku.


Beberapa Kota di Indonesia juga memiliki Gong perdamaian seperti ini, untuk mengingatkan kita betapa pentingnya perdamaian, betapa pentingnya keharmonisan, betapa pentingnya kita sebagai bangsa yang besar dan bangsa yang heterogen untuk mengelola perbedaan tersebut menjadi suatu kekuatan! Menjadi faktor pemersatu bangsa ini!

Gong Perdamaian Kota Ambon, terletak di pusat Kota Ambon, dekat pula dari Masjid Raya Kota Ambon, menjadi pengingat bagi diri kita, menjadi pengingat bagi semua elemen bangsa. Bila engkau sedang bertualang di Kota ini, Kota Ambon Manise, jalan-jalanlah ke monumen penting ini, monumen yang akan mengingatkan kita betapa pentingnya perdamaian. Hujan pun mengguyur para masa aksi, hujan mengguyur Gong Perdamaian Kota Ambon, menyejukkan hati, menenangkan jiwa. Teruslah bertualang, teruslah menjelajah menikmati kebesaran Bangsa dan Negeri kita tercinta ini, Ayo ke Ambon! Ayo ke Maluku!

Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, September 29, 2019

Ayo Tonton Hayya, Its About Love, Live, & Humanity

Palestina adalah salah satu Negeri yang tengah mengalami penindasan, tengah mengalami penjajahan, Negeri para Nabi ini menjadi latar sebuah film inspiratif, film yang harus kamu tonton! Film yang sedikit menjelaskan kondisi riil pengungsi di Palestina.


Sebuah film inspiratif yang dibintangi oleh Fauzi Baadilla, Ria Ricis, Meyda Sefira, Adhin Abdul Hakim, Humaidi Abbas, Hamas Syahid, Asma Nadia, dan beberapa bintang lainnya. Fauzi Baadilla berperan sebagai Rahmat, seorang jurnalis yang terlibat dalam program kemanusiaan di Palestina, dan mendapatkan hal yang tak terduga! Seorang anak Palestina bernama Hayya menyelinap di antara barang-barang yang di bawa Rahmat ketika pulang ke Indonesia!


Maka masalah pun dimulai dari sini, apa Rahmat akan mengadopsi dan merawat Hayya? Ini pilihan yang rumit, karena bisa-bisa akan melanggar hukum 2 negara, yaitu Indonesia dan Palestina. Ditambah lagi Rahmat didesak untuk segera menikahi Yasna yang diperankan oleh Meyda Sefira. Seperti apa kisah selanjutnya? Kamu harus menontonnya, ajak keluarga serta sahabatmu! Its about Love, Live, & Humanity.

Oleh : Mohamad Khaidir


Thursday, August 29, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (8)

Kota Palu adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, sering juga disebut Bumi Tadulako. Itu juga salah satu alasan mengapa tulisan ini berjudul Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako. Gempa bumi 7,4 Skala Richter merupakan bencana yang menyebabkan duka dan trauma bagi masyarakat setempat. Pengakuan dari warga ketika gempa terjadi, berdiri saja sulit apalagi berjalan, berdampak secara fisik maupun psikis. Tak lama setelah gempa, menyusup pula tsunami yang meluluh lantahkan Pantai Talise, Pantai Silae, Anjungan Nusantara, dan beberapa titik di Pantai Donggala. Hampir bersamaan dengan liquifaksi yang terjadi di Balaroa Palu Barat, Petobo Palu Selatan, dan Desa Jono Oge Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Tulisan ini tak hendak menyajikan data-data korban ataupun data kerusakan, tetapi lebih kepada menceritakan kembali dari sudut pandang kemanusiaan, kepedulian, dan betapa pentingnya kita berjalan-jalan ke tempat ini.

