Showing posts with label Sang Penjelajah Arus. Show all posts
Showing posts with label Sang Penjelajah Arus. Show all posts

Sunday, May 23, 2021

PENANTANG ARUS

SIAPA PARA PENANTANG ARUS ?



Mereka juga adalah anak bangsa yang harus kita rangkul. Karena Pemimpin Indonesia di masa depan adalah yang dapat berkolaborasi dengan semua golongan maupun kelompok.

Klik Link ini :


https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU


#pemuda #pemudaproduktif45 #produktif #penantangarus #arus

Wednesday, April 21, 2021

Thursday, April 15, 2021

5 TIPS MELINTASI AIR TERJUN!

5 TIPS MELINTASI AIR TERJUN!



https://youtu.be/e7nvuBHm2Jo


#airterjun #keindahanalam #Indonesia #jalanjalan #jalanjalanproduktif

Thursday, April 8, 2021

SIAPA PARA PENANTANG ARUS ?

Mereka juga adalah anak bangsa yang harus kita rangkul. Karena Pemimpin Indonesia di masa depan adalah yang dapat berkolaborasi dengan semua golongan maupun kelompok.



Klik Link ini :


https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU


#pemuda #pemudaproduktif45 #produktif #penantangarus #arus

Thursday, March 18, 2021

PARA PENANTANG ARUS

 SIAPA PARA PENANTANG ARUS ?


Mereka juga adalah anak bangsa yang harus kita rangkul. Karena Pemimpin Indonesia di masa depan adalah yang dapat berkolaborasi dengan semua golongan maupun kelompok.

Klik Link ini :


https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU

https://youtu.be/iTfdzt2VirU



#pemuda #pemudaproduktif45 #produktif #penantangarus #arus 

Wednesday, January 29, 2020

Membina Para Pemuda

Serial Sang Penjelajah Arus (15)

Malam sudah menunjukkan wujudnya dengan langit hitam dan kerlipan bintang-bintang di atas yang memanjakan mata, seolah-olah kerlap-kerlip Bintang tersebut menempel di kubah langit, di tambah lagi penampakan bulan yang bersembunyi di deretan Awan kelabu, tampak malu-malu menampakkan cahayanya yang bagi sebagian orang mengira cahaya bulan sangat romantis, Saking romantisnya tema tentang bulan sering dijadikan pelengkap dalam instrumen dan lirik lagu-lagu cinta. Bulan juga merupakan salah satu simbol yang sangat akrab dengan Ummat Islam, karena Bulan pernah menjadi saksi kemukjizatan Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang kafir meminta Beliau, Rasulullah SAW, untuk membelah bulan. Adzan Isya' sudah berkumandang, terdengar begitu indah untuk memanggil para insan yang mungkin terlupa, para manusia yang mungkin lalai, untuk segera menunaikan kewajiban dan janjinya, adzan juga menjadi pengingat tentang jati diri kita, siapa sebenarnya diri kita ini. Adzan berkumandang dengan keras menara Hijau Masjid Nurul Huda, tak jauh dari tempat Adir nongkrong sejenak, Masjid dengan keindahan yang mmampu memanjakan mata dan menggoda untuk berlama-alam di dalamnya. Masjid dua lantai dengan warna hijau yang mendominasi, warna menaranya cukup unik dan apik, perpaduan antara warna hijau, emas dan kuning yang menjadi polanya. Adir segera melangkah menuju Masjid Jami Nurul Huda untuk menunaikan kewajiban, tentang bagaimana seharusnya seorang hamba Mengabdi kepada Rabbnya, tiba di serambi Masjid, dekat dengan tempat Wudhu bagian depan, ada seseorang pemuda yang menegur Adir, "Kak Adir..". Kaget bukan main, Adir bertemu dengan seorang pemuda berasal dari kampung Halaman, seorang pemuda yang juga sedang merantau di Kota Rantau, Indra namanya. Bertemu Indra di Masjid Nurul Huda merupakan sebuah peristiwa yang menambah semangat di dalam diri Adir, bagaimana tidak, Indra dulunya, kira-kira 7 tahun yang lalu adalah binaan Adir dalam program Mentoring lembaga kemahasiswaan di Kampus. Pernah menjadi binaan yang di dalam kegiatan mentoring tersebut kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik, bermanfaat bagi sesama manusia. Bincang-bincang ringan pun terjadi seputar merantau, bincang-bincang yang sangat singkat karena tak lama setelah itu Shalat Isya' secara berjamaah sudah akan dimulai ditandai dengan iqomat. Adir seolah-olah sedang menguatkan tekadnya untuk kembali membina para pemuda lagi, melanjutkan kegiatan-kegiatan positif, kegiatan-kegiatan yang menginspirasi, baik itu pelatihan maupun pengembangan diri. Sebab, masih banyak pemuda di luar sana yang sangat mudah terbawa arus, pergaulan bebas, seks bebas, narkotika dan obat-obatan terlarang mengintai para pemuda ini. Maka, di perlukan Konsep diri yang kuat, pondasi diri yang kokoh, Prinsip hidup yang menghujam ke dalam nurani, guna menjadi Benteng diri, guna menjadi bekal dalam bertindak dan berusaha. Sebuah kesyukuran bagi Adir pertemuannya dengan Indra malam itu, kembali membangkitkan gelora semangat untuk kembali berjuang, berjuang menyelamatkan para pemuda, lalu bersama-sama menuntut mereka  mengoptimalkan bakat dan potensinya untuk hal-hal positif, untuk negara dan bangsa ini, Indonesia menjadi Negara 5 besar dunia? Itu bukan sesuatu yang mustahil. Sungguh tak mudah menjadi penjelajah arus, mari kita lanjutkan kisahnya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, January 27, 2020

