Showing posts with label Pare-pare. Show all posts
Showing posts with label Pare-pare. Show all posts

Friday, October 11, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (14)

Kendaraan belum terlalu banyak, pagi menyapa dengan santun dan damai, udara segar serta embun pagi membersamainya, burung-burung berkicau indah seolah sedang bersenandung indah dan bertasbih memuji. Kopi dan teh mulai disajikan sebagai pelengkap kehidupan, kaki-kaki tengah bersiap untuk bergegas, sawah hijau terhampar, gunung biru menjadi lanskap pemandangan yang indah dan menawan, pagi itu begitu nikmat, selepas Subuh Sang Pemuda sudah menyiapkan dirinya untuk bergegas, mengenakan sepatu cokelatnya yang besar, mengencangkan sabuknya, bersiap untuk beraktivitas pagi.

Alangkah bahagianya pemuda yang sebentar lagi akan mengucap ikrar suci, sebuah ikrar yang kokoh nan dalam, untuk mempersunting bidadari dunia pujaan hati, mengajaknya untuk hidup bersama serta berjuang bersama. Maka undangan pun disebarkan, menyebarkan kabar bahagia itu kepada para sahabatnya. Tujuannya adalah Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Para sahabat bergegas menuju kesana, membantu sekaligus menghadiri undangan tersebut, kabar bahagia dan membahagiakan.

Jalan-jalan produktif pun dimulai, menghadiri undangan, sebagian besar pesertanya adalah pemuda, dan alangkah beruntungnya ternyata yang berangkat adalah para pemuda yang sering mengunjungi masjid, para pemuda yang mencintai masjid. Mobil-mobil rombongan melaju, melintas jalan-jalan beton, sejak dari Kabupaten Maros jalanannya di dominasi oleh jalan beton. Sedikit berganti aspal di Kabupaten Pangkep, kemudian kembali menjadi jalan beton lagi. Pemandangan sawah, laut, batu karst, gunung, padang rumput, perkotaan, bergantian selama perjalanan, tapi ada satu tempat yang sangat menenangkan, tempat apakah itu?

Masjid selalu menjadi tempat yang menenangkan, juga tempat istirahat yang sejuk. Menjadi tempat beristirahat sejenak, tempat beristirahat dari berbagai kegiatan duniawi, untuk merenung dan bermeditasi sejenak. Rombongan telah bersiap untuk pulang, setelah menghadiri undangan, undangan yang membahagiakan. Maka mobil-mobil pun meluncur menuju Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Singgah sejenak di sebuah daerah bernama Mallusetasi Kabupaten Barru, tak jauh dari Kota Pare-pare Sulawesi Selatan. Tempat ini juga sempat menjadi pusat perhatian Sang Pemuda 1000 Masjid saat mengadakan perjalanan dari Makassar menuju Pare-pare.

Masjid At-Taqwa namanya, mungkin penamaannya terinspirasi dari suatu derajat yang sangat mulia dalam ajaran Islam, yaitu Orang-orang yang bertaqwa. Desain masjidnya sangat minimalis dan futuristik, seperti masjid masa depan. Didominasi oleh warna putih, kubahnya berwarna emas, tangga-tangga untuk naik kemasjid berwarna abu-abu. Pemandangan di belakang masjid adalah bukit hijau beserta langit biru berpadu dengan awan putih, di depan masjid juga tampak pantai beserta lautnya. Masjid At-Taqwa juga menjadi tempat favorit para petualang untuk beristirahat sejenak dalam perjalanan mereka. Inilah masjid yang indah, masjid yang sempat dilalui oleh pemuda 1000 masjid. Masjid indah dan nyaman, ayo ke Masjid!


Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, October 7, 2019

Danau Towuti dan Pulau Loeha Luwu Timur, Kamu Harus ke Sini!

Asap kendaraan mengepul, debu-debu dijalan berseliweran, terdengar bunyi klakson oleh beberapa kendaraan yang tak sabaran untuk segera melintas. Patung ayam tampak kokoh di perempatan Daya Kota Makassar Sulawesi Selatan. Perjalanan dan berbagai pekerjaan harus dimulai kembali, jalan-jalan produktif akan berlanjut kembali, bila pada perjalanan sebelumnya kota sudah mengunjungi dan mengulas pantai serta air terjun, maka pada jalan-jalan produktif kali ini berbeda.
Tempat yang akan kita tuju kali ini jaraknya cukup jauh, kita akan bergerak ke arah Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Perempatan Daya dengan patung ayamnya akan menjadi tempat kita memulai perjalanan ini. Mengapa patung ayam? Mungkin karena Kota Makassar terkenal dengan pahlawannya Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur. Begitu pula dengan Tim Sepakbola kebanggaan Kota Makassar, logo lamanya berlogokan ayam. Salah satu Universitas terkenal di Kota Makassar juga seperti itu, Universitas nomor satu di Indonesia Timur tersebut juga berlogokan ayam. Jadi, mungkin sedikit terjawab mengapa patung ayam ya.