Mobil truk yang kami tumpangi melaju menuju pusat Kota Palu, menurunkan beras terlebih dahulu sesuai amanah donatur, lalu meneruskan perjalanan menuju posko bencana di dekat Bandara Mutiara SIS Al-Jufri. Banyak tenda-tenda berdiri, hunian sementara para korban bencana. Langit begitu cerah, birunya sangat jelas dan terang benderang, hawa terasa panas, mengingat Kota Palu adalah daerah yang dilintasi garis khatulistiwa. Sebentar lagi serial ini alan berakhir, tetapi mari kita mengambil inspiraso sebanyak-banyaknya. Posko bencana kami adalah posko gabungan, rupanya Pemerintah Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan juga berposko di tempat yang sama. Bahkan penulis sempat bertemu dengan Bupati Enrekang yang menjabat saat itu. Ratusan mobil dari Enrekang juga mendarat menuju Kota Palu dengan semangat kemanusiaan, kepedulian, dan berbagi.

Pengalaman yang tak kalah menariknya addalah ketika Relawan dari Inggris, Jerman, dan Malaysia juga membersamai kami di posko. Bersama-sama mengatur logistik untuk di salurkan, bersama-sama melakukan asesmen, bersama-sama bekerja sama dalam misi kemanusiaan. Menyalurkan bantuan di beberapa titik pengungsian, panti asuhan, berbagi sarapan dan makan siang di camp pengungsian, sungguh menggugah hati ini, betapa hari ini kita beruntung dalam kesehatan dan keamanan. Bertemu dengan relawan gabungan, bertemu dengan orang-orang yang baik, bertemu dengan orang-orang dengan kesabaran yang luar biasa, bertemu dengan orang-orang dengan semangat yang luar biasa untuk bekerja dan bangkit kembali! Sungguh misi kemanusiaan kali ini benar adalah jalan-jalan produktif.

Menemukan inspirasi, menemukan pelajaran, lalu mengolahnya menjadi sesuatu yang dapat dibagikan, disebarkan, dibaca oleh banyak orang, anggaplah ini adalah upaya kecil kami sebagai manusia yang juga ingin berbuat, berkontribusi, membangun negeri ini. Jalan-jalan produktif adalah jalan-jalan yang juga ingin mengajakmu ikut berjalan. Menapaki langkah, bersama-sama juga berbuat, sekecil apapun itu. Hari ini, pengalaman adalah sesuatu yang sangat penting untuk dituliskan dan diceritakan. Jangan bosan-bosan berjalan-jalan dan membaca kisah selanjutnya ya!

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, August 28, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (7)

Langit subuh merona indah di ufuk timur, tak lama lagi jingga fajar akan menghiasi pemandangan langit Pasangkayu. Kaki-kaki kumal tak elok melangkah meninggalkan Masjid Raya Pasangkayu. Berbagai macam latar belakang profesi dan kondisi memulai aktivitasnya, kebanyakan yang menginap di Masjid Raya Pasangkayu adalah relawan yang hendak menuju Kota Palu Sulawesi Tengah, ada masyarakat Kota Pasangkayu, ada korban bencana yang berencana mengungsi ke Sulawesi Selatan, semuanya baru-baru saja meninggalkan Masjid dan bersiap untuk beraktivitas.

Kejadian semalam cukup mengagetkan, ratusan mobil truk pengangkut bantuan logistik diberhentikan di Kota Pasangkayu oleh aparat keamanan setempat, hasil koordinasi aparat setempat dan kendaraan pengawal bantuan logistik kemanusiaan. Rupa-rupanya ada beberapa daerah yang rawan bila dilintasi malam hari, akhirnya ratusan truk bantuan logistik di izinkan untuk melintas pada pagi hari. Jam 6 pagi rombongan mulai melanjutkan perjalanan dari Kota Pasangkayu Sulawesi Barat ke Kota Palu Sulawesi Tengah, kira-kira sekitar 3 jam lagi kami sampai ditujuan.