Memilih-milih Teman

Serial Sang Penjelajah Arus (14)

Kanal ditengah Kota Rantau airnya mengalir tenang, meskipun air yang mengalir keruh seperti keruhnya sungai besar yang membelah kampung Halaman. Jalan-jalan di tepi kanal tampak ramai dan agak padat, mobil dan motor yang melintasi memenuhi jalan, polusi udara menjadi tantangan sendiri bagi air di kanal, juga limbah-limbah dari masyarakat seperti sampah dan limbah rumah tangga lainnya, air di kota maupun air-air di Desa, atau air di samudera sekalipun akan menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Seperti air di samudera, ada kalanya ia tenang dengan sedikit gelombang yang dihembus oleh angin Utara. Kadang ia harus berhadapan dengan badai nan ganas yang berputar dari langit, bertumpu pada satu titik, lalu memutar ganas menghujam samudera.m Kadang ia harus merasakan el-nino yan membawa hawa panas, kadangpun ia menghadapi la Nina yang membawa kelembaban, begitu pula manusia, dimanapun ia berada dan kapanpun, tantangan dan rintangan tak akan pernah berhenti sampai kehidupan berakhir. Kondisi jalan sangat penuh dengan mobil dan motor yang bersesakan mencari jalan keluar dengan tujuan dan ego masing-masing,  penulis memilih menggunakan kata penuh agar ada sugesti positif. Kata seorang motivator, biasakan diri kita menggunakan kata-kata positif agar ada sugesti positif dan mengalir energi-energi positif, maka menggunakan kata jalan yang penuh baik daripada menggunakan kata macet. Ditengah-tengah arus yang membuat kita mesti berpikir keras dan menganalisa mana yang positif dan mana yang negatif serta mana yang sudah bercampur, kompleks dan rumit, hadirlah generasi yang sebenarnya merupakan Korban sistemik, generasi yang takut salah. Mereka yang takut salah ini lahir dari sebuah pengondisian yang ketika sekali melakukan kesalahan maka seisi kelas akan menertawakan dengan keras. Tanpa berusaha untuk menyampaikan, menasehati, atau mengingatkan, justru yang terjadi adalah pem-bully-an, pembunuhan karakter, penghinaan secara berlebihan, serta hal-hal negatif yang akan membuat sang pembelajar atau sang pembuat kesalahan hilang keinginan untuk belajar. Anak didik menjadi takut berpendapat, takut bereksperimen, takut berekspresi, karena satu sebab yaitu ketakutan bila berbuat kesalahan. Sampai sekarangpun penulis belum menemukan sisi positif dari menertawakan kesalahan yang diperbuat oleh anak didik, maka dengan iklim semacam ini lahirlah generasi yang takut salah, Takut mengambil resiko, takut akan tantangan, takut mengambil peran, takut berkontribusi, takut menjadi Pejuang, tak punya keinginan untuk menjadi Pahlawan. Sambil menyusuri kanal dengan aliran airnya yang tenang, meskipun jalan penuh dengan kendaraan bermotor, cerita tentang generasi yang takut salah terus menggelayuti pikiran Adir, mungkin karena ia juga pernah mengalaminya bahkan menjadi korbannya. Sungguh tak enak menjadi bagian dari sebuah sistem pendidikan yang menjadikan anak didiknya takut salah, takut bereksperimen, takut berpendapat bahkan cenderung tidak percaya diri dengan Gagasan dari dalam diri sendiri, Gagasan yang lahir dari bacaan-bacaan Cerdas, baik bacaan tekstual maupun bacaan terhadap suatu kondisi, Gagasan yang lahir dari perenungan-perenungan yang mendalam atas tak idealnya situasi dan kondisi. Maka, menjadi asing, menjadi aneh, menjadi freak dalam istilah baratnya, akan dianggap sebagai sesuatu yang negatif bahkan cenderung sedikit berbeda dengan