Showing posts with label Maros. Show all posts
Showing posts with label Maros. Show all posts

Thursday, November 7, 2019

Meliuk Lincah di Air Terjun Lacolla Maros!

Petualangan memanggilmu

Untuk kalahkan rasa takut
Pergilah untuk pulang
Menghilanglah dan temukan
Makna sebuah perjalanan
(Petualangan, Fiersa Besari)


Jalan-jalan produktif kali ini tujuannya adalah sebuah tempat wisata yang indah di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, sebuah air terjun yang bertingkat-tingkat. Jaraknya 67 Kilometer dari Sudiang Kota Makassar, bila menggunakan kendaraan roda dua waktu tempuhnya 1 Jam 51 menit, bila menggunakan mobil waktu tempuhnya sekitar 2 Jam 4 menit.



Tempat yang akan kita kunjungi adalah Air Terjun Lacolla Maros Sulawesi Selatan. Kota Maros adalah Ibu Kota Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, kota yang pada Tahun 2013-2014 berturut-turut mendapatkan penghargaan Adipura. Dari Kota Maros jaraknya tidak terlalu jauh, kita cukup mengikuti jalan poros ke Kabupaten Bone saja, tepatnya di daerah Camba.



Air Terjun Lacolla Maros menyajikan pemandangan air terjun tiga tingkat pada bagian atas, pepohonan hijau, birunya langit dan putihnya awan, bebatuan dan batu-batu besar tempat berpijak. Ketika berpindah dari satu pijakan ke pijakan yang lain, badan harus meliuk lincah agar tak terpeleset, agar bisa berfoto di spot-spot menarik, agar bisa mengalahkan rasa takut berpetualang, agar menemukan makna sebuah perjalanan. Mari nikmati keindahan Air Terjun Lacolla Maros, ayo ke Maros! Ayo ke Sulsel!


Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, November 2, 2019

Memeluk Senja di Pantai Kuri Maros

Harum mawar di taman
Menusuk hingga ke dalam sukma
Yang menjadi tumpuan rindu, cinta bersama
Di sore itu
Menuju senja
Baru saja kuberanjak
(Menuju Senja, Payung Teduh)

Senja selalu punya cerita, cerita yang tentu akan seru bila kau senandungkan dengan rasa kagum dan rasa syukur. Jalan-jalan produktif kali ini ada hubungannya dengan jingganya senja, kita akan melakukan perjalanan menuju sebuah pantai di Kabupaten Maros. Pantai Kuri Maros, jaraknya 18 Kilometer dari Sudiang Kota Makassar, waktu tempuh sekitar 50 Menit, paling cepat bila kita memilih jalur pinggir jalan tol.




Pantai Kuri Maros, pantai indah nan anggun, terletak di antara Kabupaten Maros dan Kota Makassar Sulawesi Selatan, tempat yang sangat cocok untuk melakukan jalan-jalan produktif, tempat yang sangat cocok untuk menyambut senja. Bahkan di tempat ini engkau bisa memeluk senja, lalu mengintipnya dari pesisir Pantai Kuri Maros. Buat kamu para penikmat pantai dan senja, datanglah ke Pantai Kuri Maros Sulawesi Selatan, agar engkau bisa memeluk senja, senja yang berwarna jingga, lalu matahari terbenam dengan anggun.




Ada sebuah pohon yang sangat indah di pantai ini, pohonnya tumbuh miring namun tetap kokoh, ketika mengambil gambar dengan latar senja, maka hadirlah sebuah gambar siluet, engkau memeluk senja sambil berfoto ria dengan latar jingganya senja, indah! Foto-foto siluet yang dihasilkan juga membuktikan bahwa tempat wisata ini sangat instagramable. Aroma khas laut, angin pantai yang membalur kulit, aktivitas para wisatawan dan nelayan, buat kamu para petualang yang ingin memeluk senja, datanglah ke pantai ini, Pantai Kuri Maros, Ayo ke Maros! Ayo ke Sulsel!




Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, October 11, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (14)

Kendaraan belum terlalu banyak, pagi menyapa dengan santun dan damai, udara segar serta embun pagi membersamainya, burung-burung berkicau indah seolah sedang bersenandung indah dan bertasbih memuji. Kopi dan teh mulai disajikan sebagai pelengkap kehidupan, kaki-kaki tengah bersiap untuk bergegas, sawah hijau terhampar, gunung biru menjadi lanskap pemandangan yang indah dan menawan, pagi itu begitu nikmat, selepas Subuh Sang Pemuda sudah menyiapkan dirinya untuk bergegas, mengenakan sepatu cokelatnya yang besar, mengencangkan sabuknya, bersiap untuk beraktivitas pagi.

Alangkah bahagianya pemuda yang sebentar lagi akan mengucap ikrar suci, sebuah ikrar yang kokoh nan dalam, untuk mempersunting bidadari dunia pujaan hati, mengajaknya untuk hidup bersama serta berjuang bersama. Maka undangan pun disebarkan, menyebarkan kabar bahagia itu kepada para sahabatnya. Tujuannya adalah Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Para sahabat bergegas menuju kesana, membantu sekaligus menghadiri undangan tersebut, kabar bahagia dan membahagiakan.