Alasan lain adalah, sudah ada beberapa kali kejadian mobil yang membawa bantuan logistik di jarah oleh masyarakat setempat, entah masyarakat tersebut merupakan korban bencana atau bukan, penulis tidak ingin masuk ke perdebatan kontra-produktif tersebut, tetapi pada dasarnya bantuan yang dihimpun harus disalurkan secara profesional melalui posko yang sudah terdaftar, tidak bisa disebarkan secara sembarangan layaknya Santa Clauss yang datang membagi-bagikan hadiah lalu berteriak hohoho! Amanah dari para donatur harus benar-benar disampaikan, maka ada proses asesmen, pendataan, serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Mobil meluncur mulus menuju tujuan, sepanjang jalan poros Pasangkayu Sulawesi Barat - Donggala Sulawesi Tengah kami ditemani oleh pemandangan alam yang menakjubkan. Bukit-bukit yang tak terlalu tinggi, bukit hijau dan jembatan-jembatan besar di atas sungai yang juga lebar dan besar, pantai di bagian barat, indah dan menyegarkan ketika memandanginya. Sesekali kita akan bertemu dengan jalan lurus dengan banyak rumah penduduk di pinggir jalan, ketika memasuki Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, pemandangan di dominasi oleh ribuan pohon kelapa yang berjejer rapi dan rapat sampai ke Pantai. Di Kabupaten Donggala ada beberapa tempat wisata menarik untuk sekedar rekreasi atau jalan-jalan, ada Pantai Khayalan, ada Pusentasi atau pusat laut Donggala, ada pantai Tanjung Karang Kabupaten Donggala, layak untuk dijadikan tujuan jalan-jalan produktif di lain hari.

Kami telah tiba di Kota Donggala Sulawesi Tengah, tak lama lagi akan tiba di Kota Palu, sekitar 30 menit lagi menurut perkiraan. Kami sempat menyaksikan rumah-rumah yang rubuh, rumah yang tersapu oleh tsunami di beberapa titik pesisir Pantai Donggala, yang membuat kami bertanya-tanya adalah Masjid yang berada di pinggir pantai tepat di daerah terpaan tsunami tidak mengalami kerusakan yang berarti, tetapi rumah di sekitarannya hancur berantakan. Jadi, pemandangan yang kami saksikan adalah Masjid yang berdiri kokoh ditengah puing-puing reruntuhan hantaman tsunami, tak hanya satu, ada dua yang sempat penulis saksikan. Tak terasa kami sampai di Kota Palu Sulawesi Tengah, pantai yang dulu indah kini seolah-olah menjadi kuburan masal, tampak beberapa alat berta tengah berusaha membersihkan puing- puing reruntuhan bangunan agar bisa dilewati, para relawan dari berbagai macam lembaga filantropi tengah berkolaborasi dengan TNI, POLRI, Tenaga Medis, dan masyarakat setempat bekerja sama bahu membahu agar Palu dan sekitarnya kembali bangkit, pegawai-pegawai PLN pun sedang asyik bercengkrama dengan kabel-label listrik agar listrik kembali normal di lokasi bencana. Mobil kami pun tiba di Pantai Talise, Palu bagian barat, tiba-tiba ada bau yang sangat menyengat menusuk dan menohok hidung kami, bau busuk apa ini?! Baunya tajam dan busuk!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 26, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (5)

Pemandangan kelapa sawit menghiasi lanskap sejauh mata memandang, horizon biru menyatu dengan daratan ketika jalan mulai landai, mobil truk yang membawa bantuan untuk korban bencana Palu, Sigi, dan Donggala Sulawesi Tengah bergantian melintasi kebun kelapa sawit, ada ratusan mobil truk yang melintas. Sopir truk yang mengendarai truk kami bercerita, bahwa di area kebun kelapa sawit ini, ada beberapa titik yang di anggap bahaya, sangat rawan pencurian dan perampokan. Bahkan sopir kami pernah mengalaminya, ketika ia hanya sebentar pergi membeli rokok di warung pinggir jalan, sekembalinya ke truk sudah ada seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya menodongkan senjata tajam agar sang sopir segera menyerahkan uang atau segala macam yang berharga di dalam mobil truk nya. Oleh karena itu, mobil kami berinisiatif berjalan bersama rombongan truk lainnya ketika melintasi titik-titik rawan tersebut.