sistem yang ada. Padahal ketika semua pemikiran dan opini itu cenderung seragam, sebuah perubahan tak akan pernah dimulai, maka memang harus ada sebagian kecil orang, tak harus banyak yang ide-idenya revolusioner, cukup sekelompok kecil saja manusia-manusia yang berkualitas, sebab mereka adalah para calon pemimpin masa depan. Petang baru saja beranjak menuju gelapnya malam, dibalur oleh udara dingin, Angin dingin Khas Kota rantau, juga menyapu permukaan air yang keruh di kanal, jalan yang penuh dengan kendaraan juga sudah mulai lengang, tepat di sebuah pertigaan jalan yang melintasi kanal, ada sebuah bangunan dengan Konsep minimalis tepat berada di dekat jembatan yang membelah kanal kota rantau. Bangunan dua lantai dengan dominasi warna kuning, juga ada warna putih, hitam, dan abu-abu berpadu dengan Konsep minimalis dan sejuknya ruangan dan karpet berwarna abu-abu yang menghampar di lantainya. Tepatnya dilantai dua bangunan tersebut, Adir, Azikin, Zainal, Zulfan, Fahmil, Agus,dan Ustadz Fathul sedang berbincang-bincang di sebuah ruangan meeting. Bincang-bincang ringan seputar capaian-capaian diri, capaian Individu, serta berbicara mengenai mimpi-mimpi yang ingin dicapai serta program-program yang akan dilaksanakan. Kebetulan malam itu sedang berbincang soal rencana untuk mendirikan usaha mikro, membalas potensi pasar dan hal-hal Teknis lainnya. Pada malam itu Zainal, pemuda yang sangat baik kemampuan bahasa Arab serta pandai membaca kitab-kitab fiqih mengajukan diri untuk mengeksekusi program tersebut, "saya InsyaaAllah bisa untuk menjalankannya.. saya melihat potensi yang bagus di tempat keramaian", Kata Zainal dengan bersemangat. Azikin kemudian juga bicara, "Saat Musim panas, bisnis Minuman memang sangat cocok dan berpeluang." Zulfan juga ikut memberi sumbangan Ide, "apalagi kalau tempatnya juga strategis."Malam yang dingin itu kemudian berubah suasananya menjadi lebih hangat karena serunya perbincangan-perbincangan yang positif, lebih spesifik tentang rencana mereka untuk menjalankan sebuah usaha, usaha mikro kecil menengah (UMKM). Fahmil yang juga pelaku Ekonomi Kreatif memberikan pandangan-pandangannya tentang usaha mikro, Agus yang merupakan seorang praktisi ekonomi kreatif juga menyampaikan ide-ide kreatifnya, Ustadz Fathul memandu diskusi yang hangat di malam yang cukup dingin itu, Adir lebih memilih banyak mendengar sambil sesekali memberikan pandangannya. Diskusi mengalir begitu deras, dari sekian banyak Ide yang tersampaikan maka memang seharusnya kita akan menemukan ujungnya yaitu eksekusi, eksekusi Ide di lapangan juga sebenarnya merupakan eksperimen dalam metodologi ilmiah, teori-teori di uji, asumsi-asumsi ingin di buktikan, sebab-akibat serta dampak akan menemukan muaranya. Begitulah ketika orang-orang beraura  positif berkumpul, maka yang akan dibicarakan dan direncanakan adalah kebaikan serta kebermanfaatan yang besar serta luas, lalu kata siapa tak baik jika kita memilih-milih teman dalam bergaul? Sebuah Kalimat yang entah dari siapa sumbernya ini rasa-rasanya perlu kita pertanyakan kembali relevansinya dengan kekinian dan kedisinian, situasi serta kondisi. Diskusi terus dilanjutkan hingga tengah malam, keakraban, persaudaraan, suatu hal yang membuat orang berlama-lama duduk bersama. Kisah ini masih akan kita lanjutkan.

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, January 25, 2020

Kualitas Kesejahteraan dan Saksi Sejarah

Serial Sang Penjelajah Arus (13)

