Showing posts with label Bantuan. Show all posts
Showing posts with label Bantuan. Show all posts

Saturday, September 21, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (6)

Beras-beras sudah di atur sedemikian rupa, dipaketkan dengan mie instan, dipaketkan dengan telur, dan bahan-bahan pokok lainnya. Pakaian-pakaian layak pakai juga sudah tertata rapi dan siap untuk diangkut. Sekelompok pemuda-pemuda pecinta Mushollah telah berseragam lengkap dan siap berangkat, bersiap menuju tempat tujuan untuk melaksanakan bakti sosial. Seorang pemuda kurus ingusan sungguh tak menyangka ia dipilih sebagai ketua panitia kegiatan tersebut.

Mobil-mobil dan puluhan motor pun berangkat dengan sebuah misi mulia, setelah sebelumnya bergelut di kampus, menghimpun bantuan dari seluruh civitas kampus, bergerak bersama untuk melakukan kebaikan. Lokasi yang dituju adalah Desa Towale Kabupaten Donggala. Beberapa pekan yang lalu desa ini sudah dikunjungi oleh sebagian senior untuk melakukan Survey. Dari Kota Palu menuju Kota Donggala Sulawesi Tengah memakan waktu sekitar 30-40 menit, jalanan cukup mulus melewati pesisir. Pemandangan yang akan kita saksikan berupa pantai dan keindahannya.

Kota Donggala dulunya adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, mungkin karena di zaman dulu perdagangan di pelabuhannya sangat maju. Sebelum masuk Kota Donggala, kita akan menyaksikan anjungan pantai yang beberapa tahun ke depan akan ramai pedagang kaki lima dan pengunjung. Dari Kota Donggala sekitar 40 menit lagi tiba di Desa Towale Kabupaten Donggala. Akhirnya rombongan pemuda pencinta mushollah ini tiba di Desa Towale untuk menyalurkan bantuan. Terlebih dahulu bertemu dengan pihak-pihak yang berwenang agar kegiatan berjalan dengan lancar, aparat desa setempat. Dan tentunya di awali dengan seremonial di masjid. Mengapa masjid? Ya, masjid menjadi pilihan utama, sebab para pemuda ini berlatar belakang organisasi pencinta mushollah.

Sang pemuda 1000 masjid yang ikut dalam rombongan masih begitu lugu, karena statusnya sebagai mahasiswa baru, sangat baru dalam hal organisasi, sangat baru dalam hal kegiatan, sangat baru dalam dinamika pergerakan mahasiswa. Masjid Desa Towale menjadi saksi betapa para pemuda pencinta mushollah yang masih berstatus sebagai mahasiswa baru, begitu gugup dan kaku berkegiatan, maklum sebagian besar dari mereka baru bisa mengaktualisasikan dirinya di organisasi kemahasiswaan.



Kegiatan berlangsung lancar, setelah pembukaan di Masjid Desa Towale, para pemuda ini menyebar mendistribusikan bantuan langsung kerumah warga yang telah terdata. Semua bermula dari masjid, pengumpulan bantuan di kampus dilakukan di masjid, rapat panitia pelaksana kegiatan juga dilakukan di masjid, pembimbingan pelaksanaan kegiatan juga dilakukan di masjid, pembukaan kegiatan secara seremonial juga dilakukan di masjid, tempat berkumpul favorit para pemuda ini juga di masjid. Dari masjid kebaikan bermula,  dari masjid kebaikan tersebar. Tak ada ruginya bila kita mengunjungi masjid, jadi mumpung masih muda ayo kunjungi sebanyak-banyaknya masjid ya. Agar kebaikan akan terus bersama kita, teruslah membersamai orang-orang baik di masjid, teruslah mengunjungi masjid.




Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, August 22, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako

Barang-barang sudah di tumpuk di dalam bak sebuah mobil truk, mobil truk berwarna merah dengan bak berwarna biru di belakangnya. Ukuran mobil truk tersebut tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Berbagai macam bantuan untuk misi kemanusiaan ini terkumpul di posko bantuan, di sebuah Ruko dekat Pasar Daya Baru Sudiang Makassar. Ada yang menyumbang dana, ada pakaian bekas, bahan makanan, tenda, serta bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, serta Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Perjalanan dari Kota Makassar menuju Kota Palu berjarak 826 Kilometer berdasarkan google maps, melintasi 3 Provinsi yaitu, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.

Beberapa relawan yang akan berangkat terbagi menjadi 3 tim, yaitu tim lewat udara dengan menaiki Pesawat Hercules milik Angkatan Udara Republik Indonesia, tim laut dengan menaiki Kapal Angkatan Laut Republik Indonesia, dan tim darat dengan mobil truk. Saat itu penulis tergabung dalam tim darat membawa bantuan logistik dengan mobil truk, perjalanan darat yang penuh dengan pengalaman dan cerita akan segera di mulai, mengingat fakta di lapangan tentang adanya penjarahan mobil yang membawa bantuan korban bencana.

Pagi itu pukul 8, matahari memancarkan sinar sejelas-jelasnya, dilengkapi dengan awan putih yang berarak indah bergerak dengan perlahan dan anggun, ciptaan Tuhan yang seharusnya membuat manusia semakin bersyukur jika mengamati dan memikirkannya. Mobil truk sudah berangkat denga muatan bak yang sekitar 70% penuh, sepertinya memang sengaja tidak diisi penuh agar bisa menampung bantuan tambahan. Truk melaju di Jalan Perintis Kemerdekaan menuju arah utara Kota Makassar, memasuki simpang 5 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin gerbang perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Maros sudah tampak.

Mobil truk melaju melintasi Kota Maros dengan kesibukan perkotaannya, aktifitas kantor, aktifitas perdagangan, aktifitas pendidikan, membuat jalan poros Maros lumayan padat namun tidak menimbulkan kemacetan yang berarti. Dari Kota Maros mobil truk melaju dengan cepat menuju Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau Pangkep. Pangkep dengan sajian jalan poros berbahan beton serta hamparan sawah, gunung, lembah, dan pantai cukup untuk membuat mata terjaga. Semangat kemanusiaan, semangat untuk berbagi, terpatri di dalam diri, jiwa rela berkorban sebagaimana yang di ajarkan dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di masa-masa sekolah dasar, jiwa ini kembali hidup, rela berkorban, tenggang rasa, peduli, benar-benar dirasakan dan di praktekan dalam misi kemanusiaan kali ini.

Dari Kota Pangkep, mobil terus melaju dengan kencang menuju Kabupaten Barru, sekitar 3 jam lamanya perjalanan darat dari Makassar menuju Kabupaten Barru. Perbatasan Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru letaknya tepat di pantai dengan tugu dan gerbang khas yang cukup sebagai penanda bahwa kita telah berpindah Kabupaten. Tiba-tiba handphone berdering, ada yang melakukan panggilan ditengah perjalanan panjang ini.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

HIJAUNYA SAWAH