Oh iya, ada cerita menarik yang hampir terlupa untuk di ceritakan sebelum kita masuk pada kisah perjalanan kami di Mamuju Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat. Mulai Campalagian Sulawesi Barat, Majene Sulawesi Barat, sampai jalan-jalan poros dari Majene ke Mamuju, kami memperhatikan beberapa masjid dan rumah, jumlahnya tak sedikit, membuka posko untuk korban bencana. Masjid-masjid sengaja dibuka untuk tempat istirahat, disiapkan pula kopi, serta makanan barat untuk para korban bencana. Rumah-rumah pun demikian, kira-kira setiap desa ada saja beberapa rumah yang di buka sebagai rest area bagi para korban bencana. Rumah-rumah tersebut juga menyiapkan makanan gratis, kopi dan minuman lainnya juga gratis, bahkan ada pula beberapa posko yang menyiapkan pakaian-pakaian bekas layak pakai. Semangat kemanusiaan, semangat kepedulian, semangat berbagi yang luar biasa ditunjukkan oleh masyarakat Sulawesi Barat. Boleh jadi hidup mereka juga sedang mengalami kesusahan atau kekurangan, namun kepedulian, kemanusiaan, dan semangat berbagi itu tetap ada bahkan besar melampaui batas-batas individualisme, luar biasa! Bisakah kita melakukan hal tersebut? Tentu saja kita bisa melakukannya.

Mobil truk yang kami tumpangi terus melaju dan tak lama lagi tiba di Kota Mamuju. Rupanya Kota Mamuju di apit oleh gunung-gunung yang tak terlalu tinggi dan pantai di bagian baratnya, Pantai Manakarra namanya. Setibanya di Kota Mamuju, kami langsung menelefon Pak Hajrul untuk meminta arahan selanjutnya. Ia meminta kami untuk bertemu, dan mampir kerumahnya, tak jauh dari pom bensin pertama yang kami dapati begitu tiba di Kota Mamuju. Seorang lelaki, kira-kita umurnya 30an tahun menunggu truk kami di pinggir jalan, tepat di depan sebuah sekolah Islam. Ia membimbing kami untuk memarkirkan kendaraan lalu berjalan bersama untuk mampir kerumahnya. Lelaki tersebut berkacamata, gurat alisnya menampakkan bahwa ia adalah seorang pejuang! Berbincang-bincang sebentar di ruang tamu, obrolan panjang soal bencana, soal dinamika terjun langsung ke masyarakat, mendengarkan keluhan dan aspirasi masyarakat, lalu setelah itu kami di jamu untuk makan diruang tengah. Mata penulis tertuju pada foto keluarga diruang tamu, foto Pak Hajrul bersama istri dan anaknya dengan pakaian resmi, pakaian protokoler seorang pejabat, songkok nasional, pin kebanggaan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, tunggu sebentar, Ternyata Pak Hajrul adalah seorang Anggota Dewan!

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, August 24, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (3)

Misi di Pinrang Sulawesi Selatan selesai! Kemudian perjalanan kami lanjutkan, menembus gelapnya malam di Kota Pinrang, mobil truk melaju dengan kecepatan yang stabil dan menyesuaikan dengan kondisi jalan. Sering sekali mobil kami berjalan bersama rombongan mobil truk dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kami mendapatkan informasi, rupanya di hari yang sama dengan keberangkatan kami, ada sekitar 200 Truk juga berangkat dari Makassar menuju Kota Palu Sulawesi Tengah, terdiri dari  bantuan beras Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan partner Kementerian Pertanian dari sektor swasta. Hari-hari yang kami lalui selanjutnya, seolah-olah ratusan mobil truk adalah penguasa jalan poros dari Kota Makassar Sulawesi Selatan menuju Kota Palu Sulawesi Tengah.

Melintasi perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, kami tiba di Polman Sulawesi Barat. Sepanjang Polman berjejer rumah makan, sebagian rombongan mobil truk dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia memilih untuk singgah ke beberapa rumah makan atau sekedar melepas penat dan beristirahat sejenak. Tetapi kami memilih untuk terus melanjutkan perjalanan menembus malam-malam yang gelap tapi suasananya tak kelam karena semangat kemanusiaan dan semangat berbagi. Tidak terlalu banyak tikungan sepanjang jalan poros Polman - Majene Sulawesi Barat. Perjalanan menembus malam lumayan menegangkan karena jalanan mulai sunyi, hanya bukit-bukit, pepohonan, rumah-rumah warga di desa, serta jalanan yang tak terlalu mulus, tepatnya bergelombang, sekian hal itulah yang menemani perjalanan kami. Tiba di perbatasan Polman dan Majene Sulawesi Barat, akhirnya sopir truk kami kelelahan dan memutuskan istirahat sejenak.

