Showing posts with label Lihat Sampah Ambil. Show all posts
Showing posts with label Lihat Sampah Ambil. Show all posts

Sunday, December 17, 2023

MERDEKA SAMPAH




Sampah, sampah, sampah, sesuatu yang kotor namun setiap hari kita berinteraksi dengannya. Berbekal data dari teman dekat Pak Bupati tentang pengelolaan sampah di Kabupaten, kerangka buku tentang sampah pun mulai disusun. Data tentang sampah rumah tangga, sampah industri, pengelolaan sampah di Indonesia, semua dikumpulkan untuk kemudian diramu menjadi gagasan sistematis bernama "Merdeka Sampah". Apakah suatu saat kita akan benar-benar "Merdeka Sampah"?, secara realistis tentu tidak, namun judul ini adalah sebentuk semangat tentang bagaimana kita bersikap terhadap sampah dan mengelolanya. Sampah itu sesuatu yang kotor, namun setiap hari kita hasilkan, maka bagaimana kemudian  pengelolaan sampah dalam skala besar ini akan dituliskan di buku?


Mulailah mengumpulkan data, dan menemukan sesuatu yang menarik di Malang terkait pengelolaan sampah. Bank Sampah Malang (BSM) beserta gerakan merdeka sampah dan kinerjanya segera menarik perhatian saya untuk segera meraciknya lalu menulisnya kembali dalam buku merdeka sampah. Bagaimana tidak, Bank Sampah Malang di beberapa titik di Kota Malang berhasil mengelola sampah menjadi pundi-pundi rupiah. Giliran Pak Bupati memberi masukan terhadap draf yang sudah ditulis, Pak Bupati meminta dimasukan pengelolaan sampah di Surabaya dan Eropa sebagai contoh yang nyaris paripurna tentang pengelolaan sampah. Mengingat Pemerintah Surabaya mendapat penghargaan terkait kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah, maka menurut Pak Bupati wajib dimasukan ke dalam buku. Pengelolaan sampah di Eropa yang juga sudah sangat modern juga tak luput untuk dimasukan ke dalam buku merdeka sampah.


Pak Bupati ini juga bukan tipe yang mau tahu beres soal literasi, pokoknya anggarkan saja semua untuk tim literasi buku merdeka sampah, lalu tunggu hasilnya, Pak Bupati tidak seperti itu. Beliau selain politisi juga adalah akademisi yang juga melakukan riset, maka selain teori dan contoh-contoh keberhasilan pengelolaan sampah yang dituliskan, riset Pak Bupati dan beberapa akademisi juga dimasukan di dalam buku. Rasionalisasi dan riset sangat penting sebagai kaum pembelajar, maka unsur emosi harus diwaspadai karena bisa memengaruhi obyektifitas kita terhadap suatu hal. Contoh para pendukung Pilpres, sebaik apapun gagasan, kalau sudah benci maka gagasan seilmiah dan sevalid apapun bakal ditolak. Timbangan keadilan juga akan terpengaruh dengan faktor suka dan benci, hal tersebut nyata. Maka saya pribadi yang masih belajar, terus berusaha mengendalikan ini, rasa suka dan rasa benci agar tidak menjadi berlebihan.


Hadirlah buku merdeka sampah, bukan dengan harapan dunia kita bakal betul-betul merdeka sampah! Namun membawa semangat pengelolaan sampah yang lebih baik dalam skala desa, kabupaten, kota, provinsi, dan nasional. Merdeka sampah hadir dengan membawa semangat perubahan, agar Indonesia semakin maju dengan juga memerhatikan pengelolaan sampah. Merdeka sampah membawa semangat pengelolaan sampah, mulai dari diri kita pribadi, sudahkah kita peduli terhadap sampah di sekitar kita, atau kita menjadi orang yang cuek dengan kebersihan lingkungan. Hadirnya buku merdeka sampah bukan juga sesuatu yang luar biasa, tapi semangat yang dibawa luar biasa tentang harapan pengelolaan sampah yang berkemajuan.

Saturday, December 16, 2023

MENULIS BUKU PAK BUPATI




"Siap-siap nulis tentang stunting ya..", begitu pesan WA yang masuk dari orang dekat Pak Bupati. Bagi saya penulis pemula, ketika tema sudah disebutkan maka segera cari semua artikel, jurnal ilmiah, teori-teori, serta buku-buku pendukung tentang stunting. Sama seperti ketika kita ingin cari rekam jejak atau prestasi seseorang, bertanya di media sosial adalah hal yang konyol menurut saya. Kalau dia pembelajar, harusnya dia bisa bertanya kepada kepada tim sukses, bertanya kepada warga masyarakat yang dipimpin, mencari artikel, informasi terkait, jurnal ilmiah, buku-buku pendukung, hasil statistik BPS, pendapat aktivis komunitas dan organisasi, tentang prestasi dan rekam jejak seseorang, apalagi jika ia kepala daerah.


