Showing posts with label Sigi. Show all posts
Showing posts with label Sigi. Show all posts

Monday, September 28, 2020

Seorang Hamba

 


2 Tahun yang lalu.. Gempa, Tsunami, & Likuefaksi melanda Kota Palu, Sigi, & Donggala..

Jeritan, tangisan, dan semangat untuk bangkit setelah bencana berdinamika menghiasi tenda-tenda pengungsi..

Bencana juga sebagai pengingat kepada kita, bahwa mungkin saja apa yang terjadi di alam adalah cara alam merespon ulah manusia..

Tahu teori "Butterfly Effect" kan?

Bencana juga mengingatkan kembali bahwa sejatinya kita semua adalah seorang hamba..

#bencana #palubangkit #likuefaksi #gempa #tsunami #palu #sigi #donggala #sulawesi #sulteng #pengingat #sadar #hamba

Friday, January 3, 2020

Bertualang dan Berkemah di Puncak Matantimali!

Ketika engkau berada di sebuah tempat, atau sebuah daerah, jangan lupa dekati pemudanya. Sepertinya pesan itu sangat cocok buat para petualang, buat para penjelajah dan penyuka tantangan baru. Ya, bila engkau sudah akrab atau berteman dengan mereka, para pemuda tersebut akan mengajakmu jalan-jalan ke suatu tempat, jalan-jalan yang produktif, perjalanan yang berkesan dan tak terlupakan, menikmati keindahan alam, percayalah! Aku sudah pernah mencobanya!

Mengabdi di Desa Porame Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah selama 2 bulan, merupakan pengabdian yang sangat berkesan. Terutama ketika para pemuda setempat mengajak kami berkunjung ke suatu tempat untuk berkemah, sebuah puncak yang terkenal bahkan terkenal di Kota Palu Sulawesi Tengah, terkenal di kalangan pecinta alam, terkenal di kalangan para petualang, tersohor di kalangan wisatawan, populer di kalangan para atlit paralayang, tempat itu adalah Puncak Matantimali. Kira-,kira jaraknya 17 Kilometer dari Desa Porame, karena medannya lumayan berat maka perjalanan memakan waktu sekitar 45 Menit untuk sampai di puncak.

Jalan menuju Puncak Matantimali lumayan menantang dan terjal, pendakiannya nyaris 70an derajat kemiringan, maka keprimaan tubuh dan kondisi kendaraan harus dalam keadaan baik bahkan sangat baik. Jalannya berbelok-belok agar mudah mendaki ke atas, pemandangan yang kita nikmati adalah pepohonan, pegunungan, serta Kota Palu yang tampak indah dari ketinggian. Puncak Matantimali menyajikan pula kabut yang tebal pada waktu-waktu tertentu, ingin rasanya berdendang begitu kita berhasil tiba sampai disana. Buat kamu para petualang, kamu harus berkunjung dan berkemah disini, Puncak Matantimali, tunggu apa lagi, ayo ke Sulteng!


Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, January 1, 2020

Bumi Perkemahan Anoa Paneki

Hutan rimba, pepohonan, begitu rindang, begitu pula tanahnya, hampir sekelilingnya dibatasi pagar kecyali dibagian sungai, sebuah tempat yang sangat terkenal di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Bumi Perkemahan Anoa Paneki, Sigi Sulawesi Tengah. Sebuah tempat yang menjadi favorit para pecinta alam, tempat favorit untuk berkemah berbagai organisasi kepemudaan, kepanduan, atau kepramukaan. Bahkan Bumi Perkemahan Anoa Paneki juga menjadi tempat yang penuh kenangan bagi para pemuda-pemudi yang pernah menjalani pelatihan atau kemah pengembangan diri di tempat ini.


Bumi Perkemahan Anoa Paneki Sigi hanya berjarak 15 Kilometer dari pusat Kota Palu Sulawesi Tengah, membuatnya menjadi salah satu tempat kemah favorit untuk pelatihan, pengaderan, dan kegiatan alam lainnya, hanya sekitar 31 Menit dari Kota Palu. Bumi Perkemahan Anoa Paneki menyajikan pemandangan alam yang benar-benar alam, hutan, sungai untuk kebutuhan mendasar, padang rumput, semak-semak, dan air terjun dibagian dalamnya, sebuah tanah lapang untuk bermain bola atau sekedar melakukan permainan-permainan serta kompetisi sangat bisa dilakukan disini. Buat kamu para penikmat kemah, para pecinta alam, ayo jalan-jalan kesini, jalan-jalan yang produktif tentunya, ayo ke Sulteng!