Lelah menghampiri, rasa kantuk sudah tak tertahankan, mobil truk yang kami tumpangi singgah di salah satu rumah makan sederhana, warung makan lebih tepatnya, dan ditempat tersebut tersedia tempat tidur sederhana yang keseluruhannya terbuat dari kayu, sepertinya memang sengaja disiapkan oleh pemilik warung untuk tempat beristirahat para musafir. Mata dengan rasa kantuk serta lelah yang tak tertahankan akhirnya cukup telak untuk membuat kami tumbang dan tertidur cukup pulas malam itu. Sebelum tertidur kami juga sempat menyaksikan rombongan truk pengangkut air bersih dari Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia juga singgah melepas lelah dan rasa kantuk ditempat yang sama.

Sekitar 10-15 menit berbaring, terdengar suara seperti angin, bukan ternyata ini bukan angin. Terdengar berpola lalu menghantam sesuatu. Bunyinya dari pelan secara perlahan semakin cepat, dari kecil secara perlahan semakin membesar dan menghantam daratan! Laut! Ternyata warung yang kami singgahi berada tepat di pinggir laut! Kaget bukan main, karena sepanjang jalan poros tadi adalah desa, hutan, bukit, tebing, pepohonan yang menjadi serba gelap! Lalu sekarang kami berada tepat di pinggir laut!

Perjalanan harus terus di lanjutkan, misi belum selesai. Tetapi mungkin baiknya kami beristirahat sejenak, sebab ini juga merupakan pembuktian bahwa relawan kemanusiaan juga adalah manusia dengan segala kemanusiaannya. Setelah istirahat misi ini harus terus berlanjut, ada cerita seru menanti di Kota Mamuju Sulawesi Barat! Mari beristirahat sejenak!

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, August 23, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (2)

Telefon berdering, panggilan dari seorang Sahabat. Mobil truk Sedang melaju dari Kabupaten Barru menuju Pare-pare. Sahabat yang menelfon rupanya ingin menitipkan bantuan untuk masyarakat Kota Palu. Ada bantuan dari luar negeri yang ingin disalurkan kepada Masyarakat Sulawesi Tengah yang terdampak bencana, dalam bentuk beras yang akan di paket 10 Kilogram satu karung. Para donatur tersebut ingin beras yang terbaik dan harus segera di salurkan. Maka saat itu juga sahabat yang menelefon ingin agar beras tersebut dijemput di Kota Pinrang Sulawesi Selatan.

Setelah selesai pembicaraan mengenai biaya transportasi dan teknis penjemputan beras, kami diberi kontak person yang harus dihubungi ketika tiba di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Mobil truk masih melaju di Kabupaten Barru dan tak lama lagi tiba di Kota Pare-pare. Di Kota Pare-pare mobil truk masih melaju dengan kecepatan yang sama, agak menyesuaikan dengan kepadatan kendaraan sepanjang jalan. Kota Pare-pare menyambut kami dengan ciri khas nya, angin sepoi-sepoi khas pantai Kota Pare-pare berhembus menyejukkan. Kota yang merupakan Kota Kelahiran Presiden Ketiga Republik Indonesia ini adalah Kota dengan tata ruang yang cukup rapi dan baik. Jalan-jalan di dalam kota juga agak membingungkan bagi yang tidak sering berkunjung, untungnya sopir mobil truk yang kami tumpangi benar-benar berpengalaman dan sering melintas antar provinsi.

Kami harus segera tiba di Kota Pinrang tak terlalu malam, agar pengemasan dan pengaturan beras tak terlalu menyita waktu. Jalan poros dari Kota Pare-pare menuju Kota Pinrang tak terlalu banyak belokan dan di dominasi jalan lurus. Hanya ada beberapa kilometer jalan yang sedang dilakukan pelebaran sehingga pengerjaan jalan tersebut membuat kami harus menyesuaikan kecepatan karena harus bergantian melintas dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Hampir Maghrib kami tiba di Kabupaten Pinrang, kira-kira pukul 17.30 waktu setempat kami tiba di gerbang masuk Kota Pinrang. Tempat bertemu dengan Pak Ramli, kontak person penanggungjawab beras rupanya adalah rumah makan sederhana di pinggir jalan namun menunya tak sederhana. Menu nikmat, sajian bebek goreng mengiringi diskusi kami begitu bertemu. Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan produktif bukan? Ya, penulis pun merasa seperti itu.

Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan yang bermanfaat, jalan-jalan menebar manfaat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Diskusi berlangsung cepat, ringan, dan santai, karena setelah itu kami langsung menuju Masjid Raya Pinrang untuk menunaikan kewajiban Shalat Maghrib. Beras yang akan di bawa ke Palu totalnya adalah 1500 Kilogram atau 1,5 Ton. Permintaan donatur di packing 10 Kilogram, akan tetapi keterbatasan waktulah yang membuatnya harus di packing 25 Kilogram, kami menunggu langsung di salah satu pusat distributor beras di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Kami menghitung dan mengawasi proses packing dan pemuatannya di dalam bak truk. Kemanusiaan memang tanpa batas, maka sudahkah kita melampaui individualisme kita lalu menembusnya menuju kepedulian yang elegan?

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, August 22, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako

Barang-barang sudah di tumpuk di dalam bak sebuah mobil truk, mobil truk berwarna merah dengan bak berwarna biru di belakangnya. Ukuran mobil truk tersebut tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Berbagai macam bantuan untuk misi kemanusiaan ini terkumpul di posko bantuan, di sebuah Ruko dekat Pasar Daya Baru Sudiang Makassar. Ada yang menyumbang dana, ada pakaian bekas, bahan makanan, tenda, serta bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, serta Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Perjalanan dari Kota Makassar menuju Kota Palu berjarak 826 Kilometer berdasarkan google maps, melintasi 3 Provinsi yaitu, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.

Beberapa relawan yang akan berangkat terbagi menjadi 3 tim, yaitu tim lewat udara dengan menaiki Pesawat Hercules milik Angkatan Udara Republik Indonesia, tim laut dengan menaiki Kapal Angkatan Laut Republik Indonesia, dan tim darat dengan mobil truk. Saat itu penulis tergabung dalam tim darat membawa bantuan logistik dengan mobil truk, perjalanan darat yang penuh dengan pengalaman dan cerita akan segera di mulai, mengingat fakta di lapangan tentang adanya penjarahan mobil yang membawa bantuan korban bencana.

Pagi itu pukul 8, matahari memancarkan sinar sejelas-jelasnya, dilengkapi dengan awan putih yang berarak indah bergerak dengan perlahan dan anggun, ciptaan Tuhan yang seharusnya membuat manusia semakin bersyukur jika mengamati dan memikirkannya. Mobil truk sudah berangkat denga muatan bak yang sekitar 70% penuh, sepertinya memang sengaja tidak diisi penuh agar bisa menampung bantuan tambahan. Truk melaju di Jalan Perintis Kemerdekaan menuju arah utara Kota Makassar, memasuki simpang 5 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin gerbang perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Maros sudah tampak.

Mobil truk melaju melintasi Kota Maros dengan kesibukan perkotaannya, aktifitas kantor, aktifitas perdagangan, aktifitas pendidikan, membuat jalan poros Maros lumayan padat namun tidak menimbulkan kemacetan yang berarti. Dari Kota Maros mobil truk melaju dengan cepat menuju Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau Pangkep. Pangkep dengan sajian jalan poros berbahan beton serta hamparan sawah, gunung, lembah, dan pantai cukup untuk membuat mata terjaga. Semangat kemanusiaan, semangat untuk berbagi, terpatri di dalam diri, jiwa rela berkorban sebagaimana yang di ajarkan dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di masa-masa sekolah dasar, jiwa ini kembali hidup, rela berkorban, tenggang rasa, peduli, benar-benar dirasakan dan di praktekan dalam misi kemanusiaan kali ini.

Dari Kota Pangkep, mobil terus melaju dengan kencang menuju Kabupaten Barru, sekitar 3 jam lamanya perjalanan darat dari Makassar menuju Kabupaten Barru. Perbatasan Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru letaknya tepat di pantai dengan tugu dan gerbang khas yang cukup sebagai penanda bahwa kita telah berpindah Kabupaten. Tiba-tiba handphone berdering, ada yang melakukan panggilan ditengah perjalanan panjang ini.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

PENUH PERHATIAN