Jalan-jalan produktif pun dimulai, menghadiri undangan, sebagian besar pesertanya adalah pemuda, dan alangkah beruntungnya ternyata yang berangkat adalah para pemuda yang sering mengunjungi masjid, para pemuda yang mencintai masjid. Mobil-mobil rombongan melaju, melintas jalan-jalan beton, sejak dari Kabupaten Maros jalanannya di dominasi oleh jalan beton. Sedikit berganti aspal di Kabupaten Pangkep, kemudian kembali menjadi jalan beton lagi. Pemandangan sawah, laut, batu karst, gunung, padang rumput, perkotaan, bergantian selama perjalanan, tapi ada satu tempat yang sangat menenangkan, tempat apakah itu?

Masjid selalu menjadi tempat yang menenangkan, juga tempat istirahat yang sejuk. Menjadi tempat beristirahat sejenak, tempat beristirahat dari berbagai kegiatan duniawi, untuk merenung dan bermeditasi sejenak. Rombongan telah bersiap untuk pulang, setelah menghadiri undangan, undangan yang membahagiakan. Maka mobil-mobil pun meluncur menuju Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Singgah sejenak di sebuah daerah bernama Mallusetasi Kabupaten Barru, tak jauh dari Kota Pare-pare Sulawesi Selatan. Tempat ini juga sempat menjadi pusat perhatian Sang Pemuda 1000 Masjid saat mengadakan perjalanan dari Makassar menuju Pare-pare.

Masjid At-Taqwa namanya, mungkin penamaannya terinspirasi dari suatu derajat yang sangat mulia dalam ajaran Islam, yaitu Orang-orang yang bertaqwa. Desain masjidnya sangat minimalis dan futuristik, seperti masjid masa depan. Didominasi oleh warna putih, kubahnya berwarna emas, tangga-tangga untuk naik kemasjid berwarna abu-abu. Pemandangan di belakang masjid adalah bukit hijau beserta langit biru berpadu dengan awan putih, di depan masjid juga tampak pantai beserta lautnya. Masjid At-Taqwa juga menjadi tempat favorit para petualang untuk beristirahat sejenak dalam perjalanan mereka. Inilah masjid yang indah, masjid yang sempat dilalui oleh pemuda 1000 masjid. Masjid indah dan nyaman, ayo ke Masjid!


Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, October 7, 2019

Danau Towuti dan Pulau Loeha Luwu Timur, Kamu Harus ke Sini!

Asap kendaraan mengepul, debu-debu dijalan berseliweran, terdengar bunyi klakson oleh beberapa kendaraan yang tak sabaran untuk segera melintas. Patung ayam tampak kokoh di perempatan Daya Kota Makassar Sulawesi Selatan. Perjalanan dan berbagai pekerjaan harus dimulai kembali, jalan-jalan produktif akan berlanjut kembali, bila pada perjalanan sebelumnya kota sudah mengunjungi dan mengulas pantai serta air terjun, maka pada jalan-jalan produktif kali ini berbeda.
Tempat yang akan kita tuju kali ini jaraknya cukup jauh, kita akan bergerak ke arah Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Perempatan Daya dengan patung ayamnya akan menjadi tempat kita memulai perjalanan ini. Mengapa patung ayam? Mungkin karena Kota Makassar terkenal dengan pahlawannya Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur. Begitu pula dengan Tim Sepakbola kebanggaan Kota Makassar, logo lamanya berlogokan ayam. Salah satu Universitas terkenal di Kota Makassar juga seperti itu, Universitas nomor satu di Indonesia Timur tersebut juga berlogokan ayam. Jadi, mungkin sedikit terjawab mengapa patung ayam ya.

Penulis menyarankan kita menggunakan Bus untuk menuju ke tempat tujuan kita kali ini, cukup menyiapkan Rp.250.000,-/Orang untuk memulai perjalanan ini, jangan lupa siapkan pula dana untuk konsumsi dan kebutuhan penting lainnya, karena perjalanan kita lumayan jauh, kita akan berada di kendaraan selama kurang lebih 13 jam untuk menuju Wawondula. Perjalanan darat dari Makassar menuju Wawondula memakan waktu sekitar 13 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 586 Kilometer.

Selama perjalanan kita akan melintasi beberapa Kabupaten dan Kota, mulai dari Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kota Palopo, dan mulai memasuki Kabupaten Luwu. Mulai dari Palopo sebenarnya kita sudah memasuki Kabupaten Luwu, namun tempat yang akan kita tuju adalah Danau Towuti di Luwu Timur Sulawesi Selatan. Setibanya di Wawondula, kita lanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Timampu Luwu Timur.

Pelabuhan Timampu akan menjadi tempat kita singgah sejenak untuk melanjutkan perjalanan lagi, di pelabuhan ini kita akan menyaksikan keindahan Danau Towuti Luwu Timur. Dari pelabuhan ini kita akan menyeberang menuju Pulau Loeha, sebuah pulau di tengah-tengah Danau Towuti. Siapkan dana sekitar Rp.50.000,-/Orang untuk menyeberang menuju Pulau Loeha. Pemandangan yang akan kita saksikan sangat indah dan eksotis, jernihnya Danau Towuti, batu-batu berwarna cokelat di pinggir Pulau Loeha, sangat indah!







Pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam juga sangat sayang untuk kita lewatkan, berfotolah di dermaga di pagi hari saat fajar, dan di sore hari saat petang jingga menjelang. Jernihnya danau, birunya langit, putihnya awan, batu-batu cokelat, fajar yang mengongsong, petang indah berwarna jingga, betapa indah Danau Towuti dan Pulau Loeha Luwu Timur Sulawesi Selatan! Buat kamu para petualang, harus mengagendakan jalan-jalan kesini. Indahnya alam di Luwu Timur Sulawesi Selatan, Ayo ke Luwu Timur! Ayo ke Sulsel!







Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, September 28, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (9)

Perjalanan kita kali ini di Kota Sengkang Sulawesi Selatan, jalan-jalan produktif nya pemuda yang ingin mengunjungi masjid, tak tanggung-tanggung, 1000 masjid! Sebuah masjid kebanggaan Kota Sengkang, Ibu Kota Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Dari Kota Makassar kita melewati Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan Kabupaten Barru. Di Kabupaten Barru, kita belok kanan di pembangunan rel kereta api, ke arah timur menuju Buludua. Buludua adalah jalur yang cukup populer bagi para petualang, mengingat indahnya jalur ini, pasti sangat berkesan ketika melewatinya, terutama ketika kita berada di lembah Buludua, Gunung yang benar-benar ada dua mengapit lembah ini.

Kota Sengkang terkenal dengan perdagangannya, Kota yang cukup baik dan rapi tata kelola nya di jalan-jalan utama. Kali ini pemuda 1000 masjid akan mengunjungi Masjid Agung Sengkang, masjid berkubah seolah-olah emas yang terletak di jalan poros, tepat di depan Lapangan Merdeka Sengkang. Lapangan Merdeka Sengkang adalah lapangan yang juga menjadi pusat keramaian, pusat kegiatan masyarakat setempat, mungkin karena dekat dengan pasar, dekat dengan pertokoan. Setelah malamnya bermalam di dekat Masjid Jami' Sengkang, rombongan menuju Masjid Agung Sengkang, diantara rombongan ini cukup banyak pemuda yang suka mengunjungi masjid.

Semalam memang sempat hujan di Kota Sengkang, terbukti dari sebagian jalan yang terlihat masih basah, awalnya Lapangan Merdeka yang menarik perhatian untuk sekedar foto-foto. Tetapi setelah melakukan pengambilan gambar di Lapangan Merdeka Sengkang, perhatian tertuju pada Masjid Agung Sengkang, ada pelangi yang indah dan menawan seolah berkilauan! Ditambah lagi ada kabut yang membuat tampilannya begitu indah, sinar mentari di pagi hari berpadu dengan pelangi, berpadu dengan kabut, berpadu pula dengan keindahan Masjid Agung Sengkang, luar biasa! Pemandangan semacam ini sangat rugi bila tak di abadikan, sangat sayang bila tak di dokumentasikan.



Pemuda 1000 Masjid ingin juga mengajakmu melakukan petualangan ini, setiap kita berkunjung ke suatu daerah, setiap kita berkunjung ke suatu tempat wisata, mari kunjungi juga masjidnya! Sebuah tempat ibadah yang di zaman dahulu kala juga adalah pusat peradaban. Masjid dijadikan tempat diskusi, tempat rapat, tempat belajar, bahkan di pakai sebagai tempat untuk latihan hanggar! Mari kita hidupkan kembali esensi ini, agar masjid bukan hanya simbol semata, tetapi kita para pemuda mampu memaknainya. Tak usah susah-susah, tak usah sulit-sulit, tak begitu ribet, tak begitu kompleks, cukup mengunjunginya saja, itu saja tahap awalnya. Adapun setelah itu kita akan kembangkan bersama.


Pemuda 1000 Masjid yang berkunjung ke Masjid Agung Sengkang merasakan sensasi yang beda, ia mendapat inspirasi untik terus berjuang, berkontribusi untuk bangsanya sekecil apapun itu. Buat kamu yang sedang berpetualang di Kota Sengkang, buat kamu yang sedang liburan di Kota Sengkang, buat kamu yang sedang singgah di Kota Sengkang, mari singgah sebentar di masjid ini, Masjid Agung Sengkang! Ayo ke Sengkang! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, September 5, 2019

Inilah Air Terjun Maddenge Maros!

Maddenge dalam Bahasa Bugis artinya menggendong, dan perjalanan kita kali ini ada hubungannya dengan Maddenge. Kabupaten Maros Sulawesi Selatan masih menyimpan sejumlah cerita dan perjalanan, sejumlah kisah dan petualangan, tempat-tempat wisata yang indah masih harus kita telusuri dan jelajahi, agar bertambah rasa syukur ini. Dari poros Kota Maros kita mengikuti jalan poros Maros - Bone, setelah melewati jalan masuk Taman Nasional Bantimurung Maros, kita lurus saja sampai memasuki jalan layang yang merupakan jalan masuk di Camba Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.


Jalan poros Camba Maros adalah jalan yang berbelok-belok, banyak tikungan, banyak tebing, pepohonan, bahkan ada beberapa titik sekumpulan monyet keluar dari hutan menuju jalan poros Camba. Biasanya para pengendara yang melintas memberi makan para monyet meski ada larangan, bahkan tak sedikit para pelintas jalan yang mengambil gambar, biasanya membuat jalanan agak padat karena berhenti secara sembarangan di tepi jalan.