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, December 31, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (44)

Jalan terus menanjak, tak begitu mulus, cukup banyak lubang di jalanan tersebut, bus yang membawa rombongan para pemuda kampus ini mencoba melaju meski tak begitu cepat, mengingat jalannya tak begitu mulus. Lapangan Desa adalah penanda untuk masuk menuju sebuah desa yang berada di Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Para pemuda ini melalui rumah warga, lalu perlahan rumah warga desa habis, berganti menjadi pemandangan sawah dan kaki gunung yamg begitu sejuk, begitu asri. Pondok-pondok kecil di pematang sawah, saling terkait dengan tali yang cukup kuat dan terhubung dengan orang-orangan sawah, para pemuda yang berada di dalam bus sedang menuju Kantor Kecamatan semakin penasaran dengan desa yang akan mereka tinggali dalam waktu 2 Bulan, diantara rombongan pemuda-pemudi ini ada pemuda yang bercita-cita mengunjungi 1000 masjid.

Yang pertama muncul dalam benak beberapa orang pemuda dalam rombongan tadi adalah dimana masjid, ya masjid. Mungkin dalam pikiran para pemuda ini masjid adalah tempat yang dapat membantu mereka bersosialisasi dan kenal lebih dekat dengan warga desa. Benar saja, masjid menjadi tempat melaksanakan salah satu program yang akan dilaksanakan di desa, Masjid Al-Furqan Desa Porame Kecamatan Kinovaro adalah masjid yang pertama. Terletak di tepi sawah, masjid ini menjadi tempat berkumpulnya warga pada program-program seperti pengajian, baik pengajian ibu-ibu maupun kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan warga desa berkolaborasi dengan para pemuda.




Masjid Al-Furqan Desa Porame Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, saat itu sedang diadakan lomba-lomba oleh para remaja masjid dan hampir seluruh warga desa, lalu sang pemuda 1000 masjid di tunjuk menjadi juri pada salah satu lomba, suatu hal yang mengejutkan sekaligus mendebarkan. Juga menjadi sangat berkesan bagi beberapa pemuda yang sedang mengadakan program posdaya di Desa Porame Kecamatan Kinovaro selama 2 bulan. Bagi pemuda 1000 masjid, ini juga menjadi pembelajaran berharga, menjadi inspirasi juga, bahwa dimanpun kita berada, masjid menjadi tempat yang penting ketika kita ingin berkolaborasi dengan masyarakat sekitar. Masjid menjadi tempat yang aman dan nyaman, sekaligus menjadi faktor pembangun masyarakat, terutama pembangun an Sumber Daya Manusia (SDM), ayo ke masjid!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, November 25, 2019

Refleksi Akhir Tahun di Puncak Kanuna (2)

Puncak Kanuna Kinovaro Sigi Sulawesi Tengah, berada di ketinggian yang bisa memandang hampir seluruh bagian dari Kota Palu, terletak di bagian barat Kota Palu Sulawesi Tengah. Fajar sebentar lagi menyingsing, pagi yang indah setelah melakukan refleksi akhir tahun di Puncak Kanuna semalam.

Puncak Kanuna berada diatas Desa Kanuna Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, Puncak Kanuna menyajikan pemandangan yang indah, sekelilingnya berwarna hijau, gunung-gunung kecil disekitarnya, lembahnya, berwarna hijau dan menyegarkan, udara di sekitarnya pun sangat segar, rombongan pemuda yang sedang melakukan refleksi akhir tahun di puncak ini pun menikmati keindahannya.


Mengabadikan gambar di Puncak Kanuna, berfoto bersama, berfoto hampir sepanjang perjalanan turun dari puncak. Rombongan pemuda petualang ini mengakhiri jalan-jalan produktifnya di Puncak Kanuna, persahabatan dan persaudaraan yang luar biasa, kebersamaan yang begitu hangat, kenangan dan perjalanan yang luar biasa! Perjalanan menuruni Puncak Kanuna pun dilakukan dengan mengambil rute yang berbeda dengan rute ketika mendaki, menelusuri persawahan, kebun-kebun, irigasi, semak-semak, dan sebuah jembatan yang unik, rute tersebut membuat perjalanan ini sangat berkesan. Buat para Petualang atau para pendaki, sangat direkomendasikan untuk menjelajah di Puncak Kanuna, Ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!


Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, November 22, 2019

Kuat Kita Bersinar di Taman Nasional Lore Lindu! (2)

Pagi sudah menyapa, para relawan kemanusiaan akan melanjutkan perjalanan menuju lokasi terdampak bencana gempa bumi di Kabupaten Sigi, tempat yang terpencil, tak ada sinyal bagi pengguna handphone saat itu. Kami para relawan sudah begitu percaya diri bahwa kamilah mungkin salah satu rombongan yang akan pertama kali melakukan asesmen di Desa Tomado dekat Danau Lindu.

Maka berjalan kaki 4 jam semalam harus dilanjutkan setelah menikmati teh hangat dari warga lokal. Kira-kira para relawan dengan rasa percaya diri tinggi ini sangat yakin bahwa kamilah pahlawan yang secara dramatis membawa bantuan yang benar-benar dibutuhkan. Perjalanan dilanjutkan  dengan berjalan kaki lagi, sampai di sebuah tempat yang merupakan tujuan utama orang-orang berwisata ke Taman Nasional Lore Lindu Sigi Sulawesi Tengah, Danau Lindu.

Danau Lindu Sigi Sulawesi Tengah adalah salah satu wisata unggulan di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, sebuah danau luas dan berada di ketinggian yang akan membuatmu terpesona ketika menatapnya langsung. Perjalanan dengan berjalan kaki para relawan kemanusiaan dilanjutkan, melintasi padang rumput hijau yang luas, gunung yang biru, beberapa pandangan mengharukan juga kami saksikan. Rumah-rumah yang rubuh akibat gempa yang keras, bangunan-bangunan, rumah ibadah, fasilitas-fasilitas umum, sekitar 60% rubuh.



Akhirnya para relawan tiba di Desa Tomado, desa yang berada di tepi Danau Lindu Sigi Sulawesi Tengah. Dan ternyata, Voila! Ekspektasi kedatangan kami bak pahlawan sirna, sebab ditempat ini sudah sangat banyak relawan berkemah dan bermukim, bahkan membangun rumah ibadah darurat. Ada relawan dari berbagai lembaga kemanusiaan, tim bantuan medis mahasiswa dari Makassar, luar biasa! Kepedulian dan semangat kemanusiaanlah yang membuat mereka datang dari jauh-jauh menuju tempat terpencil ini. Ada pula relawan dari aparat, bahkan relawan dari partai politik berwarna biru sudah berada di lokasi ini, jadi tak relevan lagi bila ada sebuah partai politik yang mengaku paling duluan turun ke lokasi bencana, karena ketika bencana terjadi yang kita butuhkan adalah kolaborasi.



Kolaborasi, kerja sama, dari berbagai pihak, pemerintah, swasta, aparat, mahasiswa, relawan, partai politik, LSM, penting semua perbedaan yang ada kita lebur menjadi satu tujuan, yaitu membangun kembali lokasi yang terdampak bencana alam, selain membangun sarana prasarananya, juga membangun kembali mental masyarakat yang mungkin mengalami trauma. Segala perbedaan akan menjadi indah ketika kita berkolaborasi, berkerjasama, bangsa ini akan kuat dan bersinar, kuat kita bersinar! Indahnya Danau Lindu menjadi saksi setiap aksi, danau yang terletak di ketinggian, di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Buat petualang sejati, kamu harus jalan-jalan kesini ya, ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, November 21, 2019

Kuat Kita Bersinar di Taman Nasional Lore Lindu!

Ayo bangun dunia didalam perbedaan
Kita satu kuat bila kita bersinar
Harus percaya tak ada yang sempurna
Dan dunia kembali tertawa
(Kuat Kita Bersinar, Superman Is Dead)

Berbeda-beda tetap satu jua, Bhinneka Tunggal Ika, begitulah jargon bangsa kita tercinta, Indonesia. Berbagai macam sudut pandang, berbagai macam profesi, berbagai macam golongan, ribuan suku, ratusan bahasa daerah, semuanya melebur ego, agar bangsa ini kuat, agar ibu pertiwi tersenyum, agar negara ini bersinar terang!

Maka, ketika terjadi bencana alam, seharusnya perbedaan-perbedaan itu tak menjadi masalah bagi kita bukan? Kita harus meyakini kepedulian yang kita miliki dapat menembus batas-batas jarak, dapat melampaui individualisme, sebab kita bangsa yang kuat! Ketika terjadi gempa di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, sekelompok pemuda yang mencoba melampaui individualisme berencana untuk melakukan asesmen di lokasi bencana sampai lokasi yang paling terpencil.

