Showing posts with label Pinrang. Show all posts
Showing posts with label Pinrang. Show all posts

Saturday, August 24, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (3)

Misi di Pinrang Sulawesi Selatan selesai! Kemudian perjalanan kami lanjutkan, menembus gelapnya malam di Kota Pinrang, mobil truk melaju dengan kecepatan yang stabil dan menyesuaikan dengan kondisi jalan. Sering sekali mobil kami berjalan bersama rombongan mobil truk dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kami mendapatkan informasi, rupanya di hari yang sama dengan keberangkatan kami, ada sekitar 200 Truk juga berangkat dari Makassar menuju Kota Palu Sulawesi Tengah, terdiri dari  bantuan beras Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan partner Kementerian Pertanian dari sektor swasta. Hari-hari yang kami lalui selanjutnya, seolah-olah ratusan mobil truk adalah penguasa jalan poros dari Kota Makassar Sulawesi Selatan menuju Kota Palu Sulawesi Tengah.

Melintasi perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, kami tiba di Polman Sulawesi Barat. Sepanjang Polman berjejer rumah makan, sebagian rombongan mobil truk dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia memilih untuk singgah ke beberapa rumah makan atau sekedar melepas penat dan beristirahat sejenak. Tetapi kami memilih untuk terus melanjutkan perjalanan menembus malam-malam yang gelap tapi suasananya tak kelam karena semangat kemanusiaan dan semangat berbagi. Tidak terlalu banyak tikungan sepanjang jalan poros Polman - Majene Sulawesi Barat. Perjalanan menembus malam lumayan menegangkan karena jalanan mulai sunyi, hanya bukit-bukit, pepohonan, rumah-rumah warga di desa, serta jalanan yang tak terlalu mulus, tepatnya bergelombang, sekian hal itulah yang menemani perjalanan kami. Tiba di perbatasan Polman dan Majene Sulawesi Barat, akhirnya sopir truk kami kelelahan dan memutuskan istirahat sejenak.

Lelah menghampiri, rasa kantuk sudah tak tertahankan, mobil truk yang kami tumpangi singgah di salah satu rumah makan sederhana, warung makan lebih tepatnya, dan ditempat tersebut tersedia tempat tidur sederhana yang keseluruhannya terbuat dari kayu, sepertinya memang sengaja disiapkan oleh pemilik warung untuk tempat beristirahat para musafir. Mata dengan rasa kantuk serta lelah yang tak tertahankan akhirnya cukup telak untuk membuat kami tumbang dan tertidur cukup pulas malam itu. Sebelum tertidur kami juga sempat menyaksikan rombongan truk pengangkut air bersih dari Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia juga singgah melepas lelah dan rasa kantuk ditempat yang sama.

Sekitar 10-15 menit berbaring, terdengar suara seperti angin, bukan ternyata ini bukan angin. Terdengar berpola lalu menghantam sesuatu. Bunyinya dari pelan secara perlahan semakin cepat, dari kecil secara perlahan semakin membesar dan menghantam daratan! Laut! Ternyata warung yang kami singgahi berada tepat di pinggir laut! Kaget bukan main, karena sepanjang jalan poros tadi adalah desa, hutan, bukit, tebing, pepohonan yang menjadi serba gelap! Lalu sekarang kami berada tepat di pinggir laut!

Perjalanan harus terus di lanjutkan, misi belum selesai. Tetapi mungkin baiknya kami beristirahat sejenak, sebab ini juga merupakan pembuktian bahwa relawan kemanusiaan juga adalah manusia dengan segala kemanusiaannya. Setelah istirahat misi ini harus terus berlanjut, ada cerita seru menanti di Kota Mamuju Sulawesi Barat! Mari beristirahat sejenak!