Suara motor matic hitam berderu halus membelah kesunyian Angin menjelang sore, melintasi dan berlari diatas aspal tebal yang warnanya hampir menghitam, terkadang melintasi batu-batu kali dan tanah berdebu, melaju menuju arah selatan kota rantau, setelah cukup bosan berhadapan dengan rimba tembok, gedung menjulang tinggi hendak ingin menggapai langit, Jalanan luas dan lebar yaitu jalan tol, taman-taman kota bergaya Khas rindang nyaman nan hijau, Adir ingin menyaksikan sesuatu yang berbeda, yaitu pemandangan alam secara langsung, yang Klasik dan bersejarah. Bagaimana tak bosan, pembangunan nasional tak hendak berfokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), sistem politik negara kita tak lagi menggunakan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang juga memandu tentang pembangunan SDM juga adalah bagian dari pembangunan nasional. Gross domestic product (GDP) menjadi Indikator utama dalam menyusun program serta kebijakan pembangunan nasional, seolah-olah GDP adalah satu-satunya Indikator kesejahteraan masyarakat. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah masyarakat kita sudah sejahtera? Dengan melihat realitas Kota Rantau yang merupakan Ibu Kota Provinsi bagian Selatan di Indonesia, apakah benar masyarakat kita sudah mengalami peningkatan kesejahteraan? Memang benar bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat 8 dunia berdasarkan capaian GDP, bahkan di perkirakan beberapa puluh tahun ke depan akan masuk ke 5 besar, bahkan 3 besar berdasarkan pencapaian GDP. Segala kebijakan bertumpu pada GDP lalu menisbikan faktor-faktor lain yang secara riil merupakan faktor penunjang kesejahteraan masyarakat, seperti kualitas hidup (sandang, pangan, ilmu pengetahuan, spiritualitas, waktu luang, dan waktu produktif). Akhirnya tentu kita akan bertanya-tanya, sudah sejahterakah kita sementara harga barang-barang terus melonjak naik? Sudah sejahterakah kita sementara upah riil masih di bawah upah minimum regional? Sudah sejahterakah kita sementara petani dan nelayan tidak diseriusi pengembangan dan pemberdayaannya (Konsep green economy & blue economy) ? Renungan-renungan semacam ini terus berkecamuk dalam pikiran Pemuda bernama Abdul Muktadir, pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan infrastruktur yang tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat, padahal bila pembangunan infrastruktur di arahkan pada sektor pendidikan dan kesehatan, ini akan menjadi hal yang baik karena secara langsung memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Motor hiam terus melaju kencang tanpa dipandu google maps, hanya bermodalkan informasi dengan bertanya, lagipula dengan bertanya, cukup baik untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial. Motor melaju kencang dan berhenti sejenak disebuah jembatan yang cukup panjang, dibawah jembatan mata dimanjakan dengan pemandangan sungai yang luas, panjang, dan nyaris horizon, sungainya sangat jernih serta tidak berwarna kecoklatan. Sejenak menghirup udara yang sedikit bebas dari polusi, segar, agak dingin karena tepat di atas sungai, Angin berhembus seolah-olah memberitahukan bahwa di hilir sungai ini ada laut yang luas dan lepas. Motor melaju lagi melintasi jembatan masuk ke sebuah perkampungan yang lumayan padat penduduknya, ternyata jalan ini bukan menuju tempat yang dituju, Adir memutar haluan menuju arah sebaliknya, awalnya jalan ini beraspal dan mulus, lalu mulai mendekati tujuan aspalnya mulai kasar dan berbatu, sampai di dekat tujuan jalannya sebagian sudah menggunakan paving block sementara sebagiannya lagi tanah. Beberapa titik ada rumah panggung dengan Khas masing-masing daerah di Bumi Selatan, menunjukkan ketinggian budaya, yang berarti majunya peradaban, bahannya dari kayu dengan ukiran-ukiran Khas Suku setempat, menandakan kepribadian dan kemauan yang kuat layaknya karakter masyarakat bumi selatan pada umumnya, karakter masyarakat kota rantau pada khususnya. Pohon-pohon