Sekitar 40an menitan kita melintasi jalan berbelok-belok di Camba Kabupaten Maros, ada penunjuk jalan yang terbuat dari Papan bertuliskan "Air Terjun Lacolla". Tetapi bukan itu tujuan kita kali ini, tujuan kita adalah Air terjun Maddenge, Kampung Maddenge, Desa Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis belum tahu apa arti yang sebenarnya sehingga air terjun tersebut dinamakan Maddenge, apakah karena air nya seolah-olah menggendong, atau kita menuju ke lokasi harus dengan menggendong. Medannya lumayan menantang, tapi aksesnya cukup bagus untuk di lintasi para pecinta petualangan. 


Memandang sejenak keindahan alam, gunung-gunung, memandangi air jernih, pepohonan, tumbuhan-tumbuhan kecil, mendengar aliran air jernih yang mengalir, aliran air terjun yang deras, membuat tubuh rileks san menyegarkan pikiran. Bagi yang terbiasa dengan aktivitas perkotaan sangat direkomendasikan mengunjungi air terjun Maddenge untuk menyegarkan pikiran dan suasana. Ditambah lagi semilir angin sejuk, dingin, udara desa yang khas kesegarannya, sambil menikmati makanan yang hangat atau panas, sungguh sangat disayangkan bila tak rekreasi dan melepaskan penat sejenak di tempat ini. Episode jalan-jalan produktif kali ini adalah Air Terjun Maddeng Maros, tunggu apa lagi, Ayo ke Maros! Ayo ke Sulsel!




Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, September 2, 2019

Indahnya Taman Batupake Gojeng Sinjai!

Perjalanan kali ini tak kalah seru, tempat yang kita tuju adalah salah satu tempat wisata di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Dari Kota Makassar menuju Kota Sinjai sekitar 4 jam perjalanan darat. Dari jalan poros, Jalan Perintis Kemerdekaan lurus saja sampai di simpang 5 Bandara Sultan Hasanuddin, tak jauh dari Bandara kita akan memasuki Gerbang perbatasan Kota Makassar dan Kota Maros. Sampai di Kota Maros, kita cukup mengikuti jalan poros Maros saja sampai di dekat Taman PTB Maros, kita belok kanan mengikuti jalan poros Maros - Bone.

Kabupaten Maros menyimpan beberapa tempat wisata dengan keindahan alam yang luar biasa, namun kita simpan dulu untuk perjalanan selanjutnya. Jalan poros Maros - Bone yang kita lalui akan mengantarkan kita ke jalan layang, jalan layang tersebut semacam gerbang untuk masuk ke jalan berlika-liku di Camba. Jalan poros di Camba berkelok-kelok dan butuh konsentrasi penuh untuk melaluinya, sebab jalannya lumayan sempit, dekat dengan tebing dan jurang yang memaksa kendaraan roda empat dari dua arah yang berlawanan harus melambat sejenak agar bisa saling melintas.

Setelah melewati Camba Kabupaten Maros, kita akan tiba di Malawa Kabupaten Maros. Di Malawa jalan berkelok-kelok sudah berkurang, lebih banyak jalan lurus. Tetapi harus tetap berhati-hati karena di jalan lurus kendaraan cenderung memacu lajunya dengan sangat cepat.  Di Malawa Kabupaten Maros inilah gerbang masuk kita menuju Kabupaten Bone. Tak jauh setelah perbatasan Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone, lurus saja mengikuti jalan poros hingga tiba di Tanabatue. Di Tanabatue inilah kita akan menemukan tugu penanda jalan pintas menuju Kabupaten Sinjai, ada lapangan di dekat tugu tersebut.

Jalan poros Tanabatue inilah yang menjadi jalan alternatif agar cepat tiba di Kabupaten Sinjai. Jalannya lumayan ramai dan padat penduduk, tetapi sesekali kita juga mendapatkan pemandangan bukit, hutan, dan sawah, serta padang rumput yang sangat alami, bila ada waktu luang, berfotolah sejenak di sajian keindahan alam ciptaan Tuhan, bukti kesyukuran kita sebagai manusia. Ujung dari jalan poros ini adalah Kajuara Kabupaten Bone, Kajuara Kabupaten Bone berbatasan langsung dengan Kabupaten Sinjai. Memasuki Kota Sinjai, ditandai dengan tugu beberapa ekor kuda yang berlari, seolah-olah sedang bergerak menyesuaikan diri dengan lajunya mobil yang melintas.



Memasuki Kota Sinjai, kita melaju saja di Jalan Petta Ponggawae, sampai menemukan pertigaan berbentuk segitiga, belok kanan ke Jalan Bulu Manyurung. Telusuri saja Jalan Bulu Manyurung yang mendaki tersebut, karena lokasi tujuan kita adalah Taman Batupake Gojeng Sinjai ada di ketinggian, tepatnya di Jalan Kiyai Haji Achmad Dahlan Kota Sinjai Sulawesi Selatan. Pemandangan alamnya sangat indah, karena berada di ketinggian, hampir seluruh bagian Kota Sinjai terlihat, lautnya, pelabuhannya, bahkan Pulau Sembilan yang berada di seberang, Pulau dengan Gunung yang tinggi. Sangat disayangkan bila anda mampir ke Kota Sinjai namun tidak mengunjungi Taman Batupake Gojeng Sinjai Sulawesi Selatan. Ayo ke Sinjai! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, August 22, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako

Barang-barang sudah di tumpuk di dalam bak sebuah mobil truk, mobil truk berwarna merah dengan bak berwarna biru di belakangnya. Ukuran mobil truk tersebut tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Berbagai macam bantuan untuk misi kemanusiaan ini terkumpul di posko bantuan, di sebuah Ruko dekat Pasar Daya Baru Sudiang Makassar. Ada yang menyumbang dana, ada pakaian bekas, bahan makanan, tenda, serta bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, serta Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Perjalanan dari Kota Makassar menuju Kota Palu berjarak 826 Kilometer berdasarkan google maps, melintasi 3 Provinsi yaitu, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.