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, August 23, 2019

Misi Kemanusiaan di Bumi Tadulako (2)

Telefon berdering, panggilan dari seorang Sahabat. Mobil truk Sedang melaju dari Kabupaten Barru menuju Pare-pare. Sahabat yang menelfon rupanya ingin menitipkan bantuan untuk masyarakat Kota Palu. Ada bantuan dari luar negeri yang ingin disalurkan kepada Masyarakat Sulawesi Tengah yang terdampak bencana, dalam bentuk beras yang akan di paket 10 Kilogram satu karung. Para donatur tersebut ingin beras yang terbaik dan harus segera di salurkan. Maka saat itu juga sahabat yang menelefon ingin agar beras tersebut dijemput di Kota Pinrang Sulawesi Selatan.

Setelah selesai pembicaraan mengenai biaya transportasi dan teknis penjemputan beras, kami diberi kontak person yang harus dihubungi ketika tiba di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Mobil truk masih melaju di Kabupaten Barru dan tak lama lagi tiba di Kota Pare-pare. Di Kota Pare-pare mobil truk masih melaju dengan kecepatan yang sama, agak menyesuaikan dengan kepadatan kendaraan sepanjang jalan. Kota Pare-pare menyambut kami dengan ciri khas nya, angin sepoi-sepoi khas pantai Kota Pare-pare berhembus menyejukkan. Kota yang merupakan Kota Kelahiran Presiden Ketiga Republik Indonesia ini adalah Kota dengan tata ruang yang cukup rapi dan baik. Jalan-jalan di dalam kota juga agak membingungkan bagi yang tidak sering berkunjung, untungnya sopir mobil truk yang kami tumpangi benar-benar berpengalaman dan sering melintas antar provinsi.

Kami harus segera tiba di Kota Pinrang tak terlalu malam, agar pengemasan dan pengaturan beras tak terlalu menyita waktu. Jalan poros dari Kota Pare-pare menuju Kota Pinrang tak terlalu banyak belokan dan di dominasi jalan lurus. Hanya ada beberapa kilometer jalan yang sedang dilakukan pelebaran sehingga pengerjaan jalan tersebut membuat kami harus menyesuaikan kecepatan karena harus bergantian melintas dengan kendaraan lain dari arah berlawanan. Hampir Maghrib kami tiba di Kabupaten Pinrang, kira-kira pukul 17.30 waktu setempat kami tiba di gerbang masuk Kota Pinrang. Tempat bertemu dengan Pak Ramli, kontak person penanggungjawab beras rupanya adalah rumah makan sederhana di pinggir jalan namun menunya tak sederhana. Menu nikmat, sajian bebek goreng mengiringi diskusi kami begitu bertemu. Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan produktif bukan? Ya, penulis pun merasa seperti itu.

Misi kemanusiaan ini terasa seperti jalan-jalan yang bermanfaat, jalan-jalan menebar manfaat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Diskusi berlangsung cepat, ringan, dan santai, karena setelah itu kami langsung menuju Masjid Raya Pinrang untuk menunaikan kewajiban Shalat Maghrib. Beras yang akan di bawa ke Palu totalnya adalah 1500 Kilogram atau 1,5 Ton. Permintaan donatur di packing 10 Kilogram, akan tetapi keterbatasan waktulah yang membuatnya harus di packing 25 Kilogram, kami menunggu langsung di salah satu pusat distributor beras di Kota Pinrang Sulawesi Selatan. Kami menghitung dan mengawasi proses packing dan pemuatannya di dalam bak truk. Kemanusiaan memang tanpa batas, maka sudahkah kita melampaui individualisme kita lalu menembusnya menuju kepedulian yang elegan?

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 19, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Pare-pare!

Kali ini perjalanannya lebih seru lagi, yaitu menuju perbatasan antara dua Kabupaten terkenal di Sulawesi Selatan, dekat pembangkit listrik yang pernah menjadi postingan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo dalam salah satu akun media sosial milik Beliau. Dimanakah tempat tersebut?