Daerah yang menjadi tujuan sekelompok pemuda tersebut adalah Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Jaraknya 143 Kilometer dari Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Waktu tempuh sekitar 3 Jam 35 Menit untuk sampai kesana. Setibanya di gerbang Taman Nasional Lore Lindu, kita masih harus menaiki kendaraan roda dua agar bisa menjangkau desa-desa terpencil. Saat itu petang menjelang, dan ojek untuk menembus belantara hutan Taman Lore Lindu akan beroperasi pada keesokan harinya.

Pada detik itu juga ketua tim relawan memutuskan untuk tetap maju ke lokasi tujuan meski tanpa naik kendaraan, walaupun harus berjalan kaki menuju lokasi terdampak bencana gempa untuk melakukan asesmen, meski hari semakin gelap. Maka dimulailah perjalanan menembus belantara Lore Lindu dengan berjalan kaki, menembus sebuah jalan yang nyaris setapak, sebelah kiri tebing sebelah kanan jurang. Sekitar 3 jam berjalan kaki baru kemudian berganti sebelah kanan tebing sebelah kiri jurang.



Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, menyajikan pemandangan yang sangat indah, padang hijau yang luas menghampar, pedesaan dengan udara segarnya, binatang ternak makan dengan tenangnya, gunung-gunung berwarna biru, alat komunikasi tak berfungsi dengan baik disini. Segala aktvitas baru bisa di upload ketika sampai di gerbang masuk Taman Nasional Lore Lindu. Bagi para petualang harus berhati-hati dengan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit kaki gajah. Petualangan ini akan terus kita lanjutkan, sebab ada sesuatu yang menarik menunggu di ujung perjalanan menembus belantara Lore Lindu, bersama para relawan kemanusiaan, perbedaan membuat kuat kita bersinar! Ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, October 12, 2019

Bersahabat di Puncak Matantimali!

Kupetik bintang
Untuk kau simpan
Cahayanya tenang
Berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman
Juga sebagai jawaban
Semua tantangan
(Melompat Lebih Tinggi, Sheila On 7)

Lirik lagu yang sangat puitis, tentang bagaimana engkau berusaha memetik bintang, pada saat yang sama juga tentang persahabatan, dan menjawab semua tantangan. Namun, bagaimana mungkin engkau akan memetik bintang sementara engkau belum pernah kepuncak? Puncak secara harfiah, berada di ketinggian. Maka, pada jalan-jalan produktif kali ini mari kita jalan-jalan ke puncak, salah satu puncak yang terkenal di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia!

Puncak yang akan kita tuju adalah salah satu tempat lepas landas paralayang terbaik di Pulau Sulawesi. Awalnya penulis mengenal tempat ini ketika di ajak oleh Kepala Desa Porame Kabupaten Sigi, diajak berjalan-jalan sebentar menuju puncak tersebut. Kunjungan kedua saat di ajak oleh para pemuda desa yang hendak bermalam di puncak tersebut, maka perjalanan pun dimulai malam hari, menuju Puncak Matantimali Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Indonesia!





Semua persahabatan itu bermula dari Desa Porame, desa yang indah, desa yang berada di kaki gunung, di dominasi oleh persawahan. Desa yang penduduknya ramah dan sangat baik terhadap pendatang. Pemuda desa mengajak kami untuk bermalam di Puncak Matantimali, tak tanggung-tanggung, perjalanannya dimulai saat matahari sudah terbenam, perjalanannya dimulai saat malam hari!

Maka perjalanan pun dimulai, hanya bermodalkan motor, beberapa motor sudah melaju melewati batas Desa Porame menuju kaki gunung, mulai dari kaki gunung inilah jalan mulai menanjak, jalannya hanya menggunakan aspal kasar yang bebatuannya tampak berwarna abu-abu mendekati putih. Jalanannya semakin lama semakin menantang! Banyak lubang di jalan saat itu, ditambah lagi kemiringan jalan semakin bertambah, jalan semakin menanjak, di kiri kanan tampak pepohonan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah tandus, makin ke atas pemandangannya akan berganti dengan jurang yang lumayan curam.

Beberapa pemuda yang mengajak kami sangat menikmati jalan yang sangat menantang ini! Lubang-lubang di jalan tampak mereka nikmati, begitupun jalan yang semakin menanjak, mereka sangat menikmatinya! Bagi kami yang baru kedua kalinya melintas, tentu masih merasa gugup dan kaget ketika melintas di jalan yang sangat menantang ini. Bahkan ada satu motor yang membawa seluruh perbekalan seperti tenda, kerangka tenda, alas tidur, dan gitar, luar biasa!