Beberapa relawan yang akan berangkat terbagi menjadi 3 tim, yaitu tim lewat udara dengan menaiki Pesawat Hercules milik Angkatan Udara Republik Indonesia, tim laut dengan menaiki Kapal Angkatan Laut Republik Indonesia, dan tim darat dengan mobil truk. Saat itu penulis tergabung dalam tim darat membawa bantuan logistik dengan mobil truk, perjalanan darat yang penuh dengan pengalaman dan cerita akan segera di mulai, mengingat fakta di lapangan tentang adanya penjarahan mobil yang membawa bantuan korban bencana.

Pagi itu pukul 8, matahari memancarkan sinar sejelas-jelasnya, dilengkapi dengan awan putih yang berarak indah bergerak dengan perlahan dan anggun, ciptaan Tuhan yang seharusnya membuat manusia semakin bersyukur jika mengamati dan memikirkannya. Mobil truk sudah berangkat denga muatan bak yang sekitar 70% penuh, sepertinya memang sengaja tidak diisi penuh agar bisa menampung bantuan tambahan. Truk melaju di Jalan Perintis Kemerdekaan menuju arah utara Kota Makassar, memasuki simpang 5 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin gerbang perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Maros sudah tampak.

Mobil truk melaju melintasi Kota Maros dengan kesibukan perkotaannya, aktifitas kantor, aktifitas perdagangan, aktifitas pendidikan, membuat jalan poros Maros lumayan padat namun tidak menimbulkan kemacetan yang berarti. Dari Kota Maros mobil truk melaju dengan cepat menuju Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau Pangkep. Pangkep dengan sajian jalan poros berbahan beton serta hamparan sawah, gunung, lembah, dan pantai cukup untuk membuat mata terjaga. Semangat kemanusiaan, semangat untuk berbagi, terpatri di dalam diri, jiwa rela berkorban sebagaimana yang di ajarkan dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di masa-masa sekolah dasar, jiwa ini kembali hidup, rela berkorban, tenggang rasa, peduli, benar-benar dirasakan dan di praktekan dalam misi kemanusiaan kali ini.

Dari Kota Pangkep, mobil terus melaju dengan kencang menuju Kabupaten Barru, sekitar 3 jam lamanya perjalanan darat dari Makassar menuju Kabupaten Barru. Perbatasan Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru letaknya tepat di pantai dengan tugu dan gerbang khas yang cukup sebagai penanda bahwa kita telah berpindah Kabupaten. Tiba-tiba handphone berdering, ada yang melakukan panggilan ditengah perjalanan panjang ini.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, August 21, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Pangkep!

Jalan-jalan faedah, atau jalan-jalan unfaedah, kamu pilih yang mana? Jalan-jalan yang bermanfaat atau jalan-jalan yang tak bermanfaat? Bila pertanyaan ini ditanyakan kepada para Travel-Holic tentu mereka akan menyangkal penggolongan ini, sebab tak ada satupun perjalanan yang tak bermanfaat. Pasti ada nilai-nilai dan pelajaran yang bisa di ambil dari setiap perjalanan.

Kali ini perjalanan menuju ke arah utara dari Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Yaitu Kabupaten Pangkajene Kepulauan, disingkat Pangkep. Agenda kali ini adalah memenuhi undangan syukuran, sebagian rombongan menggunakan mobil dan sebagian lagi menggunakan motor. Dari Jalan Sultan Alauddin rombongan berkumpul lalu berangkat, belok ke arah utara di Jalan Andi Pangeran Pettarani, belok lagi ke arah timur di Jalan Perintis Kemerdekaan sampai jalan poros tersebut mengarah ke utara. Di Jalan Perintis Kemerdekaan cukup banyak kantor-kantor instansi pemerintahan, warung kopi, rumah makan, kampus-kampus, serta pusat-pusat perbelanjaan di Kota Makassar. Perjalanan kami sempat melambat karena mendapati padatnya kendaraan di jalan poros Daya Makassar.

Sampai di dekat Bandara Sultan Hasanuddin kita akan mendapati simpang lima, perjalanan menuju Pangkep sebaiknya melewati terowongan simpang lima, arahkan kendaraan anda ke arah tengah saat tinggal 700 meter lagi sebelum simpang lima bandara. Setelah melewati terowongan simpang lima, kendaraan melaju sampai di batas antara Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Gerbangnya cukup jelas dan besar, berwarna putih dengan kombinasi warna biru, serta logo Kabupaten Maros terpampang jelas di tugu tersebut. Sesampainya di Kota Maros, ikuti jalan poros saja sampai menuju Pangkep. Kabupaten Maros menyimpan beberapa potensi wisata yang cukup terkenal dan indah, bukan hanya terkenal skala lokal saja, bahkan popularitas tempat wisata seperti Bantimurung juga sampai ke mancanegara. Ada Taman Pra-sejarah Leang-leang, ada lembah Rammang-rammang, ada pula Bumi Perkemahan Pucak Maros. Wisatawan yang datang ke Sulawesi Selatan pada umumnya cukup banyak mengenal 2 tempat wisata yang cukup populer yaitu, Pantai Bira Bulukumba dan Taman Nasional Bantimurung Maros.