yang rimbun seakan-akan daun dan rantingnya bertautan satu sama lain memunculkan nuansa yang sejuk sekaligus memancarkan kegelapan yang berlapis-lapis menjelang petang. terdapat beberapa kendaraan bermotor yang berkumpul di tepi sungai mengantri untuk menyeberang menggunakan rakit sederhana, menyeberang untuk pulang kerumahnya masing-masing atau mungkin untuk melanjutkan Aktifitas dan pekerjaannya. Tempat yang dituju Adir ini juga menjadi favorit para aktivis pemuda-pemudi, aktifis Mahasiswa, untuk mengadakan pelatihan-pelatihan, pengkaderan, pembekalan-pembekalan, dan kegiatan pengembangan diri lainnya. Sekarang keingintahuan dan rasa penasaran yang selama ini tersimpan terjawab dan terkuaklah sudah, Benteng yang sangat terkenal di kota rantau, Benteng yang sangat bersejarah di kota rantau, menjadi saksi pertempuran-pertempuran dan pertarungan serta peperangan mempertahankan eksistensi serta memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Individu sekaligus makhlus sosial, begitu dasar negara kita mengaturnya, maka seharusnya penjajahan diatas dunia harus dihapuskan. Imperialisme yang tumbuh subur di Eropa sebagai dampak dari Perjanjian Tordesilas, bahwa tanah-tanah lain itu tak bertuan dan berhak untuk dijajah. Cikal bakal imperialisme yang bergolak dibangsa kita dan membuat masyarakat kita sempat terpuruk. Maka ketika penjajahan dan imperialisme masuk ke Kota Rantau dimasa lalu, tentu saja hal ini sesuatu yang sangat tidak bisa diterima oleh Masyarakat Nusantara yang sangat Ramah, humanis, dan berkarakter pejuang. Setiap masa punya tantangan yang Khas sesuai situasi dan kondisi yang terjadi, seperti ketika masa penjajahan Jepang di Indonesia, Ummat Islam mendapat perlakuan khusus karena Jepang berharap para 'Ulama dan Santri dapat membantu Jepang menghadapi Perang Asia Timur Raya. Pada saat yang sama Jepang juga memberlakukan kebijakan Deormasisasi dan Deparpolisasi, Organisasi kemasyarakatan dan Partai Politik harus segera dibubarkan, pada Tahun 1942 Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII) resmi dibubarkan, bukti bahwa Jepang sangat berhati-hati terhadap Islam Politik. Bahkan, meskipun Jepang mengharapkan bantuan para 'Ulama dan Santri dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, strategi divide & rule juga tetap jalan yaitu dengan menempatkan orang-orang sekuler dan anti-islam didalam struktur chuo sangi in agar bisa mengimbangi (check & balances) pengaruh para 'Ulama yang mengakar di masyarakat. Simpul-simpul perbedaan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Jepang dengan strategi divide & rule untuk mengokohkan penjajahannya di Indonesia. Kelak di masa-masa persiapan Kemerdekaan Indonesia, simpul-simpul perbedaan inilah yang akan menjadi kekuatan, karena punya keinginan kebangsaan yang sama yaitu Merdeka! Dengan sesekali mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menikmati keindahan alamnya, membaca informasi-informasi terkait didalam situs sejarahnya, merenungkan tentang kisah-kisah perjuangan, maka akan menambah rasa syukur kepada Allah SWT, menyadari dan mensyukuri nikmat kemerdekaan yang saat ini kita nikmati, semakin menambah semangat nasionalisme yang mengejawantah pada cinta tanah air, lalu mengambil peran di dalamnya, berkontribusi yang terbaik untuk bangsa ini, mengingat saat ini simpul-simpul perbedaan menjadi kelemahan kita dalam mengisi kemerdekaan dan masa-masa reformasi. Meskipun saat ini kita sedang mengalami paradoks yang besar, ibaratnya kita terbang terlalu rendah sementara langit kita masih terlalu tinggi, sementara bangsa ini punya potensi untuk bersaing dengan negara adikuasa di dunia, maka mari menikmati kisah perjalanan Adir, mari menyerap kisah lagi bersamaku disini, untuk mengisi kemerdekaan kita dengan kisah-kisah Inspiratif yang memotivasi kita untuk berbuat lebih dan terus produktif, dan perjalanan membangun bangsa ini pun harus terus dilanjutkan, bersamamu, bersamaku, bersama kita semua.

