Pemuda, kulihat engkau sedang termenung
Seperti memikirkan sesuatu
Setelah Aku berdiskusi denganmu
Ternyata engkau hanya memikirkan kepentingan dirimu sendiri
Bukankah kita adalah pemuda?
Yang pikirannya harus melampaui individualisme?
Pemudi, kulihat engkau sedang tersenyum menatap layar
Entah apa yang engkau pikirkan
Setelah mendengar curahan hatimu
Ternyata engkau juga sedang asyik dengan dirimu sendiri
Bukankah kita adalah agen perubahan?
Yang bersedia terbangun saat orang-orang lain tertidur?
Wahai pemuda pemudi,
Aku ingin mengajakmu pada suatu jalan
Jalan yang orang-orang lain justru menghindarinya
Ialah jalan kehormatan
Ialah jalan perjuangan
Jalan itu adalah karya dan kontribusi
Jalan itu adalah jalan pengabdian dan pengorbanan
Jalan yang mampu melampaui individualisme
Jalan yang ditempuh oleh Khaerul, sang Pemuda Pinrang yang berhasil membuat pesawat
Jalan yang ditempuh Belva Devara, mencerahkan anak bangsa melalui ruang guru
Jalan yang diambil oleh Dewa Eka Prayoga, berwirausaha sekaligus menginspirasi orang-orang menjadi wirausaha sedari muda
Jalan yang diambil oleh Ahmad Fuadi, menuliskan kisah negeri lima menara yang menginspirasi dan menggugah
Jalan yang dipilih oleh para pemuda dari klan Satsuma, merintis jalan perubahan yaitu Restorasi Meiji
Jalan yang dipilih oleh Sultan Mehmet II, mewujudkan pesan Nabi tentang penaklukkan Konstantinopel
Jalan yang dipilih oleh Joan of Arc, jalan pembebasan negerinya dari penjajah
Jalan yang sepi, namun kaya karya dan kontribusi, seperti para pemuda yang menculik Bung Karno dan Bung Hatta, untuk mendesak kemerdekaan Indonesia
Aku percaya jalan ini adalah jalan perjuangan
Aku percaya jalan ini adalah jalan kehormatan
Setiap karya dan kontribusi yang kita niatkan untuk manfaat
Maka karya tersebut mampu menembus egoisme
Maka karya tersebut mampu melampaui individualisme
Maka karya tersebut mampu membuat sinergi antara manusia
Karya adalah jalanku, inilah jalanku
Maka sudahkah kita berkarya?
Makassar, 10 September 2020
Di bawah langit subuh
Mohamad Khaidir