Baik, kita lanjutkan lagi perjalanan kita menuju Pangkep, dari jalan poros Maros cukup mengikuti jalan poros ini saja, sekitar 40an menit kami tiba di perbatasan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Memasuki Kota Pangkep, tata kotanya begitu rapi, kantor-kantor pemerintahan, toko-toko, institusi pendidikan, rumah makan, tertata dengan baik dan rapi di sepanjang jalan poros Kota Pangkep. Jalan porosnya juga cukup bersih dan rapi, wajar kemudian kota ini pernah memperoleh Penghargaan Adipura. Sebelum Jembatan ada taman yang indah, ada pula tugu bertuliskan Tonasa, sebuah merek Semen lokal yang terkenal di Sulawesi Selatan, bahkan terkenal di Indonesia. Setelah jembatan kita belok kiri, ke arah barat, terus lurus melewati pasar menuju lokasi undangan. Sepanjang jalan ini cukup banyak sawah dan kolam ikan, lalu belok kiri ke arah selatan, penandanya adalah cerobong asap yang mengepulkan asapnya di dekat pantai. Hari itu cukup membahagiakan, pertama kali berlibur ke Pangkep, menikmati persaudaraan, bercanda dan tertawa, makan-makan, foto-foto, berbagi cerita dan diskusi bersama. Sepertinya jalan-jalan produktif bukan lagi sekedar konsep, tetapi dapat kita praktekan dimana pun, kapanpun, bersama Sahabat. Yuk simak bersamaku bagaimana itu jalan-jalan produktif!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 19, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Pare-pare!

Kali ini perjalanannya lebih seru lagi, yaitu menuju perbatasan antara dua Kabupaten terkenal di Sulawesi Selatan, dekat pembangkit listrik yang pernah menjadi postingan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo dalam salah satu akun media sosial milik Beliau. Dimanakah tempat tersebut?

Tak terlampau jauh dan tak terlalu lama untuk sampai kesana, dari Kota Makassar sekitar tiga sampai empat jam dengan kondisi lalu lintas normal. Bahkan penulis sendiri pernah tiba di tempat tersebut hanya dalam waktu dua jam tujuh belas menit, dengan catatan berangkat sehabis shubuh dari Kota Makassar. Kota Pare-pare yang hendak dituju, kalau Kota Watampone/Bone adalah Kota Kelahiran Jusuf Kalla (JK) Wakil Presiden Republik Indonesia, maka Pare-pare adalah Kota kelahiran B.J.Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, penulis tengah menunggu seorang pemuda cerdas bernama Azis untuk bersama-sama menuju lokasi perkemahan yang hendak dituju. Halte bus di jalan perintis kemerdekaan Sudiang menjadi tempat perjanjian untuk berangkat bersama menuju Pare-pare. Maka berangkatlah mobil sewa dengan beberapa penumpang di dalamnya, seperti biasa setelah dari Makassar memasuki Kabupaten Maros kendaraan agak padat sehingga cukup memakan waktu untuk melintasi jalan poros di Maros. Mungkin karena masih belum ada jalan alternatif selain jalan poros Maros yang menyebabkan kepadatan hampir setiap hari.

Sesudah melintasi Kota Maros, jalanan cenderung lancar dan mulus, kecuali beberapa bagian jalan yang berlubang yang perlu mendapat perhatian pemerintah setempat. Memasuki Kabupaten Pangkep, jalanan juga cenderung lancar, sama halnya di Kabupaten Maros, jalan poros di Pangkep juga masih ada yang berlubang dan perlu penanganan serius. Sesudah Pangkep selanjutnya adalah Kabupaten Barru, Kabupaten Barru cukup menjanjikan perjalanan yang nyaman kecuali jalan poros di Kota Barru. Cukup banyak lubang di jalan poros tersebut yang semoga segera dibenahi mengingat jalan ini termasuk dalam Kota Barru.

Sesudah Kabupaten Barru, kita memasuki Kota Pare-pare setelah sebelumnya melalui jalan yang cukup panjang dan indah ketika berpadu dengan pemandangan pantai serta pulau-pulau kecil. Gerbang bertuliskan Selamat Datang di Kota Pare-pare menjadi penanda bahwa kita telah tiba di Kota Kelahiran Presiden Ke-3 Republik Indonesia. Tak berapa jauh, mobil berhenti di Pom Bensin dekat pertigaan Terminal Angkutan Darat Kota Pare-pare. Dari sini, Mobil Suzuki Ertiga menjemput untuk kemudia melanjutkan perjalanan ke Bacukiki Pare-pare. Belok ke arah Timur, sebelum terminal angkutan darat belok lagi ke arah utara, jalannya agak menanjak.