Tak terlampau jauh dan tak terlalu lama untuk sampai kesana, dari Kota Makassar sekitar tiga sampai empat jam dengan kondisi lalu lintas normal. Bahkan penulis sendiri pernah tiba di tempat tersebut hanya dalam waktu dua jam tujuh belas menit, dengan catatan berangkat sehabis shubuh dari Kota Makassar. Kota Pare-pare yang hendak dituju, kalau Kota Watampone/Bone adalah Kota Kelahiran Jusuf Kalla (JK) Wakil Presiden Republik Indonesia, maka Pare-pare adalah Kota kelahiran B.J.Habibie, Presiden ke-3 Republik Indonesia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, penulis tengah menunggu seorang pemuda cerdas bernama Azis untuk bersama-sama menuju lokasi perkemahan yang hendak dituju. Halte bus di jalan perintis kemerdekaan Sudiang menjadi tempat perjanjian untuk berangkat bersama menuju Pare-pare. Maka berangkatlah mobil sewa dengan beberapa penumpang di dalamnya, seperti biasa setelah dari Makassar memasuki Kabupaten Maros kendaraan agak padat sehingga cukup memakan waktu untuk melintasi jalan poros di Maros. Mungkin karena masih belum ada jalan alternatif selain jalan poros Maros yang menyebabkan kepadatan hampir setiap hari.

Sesudah melintasi Kota Maros, jalanan cenderung lancar dan mulus, kecuali beberapa bagian jalan yang berlubang yang perlu mendapat perhatian pemerintah setempat. Memasuki Kabupaten Pangkep, jalanan juga cenderung lancar, sama halnya di Kabupaten Maros, jalan poros di Pangkep juga masih ada yang berlubang dan perlu penanganan serius. Sesudah Pangkep selanjutnya adalah Kabupaten Barru, Kabupaten Barru cukup menjanjikan perjalanan yang nyaman kecuali jalan poros di Kota Barru. Cukup banyak lubang di jalan poros tersebut yang semoga segera dibenahi mengingat jalan ini termasuk dalam Kota Barru.

Sesudah Kabupaten Barru, kita memasuki Kota Pare-pare setelah sebelumnya melalui jalan yang cukup panjang dan indah ketika berpadu dengan pemandangan pantai serta pulau-pulau kecil. Gerbang bertuliskan Selamat Datang di Kota Pare-pare menjadi penanda bahwa kita telah tiba di Kota Kelahiran Presiden Ke-3 Republik Indonesia. Tak berapa jauh, mobil berhenti di Pom Bensin dekat pertigaan Terminal Angkutan Darat Kota Pare-pare. Dari sini, Mobil Suzuki Ertiga menjemput untuk kemudia melanjutkan perjalanan ke Bacukiki Pare-pare. Belok ke arah Timur, sebelum terminal angkutan darat belok lagi ke arah utara, jalannya agak menanjak.

Pemandangan gunung kecil, lembah, dan sawah sangat sayang untuk di lewatkan, cukup eksotis dan indah untuk piknik serta rekreasi bersama keluarga. Lalu belok lagi ke arah Timur, ke jalan menanjak lurus dan sedikit berbelok-belok sebelum akhirnya tiba di Bacukiki Pare-pare. Bukit indah dengan Kincir Angin Pembangkit Listrik menyambut kedatangan kami. Sebelum tiba di Bumi Perkemahan Bacukiki Pare-pare, kita juga melewati pemukiman penduduk dan sedikit hutan belantara. Setibanya di bumi perkemahan yang cukup tinggi ini, terlihat kincir angin pembangkit listrik tenaga bayu yang terletak di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Rupanya Bacukiki berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidrap. Ratusan mobil dan motor terparkir di area bumi perkemahan, kebun jagung mengelilingi area ini. Dekat dengan kompleks kuburan cinta, bumi perkemahan menampilkan panorama Kota Pare-pare, pantainya, bahkan Kota Pinrang juga terlihat. Ayo jalan-jalan ke Bacukiki Pare-pare! Ayo jalan-jalan ke Sulawesi Selatan!


Oleh : Mohamad Khaidir

DESA BACU BONE