Penulis menyarankan kita menggunakan Bus untuk menuju ke tempat tujuan kita kali ini, cukup menyiapkan Rp.250.000,-/Orang untuk memulai perjalanan ini, jangan lupa siapkan pula dana untuk konsumsi dan kebutuhan penting lainnya, karena perjalanan kita lumayan jauh, kita akan berada di kendaraan selama kurang lebih 13 jam untuk menuju Wawondula. Perjalanan darat dari Makassar menuju Wawondula memakan waktu sekitar 13 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 586 Kilometer.

Selama perjalanan kita akan melintasi beberapa Kabupaten dan Kota, mulai dari Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kota Palopo, dan mulai memasuki Kabupaten Luwu. Mulai dari Palopo sebenarnya kita sudah memasuki Kabupaten Luwu, namun tempat yang akan kita tuju adalah Danau Towuti di Luwu Timur Sulawesi Selatan. Setibanya di Wawondula, kita lanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Timampu Luwu Timur.

Pelabuhan Timampu akan menjadi tempat kita singgah sejenak untuk melanjutkan perjalanan lagi, di pelabuhan ini kita akan menyaksikan keindahan Danau Towuti Luwu Timur. Dari pelabuhan ini kita akan menyeberang menuju Pulau Loeha, sebuah pulau di tengah-tengah Danau Towuti. Siapkan dana sekitar Rp.50.000,-/Orang untuk menyeberang menuju Pulau Loeha. Pemandangan yang akan kita saksikan sangat indah dan eksotis, jernihnya Danau Towuti, batu-batu berwarna cokelat di pinggir Pulau Loeha, sangat indah!







Pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam juga sangat sayang untuk kita lewatkan, berfotolah di dermaga di pagi hari saat fajar, dan di sore hari saat petang jingga menjelang. Jernihnya danau, birunya langit, putihnya awan, batu-batu cokelat, fajar yang mengongsong, petang indah berwarna jingga, betapa indah Danau Towuti dan Pulau Loeha Luwu Timur Sulawesi Selatan! Buat kamu para petualang, harus mengagendakan jalan-jalan kesini. Indahnya alam di Luwu Timur Sulawesi Selatan, Ayo ke Luwu Timur! Ayo ke Sulsel!







Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, August 23, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (2)

Telefon berdering, panggilan dari seorang Sahabat. Mobil truk Sedang melaju dari Kabupaten Barru menuju Pare-pare. Sahabat yang menelfon rupanya ingin menitipkan bantuan untuk masyarakat Kota Palu. Ada bantuan dari luar negeri yang ingin disalurkan kepada Masyarakat Sulawesi Tengah yang terdampak bencana, dalam bentuk beras yang akan di paket 10 Kilogram satu karung. Para donatur tersebut ingin beras yang terbaik dan harus segera di salurkan. Maka saat itu juga sahabat yang menelefon ingin agar beras tersebut dijemput di Kota Pinrang Sulawesi Selatan.

Setelah selesai pembicaraan mengenai biaya transportasi dan teknis penjemputan beras, kami diberi kontak person yang harus dihubungi ketika tiba di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Mobil truk masih melaju di Kabupaten Barru dan tak lama lagi tiba di Kota Pare-pare. Di Kota Pare-pare mobil truk masih melaju dengan kecepatan yang sama, agak menyesuaikan dengan kepadatan kendaraan sepanjang jalan. Kota Pare-pare menyambut kami dengan ciri khas nya, angin sepoi-sepoi khas pantai Kota Pare-pare berhembus menyejukkan. Kota yang merupakan Kota Kelahiran Presiden Ketiga Republik Indonesia ini adalah Kota dengan tata ruang yang cukup rapi dan baik. Jalan-jalan di dalam kota juga agak membingungkan bagi yang tidak sering berkunjung, untungnya sopir mobil truk yang kami tumpangi benar-benar berpengalaman dan sering melintas antar provinsi.

Kami harus segera tiba di Kota Pinrang tak terlalu malam, agar pengemasan dan pengaturan beras tak terlalu menyita waktu. Jalan poros dari Kota Pare-pare menuju Kota Pinrang tak terlalu banyak belokan dan di dominasi jalan lurus. Hanya ada beberapa kilometer jalan yang sedang dilakukan pelebaran sehingga pengerjaan jalan tersebut membuat kami harus menyesuaikan kecepatan karena harus bergantian melintas dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Hampir Maghrib kami tiba di Kabupaten Pinrang, kira-kira pukul 17.30 waktu setempat kami tiba di gerbang masuk Kota Pinrang. Tempat bertemu dengan Pak Ramli, kontak person penanggungjawab beras rupanya adalah rumah makan sederhana di pinggir jalan namun menunya tak sederhana. Menu nikmat, sajian bebek goreng mengiringi diskusi kami begitu bertemu. Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan produktif bukan? Ya, penulis pun merasa seperti itu.

Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan yang bermanfaat, jalan-jalan menebar manfaat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Diskusi berlangsung cepat, ringan, dan santai, karena setelah itu kami langsung menuju Masjid Raya Pinrang untuk menunaikan kewajiban Shalat Maghrib. Beras yang akan di bawa ke Palu totalnya adalah 1500 Kilogram atau 1,5 Ton. Permintaan donatur di packing 10 Kilogram, akan tetapi keterbatasan waktulah yang membuatnya harus di packing 25 Kilogram, kami menunggu langsung di salah satu pusat distributor beras di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Kami menghitung dan mengawasi proses packing dan pemuatannya di dalam bak truk. Kemanusiaan memang tanpa batas, maka sudahkah kita melampaui individualisme kita lalu menembusnya menuju kepedulian yang elegan?

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 19, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Pare-pare!

Kali ini perjalanannya lebih seru lagi, yaitu menuju perbatasan antara dua Kabupaten terkenal di Sulawesi Selatan, dekat pembangkit listrik yang pernah menjadi postingan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo dalam salah satu akun media sosial milik Beliau. Dimanakah tempat tersebut?

Tak terlampau jauh dan tak terlalu lama untuk sampai kesana, dari Kota Makassar sekitar tiga sampai empat jam dengan kondisi lalu lintas normal. Bahkan penulis sendiri pernah tiba di tempat tersebut hanya dalam waktu dua jam tujuh belas menit, dengan catatan berangkat sehabis shubuh dari Kota Makassar. Kota Pare-pare yang hendak dituju, kalau Kota Watampone/Bone adalah Kota Kelahiran Jusuf Kalla (JK) Wakil Presiden Republik Indonesia, maka Pare-pare adalah Kota kelahiran B.J.Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, penulis tengah menunggu seorang pemuda cerdas bernama Azis untuk bersama-sama menuju lokasi perkemahan yang hendak dituju. Halte bus di jalan perintis kemerdekaan Sudiang menjadi tempat perjanjian untuk berangkat bersama menuju Pare-pare. Maka berangkatlah mobil sewa dengan beberapa penumpang di dalamnya, seperti biasa setelah dari Makassar memasuki Kabupaten Maros kendaraan agak padat sehingga cukup memakan waktu untuk melintasi jalan poros di Maros. Mungkin karena masih belum ada jalan alternatif selain jalan poros Maros yang menyebabkan kepadatan hampir setiap hari.

Sesudah melintasi Kota Maros, jalanan cenderung lancar dan mulus, kecuali beberapa bagian jalan yang berlubang yang perlu mendapat perhatian pemerintah setempat. Memasuki Kabupaten Pangkep, jalanan juga cenderung lancar, sama halnya di Kabupaten Maros, jalan poros di Pangkep juga masih ada yang berlubang dan perlu penanganan serius. Sesudah Pangkep selanjutnya adalah Kabupaten Barru, Kabupaten Barru cukup menjanjikan perjalanan yang nyaman kecuali jalan poros di Kota Barru. Cukup banyak lubang di jalan poros tersebut yang semoga segera dibenahi mengingat jalan ini termasuk dalam Kota Barru.

Sesudah Kabupaten Barru, kita memasuki Kota Pare-pare setelah sebelumnya melalui jalan yang cukup panjang dan indah ketika berpadu dengan pemandangan pantai serta pulau-pulau kecil. Gerbang bertuliskan Selamat Datang di Kota Pare-pare menjadi penanda bahwa kita telah tiba di Kota Kelahiran Presiden Ke-3 Republik Indonesia. Tak berapa jauh, mobil berhenti di Pom Bensin dekat pertigaan Terminal Angkutan Darat Kota Pare-pare. Dari sini, Mobil Suzuki Ertiga menjemput untuk kemudia melanjutkan perjalanan ke Bacukiki Pare-pare. Belok ke arah Timur, sebelum terminal angkutan darat belok lagi ke arah utara, jalannya agak menanjak.

Pemandangan gunung kecil, lembah, dan sawah sangat sayang untuk di lewatkan, cukup eksotis dan indah untuk piknik serta rekreasi bersama keluarga. Lalu belok lagi ke arah Timur, ke jalan menanjak lurus dan sedikit berbelok-belok sebelum akhirnya tiba di Bacukiki Pare-pare. Bukit indah dengan Kincir Angin Pembangkit Listrik menyambut kedatangan kami. Sebelum tiba di Bumi Perkemahan Bacukiki Pare-pare, kita juga melewati pemukiman penduduk dan sedikit hutan belantara. Setibanya di bumi perkemahan yang cukup tinggi ini, terlihat kincir angin pembangkit listrik tenaga bayu yang terletak di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Rupanya Bacukiki berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidrap. Ratusan mobil dan motor terparkir di area bumi perkemahan, kebun jagung mengelilingi area ini. Dekat dengan kompleks kuburan cinta, bumi perkemahan menampilkan panorama Kota Pare-pare, pantainya, bahkan Kota Pinrang juga terlihat. Ayo jalan-jalan ke Bacukiki Pare-pare! Ayo jalan-jalan ke Sulawesi Selatan!


Oleh : Mohamad Khaidir

HIJAUNYA SAWAH