Pemandangan gunung kecil, lembah, dan sawah sangat sayang untuk di lewatkan, cukup eksotis dan indah untuk piknik serta rekreasi bersama keluarga. Lalu belok lagi ke arah Timur, ke jalan menanjak lurus dan sedikit berbelok-belok sebelum akhirnya tiba di Bacukiki Pare-pare. Bukit indah dengan Kincir Angin Pembangkit Listrik menyambut kedatangan kami. Sebelum tiba di Bumi Perkemahan Bacukiki Pare-pare, kita juga melewati pemukiman penduduk dan sedikit hutan belantara. Setibanya di bumi perkemahan yang cukup tinggi ini, terlihat kincir angin pembangkit listrik tenaga bayu yang terletak di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Rupanya Bacukiki berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidrap. Ratusan mobil dan motor terparkir di area bumi perkemahan, kebun jagung mengelilingi area ini. Dekat dengan kompleks kuburan cinta, bumi perkemahan menampilkan panorama Kota Pare-pare, pantainya, bahkan Kota Pinrang juga terlihat. Ayo jalan-jalan ke Bacukiki Pare-pare! Ayo jalan-jalan ke Sulawesi Selatan!


Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, August 16, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Sengkang/Wajo!

Kota Sengkang, atau Kota Wajo, Ibu Kota Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kota yang cukup bersih dan rapi penataannya. Mobil minibus melaju melintasi jalanan yang mulus, mobil yang kali ini membawa Dua Orang Pemuda bervisi peradaban. Dua Pemuda ini hendak memantau perkembangan salah satu Program Pemerintah, yaitu Program Pemuda sarjana penggerak pembangunan pedesaan. Para pemuda yang di tempatkan di desa, para pemuda sarjana, yang akan berkontribusi untuk pembangunan di desa penempatan.

Dari Makassar menuju Kota Sengkang, terlebih dahulu melewati Kota Maros yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Maros. Dari Maros kemudian melewati Kota Pangkep, Ibu Kota dari Kabupaten Pangkajene Kepulauan, lalu menuju Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jalanannya cukup lurus saja, tak terlalu banyak belokan, juga masih ada sedikit lubang-lubang kecil di jalan yang harus segera menjadi perhatian pemerintah setempat. Dari Kabupaten Barru, Berbelok ke kanan atau ke arah timur tepat di Perempatan dekat dengan Rel Kereta api yang sedang di bangun.

Mulai dari Kabupaten Barru ini kita akan melewati salah satu jalan alternatif yang cukup menantang. Berkelok-kelok, tikungannya cukup tajam, bahkan ada beberapa tikungan yang sudut berbeloknya nyaris 1 lingkaran, ada 11 jumlahnya menurut perhitungan penulis. Jalan alternatif tersebut terkenal dengan nama Buludua, mengapa Buludua? Tak ada yang tahu secara pasti apa makna sebenarnya, tetapi menurut cerita Bulu artinya Gunung, dua adalah jumlah, memang benar ada dua gunung besar yang dilewati ketika melintas di jalan ini. Gunung nya cukup eksotik dan memanjakan mata, tebingnya cadas, berpadu dengan warna hijau karena sebagian permukaannya subur, ada pula warna kuning yang berpadu seolah-olah level warna yang sedang bersanding dengan warna hijau, dari hijau ke kuning, ditambah birunya langit dan awan mendung yang menggantung di atas tebing eksotik buludua, bisa engkau bayangkan bukan indahnya pemandangan buludua?

Warga masyarakat di sekitaran Buludua pada umumnya adalah petani dan mengelola kebun, lembah buludua yang indah, adapula pesantren di lembah buludua ini, adapula beberapa Rumah makan di rest area Buludua, tepat di puncak. Diselimuti kabut yang sedikit mengurangi jarak pandang, lampu mobil harus dinyalakan dalam kondisi ini, dinginnya juga semakin menjalar dalam sel-sel kulit. Sesudah buludua, kita akan mendapati Kabupaten Soppeng sebelum akhirnya memasuki Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Memasuki Soppeng, jalanan mulus dan mulai padat dengan pemukiman warga masyarakat, daerah yang cukup banyak pedagang serta wirausaha. Jalan dari Soppeng menuju Wajo atau Sengkang di dominasi oleh jalan lurus dan mulus, meskipun padat perumahan, aroma sejuknya udara pedesaan masih terhirup, mungkin karena Soppeng berhasil tetap menjaga hijaunya lingkungan sekitar meskipun padat perumahan.

Bertemu dengan para pemuda yang sedang membangun desa di Kabupaten Wajo adalah pengalaman yang memiliki sensasi tersendiri. Membangum Desa dengan Program Kewirausahaan, program pemberdayaan masyarakat, program pengabdian kepada masyarakat, luar biasa! Seharusnya program-program seperti ini yang perlu dilanjutkan dan dikembangkan. Indahnya Kabupaten Wajo beserta desanya mengundang asa untuk kembali berkunjung dan menikmati keramahan masyarakat, Sulawesi Selatan masih menyimpan potensi keindahan alam yang luar biasa dan masih banyak lagi, ayo ke Sulsel!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 12, 2019

Bone Im In Love

Kali ini perjalanan yang Ke-5 (Lima) dalam setahun, perjalanan yang ingin memecah kebuntuan berpikir, menarik diri dari riuhnya Aktivitas Perkotaan. Perjalanan yang menembus ketidaknyamanan menuju kenyamanan, begitu Harapannya, padahal kehidupan tidak seperti itu, Dinamika kehidupan memaksa kita untuk belajar menikmati kenyamanan serta menerima ketidaknyamanan. Kita harus menuliskannya, menuliskan sebaik mungkin, dengan tinta suci nan murni, bait-bait kehidupan harus kita tuliskan.