Sesampainya di Puncak Matantimali, kami disambut oleh kabut tebal yang nyaris menutupi seluruh penjuru jarak pandang, ditambah lagi dinginnya yang luar biasa! Ketika menyibak kabut dengan lampu motor, dan berjalan sedikit ke ujung baru kemudian terlihat keindahan yang sesungguhnya puncak ini di malam hari. Kerlap-kerlip bintang, bulan purnama, serta cahaya lampu dari Kota Palu terlihat begitu indah! Kami menggelar tenda lalu menikmati Puncak Matantimali di malam itu, sangat indah! Kamu harus jalan-jalan kesini! Ke Puncak Matantimali Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, September 30, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (10)

Bumi Tadulako adalah sebutan lain dari Sulawesi Tengah, Tadulako juga dinamakan sebagai Universitas Negeri kebanggaan di Provinsi ini, ada yang bilang maknanya adalah Baligau, semacam perisai kebanggaan leluhur, menandakan status sosial seseorang di masa lalu. Kota Palu adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, kota tiga dimensi yang harus kamu kunjungi. Kota ini menjadi pembicaraan internasional sesudah terjadi bencana yang memilukan di akhir Tahun 2018. Bencana Gempa 7,4 Skala Richter, di susul Tsunami yang meluluhlantahkan dan Liquifaksi yang dahsyat. Masyarakat Palu, Sigi, dan Donggala merasakan duka yang begitu mendalam, berderai air mata, dan harus segera bangkit meski tak mudah.

Sebuah kejadian mencengangkan saat bencana terjadi, tentang seorang pemuda yang mencintai Tuhannya, berita ini juga sempat viral di media sosial. Seorang pemuda  yang sedang mengumandangkan adzan Maghrib, meski gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter mengguncang, ia tetap meneruskan adzannya hingga selesai, hingga pemuda ini meregang nyawa tersapu tsunami yang meluluh lantahkan. Pemuda taat yang menginspirasi kita agar menjadi pemuda yang akrab dengan masjid, gagasan pemuda 1000 masjid ingin memulainya, dimulai dengan mengunjungi masjid.

Sebuah masjid yang terkenal di Kota Palu Sulawesi Tengah, masjid yang menjadi ikon Kota Palu, masjid yang menjadi suatu tempat yang harus dikunjungi bagi pengunjung yang sedang berwisata atau berkegiatan di Kota Palu. Masjid ini pada awal berdirinya sangat aktif dengan kegiatan kajian-kajian Islam, bila ada artis atau tokoh nasional yang berkunjung ke Palu sebagian besar akan meluangkan waktu untuk mengunjungi masjid ini, Masjid Terapung Kota Palu. Letaknya di pinggir pantai, sangat ramai pengunjung, desainnya sangat indah. Di dominasi oleh batu marmer yang terbaik, berkombinasi dengan warna hijau, warna krem, di malam hari di hiasi dengan lampu berwarna-warni. Untuk menuju ke masjid kita melewati satu jembatan kecil, yang juga tak kalah indah, ketika berada di dalam masjid kita akan merasakan sensasi dingin pada lantainya dan hembusan angin pantai yang sejuk. Lampu-lampu berjejer di jembatan kecil menuju masjid, lampu yang indah mirip lampu taman kota-kota besar di Eropa. Itu dulu, sebelum bencana Gempa, Tsunami, dan Liquifaksi melanda.




Kini suasananya berbeda, sangat berbeda, bagi yang pernah mengunjungi masjid ini pasti akan merasakan, penulis juga pernah berkunjung disini. Jembatan kecil penghubung jalan dan masjid telah hancur, tempat wuduh, lampu-lampu penerangan hancur, namun masjid tetap kokoh. Meski kuda-kuda masjid hancur disapu tsunami, meski sekarang masjidnya miring, tempat tersebut tetap menyimpan kenangan, masih menjadi tempat favorit untuk berfoto. Setelah bencana, masjid ini masih favorit untuk dikunjungi. Masjid Terapung Palu, punya banyak kenangan, punya banyak cerita, masjid sebagai tempat untuk berkontemplasi, tak hanya tempat beribadah semata. Buat kamu yang sedang berada atau jalan-jalan di Kota Palu, jangan lupa mengunjungi Masjid Terapung Palu ya!



Oleh : Mohamad Khaidir

PENUH PERHATIAN