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, January 23, 2020

Dari Kota Pantai Menuju Kota Rantau

Serial Sang Penjelajah Arus (12)

Hari ketiga di Kota Pantai, Adir bersama rekan-rekan seperjuangannya, yaitu Zulfan yang mensponsori Tenda untuk berkemah, Fahmil Sang Pemilik Mobil Suzuki Ertiga berwarna putih yang membawa mereka menuju kota Pantai, Azikin pemuda Cerdas yang sangat cepat menyelesaikan pascasarjananya, dan Zainal seorang yang tegas dan keras serta mampu membaca kitab-kitab fiqih berjilid-jilid. Mereka berkumpul dalam satu tenda dan bersiap melakukan sesuatu yang mencengangkan bagi orang-orang awam, berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain, menyisir kompleks tempat tinggal warga, menawarkan visi dan Misi, memperkenalkan calon pemimpin masa depan serta program-programnya, berkenalan satu per satu dengan masyarakat kota Pantai, menanyakan nama, kabar, juga di selingi ngobrol tentang masa depan kota pantai yang tak lama lagi akan mengadakan pesta demokrasi. Cara ini disebut dengan direct selling, bukan menjual barang atau menawarkan suatu produk, tetapi yang ditawarkan adalah calon pemimpin beserta Gagasan dan program-programnya, meskipun belakangan penulis menyadari bahwa direct selling akhirnya adalah cara yang sudah kuno dan kurang Relevan dengan perkembangan zaman. Selama Bunga shaqayeq tumbuh mekar, hidup harus terus berjalan, begitu pepatah kuno Persia mengatakan. Tak peduli penolakan yang terjadi, tetap santun dalam berucap dan bersikap, semangat seperti ini patut di contohi, meskipun belakangan setelah memahami secara riil bahwa semangat saja tak cukup. Selain semangat, yang di perlukan dan tak kalah penting adalah ilmu pengetahuan, sebab pemimpin di masa depan adalah mereka memiliki ilmu pengetahuan di atas rata-rata, agar dapat memahami kemana bangsa ini kan menuju, kemana arah baru bangsa ini, bukan sekedar kerja, kerja, dan kerja, atau sekedar taat dan tsiqoh saja tanpa memahami secara utuh persoalan yang sedang terjadi. Terkesan agak memaksa sih, tetap akan ada pengaruhnya meskipun kecil, begitu pikir Adir, langsung membagi-bagikan stiker, kartu, serta menawarkan Gagasan yang terlalu Umum, entah apakah cara-cara ini masih Berlaku bagi masyarakat yang semakin Cerdas dan melek teknologi, kita lihat saja nanti. Sampai di hari keempat setelah beberapa kegiatan dan materi, sesi terakhir dari rangkaian kegiatan selamma 3 hari 2 malam ditutup dengan penampilan seni dari masing-masing grup. Agar suasana tak serius melulu, agar suasana menjadi sedikit lebih santai dan mencair, memang kestabilan dan keseimbangan adalah kondisi ideal bagi manusia. Kira-kira seperti Fungsi check and balance yang ada pada sistem pemerintahan kita, agar eksekutif tak otoriter, maka hadirlah legislatif sebagai penyeimbang yang mengkritisi dan berbicara lantang ketika ada sistem yang tak berjalan sebagaimana mestinya, Fungsi lain legislatif adalah penganggaran dan menghasilkan undang-undang. Manusia itu butuh keseimbangan, maka ia pun butuh faktor yang menyusun keseimbangan tersebut, yaitu penyeimbang. Karena persiapan yang cukup matang di tambah jiwa-jiwa kreatif para anggota kelompok, maka pada malam itu kelompok Adir dan rekan-rekannya menjadi penampilan terbaik yang cukup menghibur dan menumpahkan gelak tawa hampir seluruh peserta. Karena tema yang dibawakan dalam penampilan seni tersebut adalah tema yang cukup menarik, yaitu parodi tentang Pemilihan Kepala Daerah Kota Pantai, dibawakan dengan sederhana dan apa adanya dengan sedikit sentuhan humor politik oleh Zulfan dan Zainal lalu diselingi lagu Perjuangan yang di nyanyikan oleh Fahmil, ternyata cara ini ampuh untuk menjelaskan kondisi kekinian serta cara yang ampuh untuk menertawakan diri sendiri Tatkala muncul fanatisme buta terhadap satu tokoh atau suatu golongan/kelompok, agar kita lebih berpikiran terbuka dan santai saja dalam menghadapi persoalan sepelik apapun itu. Makanan Khas yang di dominasi oleh daging, aroma Khas kuahnya yang terdiri dari bumbu-bumbu pilihan yang tak sembarang orang bisa meraciknya menjadi kelezatan yang Khas, hidangan lezat ini menjadi semacam hadiah bagi Adir, Zulfan, Fahmil, Azikin, dan Zainal. Saat peserta yang lainnya mungkin makan seadanya saja, Adir, Zulfan, Fahmil, Azikin, dan Zainal makan makanan yang bisa di katakan agak mewah, rupanya ini menggunakan hadiah bagi grup dengan penampilan seni terbaik pada kegiatan tersebut. Sekarang waktunya bergegas kembali ke Kota Rantau setelah beberapa hari menyerap ilmu, Mencerap pengalaman dan hikmah, mengakrabkan diri bersama sahabat seperjuangan, menguji persaudaraan dengan makan dan berbincang bersama-sama, sungguh sebuah episode yang takkan terlupakan bagi Adir pribadi. Adapun penolakan, gertakan, cacian, Motivasi, Inspirasi, ilmu, transfer semangat, sampai kekecewaan adalah tempaan agar diri semakin matang dan seimbang dallam menjalani kehidupan, life must go on, kehidupan harus terus berlanjut, sebentar lagi petang akan tiba, senja jingga mengalir lembut di ufuk rindu bersama pemandangan putaran kincir Angin pembangkit listrik tenaga bayu, lagu-lagu perjuangan dan senandung-senandung semangat positif berdetak mengisi heningnya mobil putih, membawa berbagai suasana kepada lelah dan penatnya berjuang membentuk diri, daun-daun serta batang pohon bergerak cepat ke arah belakang lalu hilang seketika dari jendela kaca bening, perjuangan harus terus berlanjut sebagaimana hidup berjalan, sekarang waktunya kembali ke kota rantau.