Bermula dari Kota Daeng, Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kota yang baru-baru saja merayakan kemenangan dalam pertandingan Sepak Bola, melawan Tim Sepakbola kebanggaan Ibu Kota Indonesia. Setelah sebelumnya kalah 1-0 saat bertandang di Jakarta, Kesebelasan Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) membalas kekalahan tersebut di Stadion Andi Matalatta, Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta (Persija) harus mengakui keunggulan 0-2 dari PSM. Gelar Juara bagi PSM setelah 19 Tahun puasa Gelar, sungguh membanggakan! Beberapa sektor sekitaran stadion sempat merayakan selebrasi, luapan kegembiraan, semangat para pemuda, bergelora memenuhi atmosfer penggila bola di Kota Makassar! Selamat buat PSM!

Dari Makassar, menuju Kota Watampone, tak terlampau jauh, apalagi yang sudah terbiasa melintasinya. Jalannya berkelok-kelok cukup ekstrim ketika memasuki Camba Kabupaten Maros, namun tak beberapa lama melewati jalan yang cukup ekstrim ini semenjak jalan layang keren yang menggunakan APBN selesai dirampungkan. Cukup indah jalan layang tersebut, lumayan menghemat sekitar 1 Jam, lebih cepat menuju perbatasan Kabupaten dan Kabupaten Bone. Tak sedikit pula kita akan menyaksikan segerombolan Monyet Hutan muncul di pinggir jalan. Ada beberapa papan petunjuk yang menunjukan Leang, penulis sendiri masih penasaran keindahan alam macam apakah di ujung papan penunjuk tersebut.

Ketika masuk di Kabupaten Bone, kita juga akan menyaksikan pemandangan alam yang menarik dan tidak membosankan. Ada beberapa rest area yang menjadi Favorit para Musafir dari Makassar menuju Bone atau dari Bone menuju Makassar, yaitu Jabal Nur dan Beberapa Rumah Makan yang ada di Cijantung. Pemandangan menakjubkan sawah hijau berpadu dengan Gunung dan langit biru serta awan putih begitu Indah ketika masuk di Lappariaja dan Bengo Kabupaten Bone, sayang penulis belum melihat Rumah Makan, Rest Area, atau Tempat Wisata daerah Tersebut.

Setiap perjalanan tentu mengandung hikmah dan menyimpan kenangan yang tak terlupakan. Seperti ketika penulis pertama kali melakukan perjalanan menuju ke Bone dari Makassar, dengan modal seadanya, hendak melamar sang Pujaan Hati, kejadiannya sekitar 3 tahun yang lalu. Sangat mendebarkan, sekaligus mengharukan, menggembirakan sekaligus menegangkan, aduhai, siapa yang tak berkesan ketika melamar Sang Pendamping Hidup yang akan berjuang bersamamu, membantumu dalam suka dan duka. Kota Beradat yang menyejarah, pusatnya Kerajaan Besar, Kerajaan Bone di masa lampau. Kota Kelahiran JK.

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, August 8, 2019

Bone & Pemuda Desa

Ayo Diskusi! Diskusi membuka pikiran, yang tadinya Tertutup akan sedikit terbuka. Yang tadinya terbebani mungkin akan menjadi sedikit lebih ringan. Yang tadinya hanya memiliki satu perspektif, nantinya akan semakin objektif karena nantinya di diskusi bisa menjadi multi-perspektif. Kali ini perjalanan para pemuda yang suka berdiskusi ini menuju Tanah Bone, Bumi Arung Palakka. Jalan-jalan sambil Bangun Indonesia, Bangun Indonesia sambil jalan-jalan, Asyik bukan?

Jalanan menuju Bone cukup menguji Adrenalin, terutama yang memulainya dari Kota Makassar lalu memilih rute terdekat yaitu Camba Kabupaten Maros. Tikungannya cukup tajam, melewati pepohonan dan jenggala, tebing-tebingpun cukup terjal, ditambah lagi jalan yang lumayan sempit. Tetapi seharusnya, sulitnya medan tidak mereduksi semangat para Darah Muda, Darah yang berapi-api Kata Bang Haji Roma Irama, Hehehe.

Perjalanan memakan waktu sekitar 3 Jam 8 Menit untuk sampai ke Kota Bone. Berkumpul di salah satu Rumah Makan terkenal di Kota Bone, Para Pemuda baru saja tiba lalu segera melaksanakan Shalat sebelum memulai bincang-bincangnya. Pemuda yang begitu bersemangat juga menambah semangat, Bagai Gelombang yang awalnya kecil lalu membesar di ujung Pantai.

Matahari memancarkan sinarnya, sangat cerah hari itu. Birunya langit sangat jelas terpapar, lalu bincang-bincang nya pun berlangsung secara santai dan elegan, tetapi program yang di hasilkan betul-betul riil menyentuh pemuda di Desa. Mengapa di Desa? Desa punya pengaruh yang kuat dalam pembangunan bangsa ini. Jadi, kalau ingin membangun Indonesia mulailah dari membangun Desa. Kalau ingin Bangsa ini Progresif, mulailah dari Para Pemuda bertekad kuat, Pemuda-pemuda yang akan menyebarkan semangat positifnya.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

AIR SURUT