Showing posts with label Bubur Ayam. Show all posts
Showing posts with label Bubur Ayam. Show all posts

Tuesday, January 7, 2020

Sarapan Bubur Ayam dan Inspirasi

Serial Sang Penjelajah Arus (4)

Sembari menunggu Bubur ayam, Adir masih asyik bercengkrama dan ngobrol ringan seputar perantauan dengan Vania calon dokter muda dan cantik, ngobrol soal teman-teman SMA yang saat ini juga merantau di Kota yang sama, Kota ini jadi semacam pusat peradaban di Bagian Timur Nusantara. Kota yang sibuk menghubungkan jalur perdagangan tekstil, makanan, emas, nikel, tembaga, padi, biji Kopi pilihan, minyak tawon, sutra, dan komoditi lainnya. Betapa Sumber Daya Alam adalah Karunia Allah SWT untuk kita kelola, manusia harus mengambil peran ini, peran mengelola sumber daya alam, sebab manusia sejatinya adalah pemimpin di muka bumi ini. Abdul Muktadir nama lengkap pemuda rantau yang memiliki visi jauh ke depan ini, tinggi sekitar 172 cm, berambut hitam legam, berwajah tegas dengan alis tebal, kulit hitam manis, murah senyum, cara berjalan agak menunduk, namun semangatnya seakan-akan melebihi semangat zaman (zeitgeist). "Jadi Dir, dalam rangka apa nih ke Makassar", Sapa Vania kepada Adir. "Saya dapat amanah baru disini Van, peluang untuk bekerja di salah satu Kampus terkenal di Kota ini", Adir menjelaskan sambil menggerakkan tangannya seolah-olah sudah menguasai gestur dalam ilmu public speaking, padahal hal tersebut hanya spontanitas saja, mungkin karena sering melihat dan menonton para Pemimpin Bangsa dan Orator handal berpidato di depan khalayak ramai. Obrolan pun semakin cair, saling bertanya kabar keluarga, tempat tinggal, hingga topik pembicaraan yang futuristik, mau jadi apa kita ini di masa depan. Memang saat bertemu kawan semasa SMA akan mengungkit kisah-kisah lama di masa sekolah, serta kondisi diri masing-masing yang saat ini tengah merantau. Merantau memang butuh keberanian, merantau memang butuh bekal, apa arusnya terlalu deras? Ya! Memang sangat deras, fondasi diri harus di kuatkan dengan sebaik-baik dasar, ilmu harus semakin di upgrade agar semakin memahami hakikat kehidupan, dan agar tak terlalu kagum dan terpana dengan menjulangnya gedung-gedung pencakar langit. Sebab, Kastil Tangguh nan kokoh di Masyaf sebagai simbol majunya peradaban yang tampak megah juga hanyalah kastil biasa yang mungkin kelihatan megah tapi hanya sekedar tempat tinggal para kesatria templar berkumpul lalu merencanakan pembunuhan-pembunuhan Keji, tempat para kesatria templar bersepakat bersama pimpinannya untuk meninggikan pajak sehingga rakyat kecil tercekik. Semoga anak muda bangsa kita tidak terlalu terbuai dengan kemegahan yang ada di kota metropolitan, apa iya semudah itu untuk tidak terbuai? Sementara Allah SWT sudah mengingatkan kita di dalam firmanNya bahwa Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Tampaknya narasi ini sedang menggiring kita agar ber-negative thinking soal harta? Sebenarnya bukan seperti itu, ini mungkin terlalu kompleks untuk di jelaskan. Mungkin perlu penekanan bahwa yang berbahaya itu adalah bermegah-megah yang melalaikan, tetapi sungguh lebih elok bila kita menafsirkan sesuatu yang datangnya dari Allah dengan tafsiran para 'Ulama yang merupakan para pewaris Nabi, pandai memeras Dalil. Mungkin kita perlu belajar lebih banyak lagi, belajar dan terus belajar tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap dan mengelola harta.

Usai sudah ngobrol-ngobrol singkat antara Adir sang Anak rantau dan Vania kandidat Dokter Muda, kelak mereka berdua akan menjadi pemuda berpengaruh di masing-masing lingkungan strategisnya. Sarapan Bubur Ayam beserta bincang-bincang ringan selesai sudah, menyisakan semangat untuk terus berkembang, semangat untuk terus belajar, semangat untuk terus membangun, inilah pentingnya membangun jaringan, social currency begitu penting untuk dibangun, dijaga, dan dirawat sampai kapanpun semenjak dari usia sekolah, siapa yang sangka kelak social currency yang sudah dibangun ini akan memudahkan jalan kita di masa depan, ingatkah engkau bagaimana Rasulullah SAW membangun social currency yang memudahkan jalan dakwah Islam menyebar hingga Yastrib dan Abbysinia? Mari disini bersamaku, kita lanjutkan kisahnya.

Oleh : Mohamad Khaidir

AIR SURUT