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, January 21, 2020

Manusia-manusia Berkualitas

Serial Sang Penjelajah Arus (11)

Angin berhembus membawa kabar-kabar, membawa suasana sejuk di tepi kulit. Bangunan-bangunan Perumahan serta pertokoan yang tak begitu tinggi kokoh berdiri siap menerima pergantian hari di iringi desiran daun-daun yang bergesekan karena hembusan Angin, tampak harmoni kondisinya, ada yang statis dan ada yang dinamis mengiringi perjalanan hidup kita. Orang-orang mulai bergerak mempersiapkan diri, burung-burung bercicitan seakan-akan sedang bercakap-cakap, mungkin saja cicitan burung-burung ini adalah Dzikir kepada Allah. Hidup harus terus berjalan, meski kendaraan berlalu lalang di simpang jalan dan jalan Poros, padi akan tetap tumbuh di sawah-sawah pinggir kota dan tampak sejumlah petani sedang bekerja dengan Tekun. Langit dibagian selatan Kota Pantai tampak berawan namun tetap cerah, masyarakat lalu lalang di lapangan pemuda yang merupakan icon kota Pantai, masyarakat yang sedang berolahraga, jalan-jalan, sedang berdagang, sedang jajan, dan Aktifitas lainnya. Kota Pantai berjarak 3 jam perjalanan darat dari Kota Rantau, cukup naik mobil saja, bila naik motor mungkin bisa lebih cepat lagi sekitar setengah jam. Di Kota Pantai ini ada sungai yang cukup besar dan panjang, cukup keruh, butuh perhatian serius dan kerja-kerja bertahap agar sungai itu jernih kembali. Mobil Suzuki Ertiga melaju kencang melintasi jalan Poros yang merupakan jalan nasional, peningkatan dan perbaikan jalan adalah tanggung jawab Pemerintah Pusat. Jalan yang biayai oleh APBN ini mulus dan halus, bagai jalan yang tak pernah putus dan tak pernah diketahui dimana ujungnya, mobil melaju kencang membawa 5 orang pemuda bersemangat daan bergairah untuk melakukan perubahan, menyiapkan diri untuk turun langsung ke lapangan memengaruhi opini Publik kota Pantai, bagaimana caranya? Mungkin dengan mengunjungi rumah warga satu persatu dari pintu ke pintu, bertemu dan bercakap dengan warga, menawarkan beberapa program kerakyatan agar mereka mendukung Gerakan perbaikan ini. Tapi, apakah itu semua cukup? Kelak anda akan bisa menebaknya sendiri, tentang mana yang lebih efektif, bayangkan itu terjadi pada diri anda, ketika masyarakat di Tawari program beserta perangkat pendukung program dibandingkan dengan anda memberi sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau memodali ia dengan sejumlah uang lalu membimbing cara membangun bisnis serta membentuk mental kewiraausahaannya, sekarang perbandingan ini lebih realistis dan pasti anda bisa menjawabnya bukan? Mobil putih nan anggun itu terus meluncur dengan tujuan menuju Kota Pantai, melaju dengan kencang sambil membawa beberapa pemuda Cerdas serta punya banyak Ide serta banyak karya, Adir merasa sangat beruntung bisa bergabung bersama mereka, para pemuda-pemuda unggul. Kini mobil yang melaju seolah-olah memburu deru Angin itu telah tiba di batas kota, tak jauh dari gerbang selamat datang, rombongan ini singgah melepas lelah di Islamic center kota pantai, lalu melaksanakan Shalat di tempat indah nan sejuk ini. Bagaimana tak indah, di bagian utaranya sawah hijau terhampar bertingkat-tingkat seakan-akan tanpa batas membentang dan hanya di batasi oleh birunya gunung serta kaki-kaki Angin. Dibagian selatan Islamic center ini pelatarannya sangat indah dan penataannya sangat baik. Sebagian besar tamannya sudah dipenuhi dengan paving block sampai di pinggir jalan, berpadu dengan beberapa Taman kecil di tepi jalan masuk depan tangga menuju tempat shalat di lantai dua. Bunga-bunga di Taman Islamic center ini berwarna-warni layaknya Taman Bunga pada umumnya, terlihat begitu harmoni berpadu dengan warna bangunan islamic center yang di dominasi oleh warna biru, pada tepian tiangnya berwarna putih, berkolaborasi dengan garis-garis keemasan, serta warna biru tua melengkapi kolaborasi warna indah tersebut. Selesai melaksanakan kewajiban dan istirahat sejenak, para pemuda Tangguh ini kemudian melanjutkan perjalanan ke pusat kota Pantai, sebentar lagi akan tiba di lokasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang akan di ikuti berupa kegiatan pelatihan dan pengembangan diri, di dalamnya