Pak Bupati ini, fans beratnya Ustaz Anis Matta. Maka, segera buku terbaru Anis Matta berjudul "Melawan Layu" menjadi incaran, benar saja, ada 1 bab di dalamnya mengulas tentang stunting serta fenomena stunting di Indonesia. Referensi harus ditambah lagi, begitu menurut saya, tak akan cukup 1 buku, karena kita mau menulis 1 buku tentang stunting. Maka artikel, jurnal ilmiah, pendapat para ahli, pendapat praktisi, data-data stunting menjadi racikan yang harus segera diolah menjadi satu gagasan utuh dan sistematis di buku. 


Saya yang memang hobi berliterasi, mencari referensi, dan menulis sangat menikmati ini. Jelang 3 bulan tiba-tiba dapat kabar dari orang dekat Pak Bupati, mentor saya sejak di Palu, Pak Bupati minta berubah tema dari stunting, tema stunting diganti menjadi sampah. 😆😃😂


BERSAMBUNG..

Wednesday, August 14, 2019

Kibarkan Benderamu, Kibarkan Idemu!

Menelusuri gang-gang sempit di sepantaran Kota, Gang yang kira-kira hanya muat untuk sebuah city car, bila ada Mobil truk besar yang masuk ke dalam gang, mungkin kendaraan lain harus menyingkir terlebih dahulu, Mobil truk pun bila melintasi gang sempit ini akan kesulitan berbelok, kecuali supir truk punya pengalaman dan kemampuan yang mumpuni untuk membelokan mobil besar tersebut tanpa tergores sedikit pun. Bahkan ada pula gang yang hanya cukup dilintasi satu motor, motor di arah berlawanan harus rela mengalah bila ingin melintas. Inilah realitas perkotaan, inilah deru debu tembok kekar nan kokoh ciri khas Kota Besar, Kota yang dibangun semenjak dari Bangsa ini terjajah sampai Merdeka.

Sudah 74 Tahun kita merasakan nikmat kemerdekaan, betapa nikmatnya membangun, bekerja, belajar, beraktifitas, tanpa penindasan serta kesewenang-wenangan dari bangsa lain. Segala kerumitan, keribetan prosedural, kompleksitas administrasi, Inilah tantangan kemerdekaan, tantangannya dalam bentuk yang lain, dalam bentuk yang sesuai dengan zamannya. Lalu diantara gang-gang sempit perkotaan, aku melihat Bendera Merah Putih berkibar, berkelabatan, tertiup angin, menunjukan warnanya dengan jelas, Merah itu Berani dan putih itu suci! Tak hanya satu yang berkibar, ada pula umbul-umbul merah putih sebagai pendukung sang Merah Putih. Indah tampaknya oleh mata, simbol kedaulatan bangsa ini, Simbol Kemuliaan Bangsa Indonesia, Simbol Kemerdekaan yang tak kan tergantikan, berkibarlah terus Sang Merah Putih!

Lalu, apakah cukup hanya seperti itu? Apakah cukup hanya Sang Merah Putih secara fisik saja yang berkibar? Bagaimana jika Nilai-nilai yang ada di dalamnya tak berkibar? Aduhai, malang nian bila nilai tak juga berkibar, nilai tak tampak dalam keseharian, ide-ide positif tak berkibar, ide-ide positif tak menunjukan eksistensinya. Justru perilaku negatiflah yang tampak, sampah-sampah berserakan, juga seolah-olah ingin berkibar pula di jalanan. Gagasan LISA (Lihat Sampah Ambil) cukup keren untuk kita praktekan, sebagai bangsa yang sebentar lagi merayakan kemerdekaannya yang ke-74. Ide tentang memungut sampah ketika melihatnya juga adalah ide positif yang harus berkibar, harus tampak dalam keseharian kita. Berbuat sebelum berucap, begitu kira-kira ungkapan yang pas untuk Ide Positif ini.

Masih banyak ide-ide positif lainnya yang juga harus berkibar, memperindah kibaran Sang Merah Putih di pagar-pagar rumah kita. Tanggal 29 Juni - 1 Agustus Tahun 1945 dasar negara kita di bahas, sebagai landasan konstitusi bangsa kita tercinta. Lalu bila nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tak berkibar, sungguh sedih rasanya. Pancasila beserta nilai-nilai dan implementasinya yang merupakan hasil musyawarah founding father bangsa kita juga semestinya berkibar, Ide positif yang harus menjadi ruh Pemuda Indonesia. Jadi sebaiknya, tak hanya bendera saja yang berkibar, ide-ide luhur Pancasila harus juga berkibar! Ide-ide positif juga harus berkibar! Bila Sang Merah Putih telah Berkibar dirumah kita, mari kita kibarkan bersama ide-ide positif kita!

Oleh : Mohamad Khaidir

DESA BACU BONE