di latih hal-hal yang terkait life skill, kepemimpinan, dinamika kelompok, manajemen organisasi, manajemen konflik, pemberdayaan, dan materi pengembangan diri lainnya. Tak lain dan tak bukan tujuannya adalah membentuk manusia-manusia berkualitas, berkapasitas, serta mampu menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan mampu menjadi pemimpin di masa depan. Ketika krisis kepemimpinan sedang terjadi pada bangsa kita, pelatihan-pelatihan semacam ini sangat dibutuhkan. Manusia-manusia berkualitas bila tidak diupayakan dan diusahakan maka tidak akan terwujud, begitulah Rasulullah SAW membentuk para keluarga dan sahabat nya menjadi manusia-manusia berkualitas. Adir teringat sebuah kisah tentang salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat berkualitas dan di akui Khalid Bin Walid Sang pedang Allah. Adalah Al-Qa'qa' Ibnu 'Amr At-Tamimi, seseorang yang datang sebagai jawaban atas surat Al-Mutsanna kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Siapakah Al-Mutsanna? Siapa pula Al-Qa'qa'? Mungkin yang sering kita dengar dan kita baca adalah kisah tentang Lelaki lembut yang merupakan sahabat utama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Pedang Allah yang terhunus kepada musuh-musuh Allah, yakni Khalid Bin Walid. Agar runut, kita mulai dari siapa itu Al-Mutsanna, Al-Mutsanna adalah seorang Lelaki Arab yang sangat berpengaruh di antara kaumnya, Bani Bakr Bin Wa'il. Sewaktu Rasulullah SAW hidup, Rasulullah pernah meminta jaminan keamanan dari Al-Mutsanna dan Al-Mutsanna memberikannya. Sebuah peristiwa sejarah yang membuktikan kecerdasan Rasulullah SAW dalam hal geopolitik, kesadaran geopolitik yang luar biasa, Al-Mutsanna dan kaumnya bermukim di perbatasan Arab dan Negeri Persia, betapa Sang Nabi menjaga dan melindungi keamanan Kota Madinah dari Invasi yang kapan saja bisa terjadi dari arah Persia. Al-Mutsanna adalah Lelaki yang orasi nya di dengarkan oleh 8000 Kesatria Arab di perbatasan Persia, seorang Lelaki yang Islamnya sepadan dengan Islamnya 8000 Lelaki Bani Bakr Bin Wa'il. Sampai pada masa Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Al-Mutsanna mulai gelisah dengan nasib petani dan rakyat kecil di sekitaran Perbatasan Arab dan Persia, mereka harus membayar pajak yang tinggi kepada penguasa Persia, lalu hasil kerja keras mereka juga sebagian besar tak bisa mereka nikmati karena harus menyetornya kepada Gubernur perwakilan Kaisar Negeri Persia. Kezholiman dan kesewenang-wenangan ini membuat Al-Mutsanna, Lelaki berkualitas ini menuangkan kegelisahannya pada sebuah Surat yang ditujukan kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kira-kira isi suratnya adalah tentang kegelisahan akan ketidak adilan negeri Persia kepada Masyarakat di Perbatasan Arab dan Persia lalu meminta pasukan bantuan untuk melakukan ekspansi agar rakyat Persia bisa merasakan indahnya Islam dan betapa adilnya Pemimpin Kaum Muslimin. Sebelum Surat itu di respon oleh Khalifah Abu Bakar, Khalid Bin Walid Sang Pedang Allah sudah mendapatkan instruksi untuk mem-back-up pasukan Al-Mutsanna, para Sahabat Nabi SAW ini pun bertemu dan merancang beberapa strategi perang untuk membebaskan penindasan yang ada di depan mata mereka, di perbatasan Arab dan Negeri yang saat itu sedang carut marut memperebutkan tahta, Negeri Persia. Alangkah ngerinya negeri ini ketika Khosrou menerima Surat ajakan dari Baginda Nabi untuk masuk Islam namun surat tersebut dirobek-robek, terkoyak-koyak di hadapan para pembesar Persia, siapa yang sanggup merobek-robek sebuah surat ajakan kebaikan dari Manusia Terbaik di Muka Bumi ini? Pinta Nabi dalam doanya, semoga Allah merobek-robek Kekuasaannya, dan doa yang menyejarah ini pun mulai terwujud di masa ketika Khalid Bin Walid dan Al-Mutsanna bertemu. Al-Mutsanna keheranan ketika bersama Khalid Bin Walid, Di antara para Tentaranya, ada satu orang yang dijelaskan Khalid sebagai bantuan dari Khalifah Abu Bakar kepada Al-Mutsanna. Al-Mutsanna meminta sepasukan bantuan dari Madinah, namun yang dikirim Khalifah hanya satu orang, ia adalah Al-Qa'qa' Ibnu Amir At-Tamimi. Orang macam apakah Qa'qa' ini? Sekualitas apakah dia? Sampai-sampai sepasukan bantuan dari Madinah hanya di wakili oleh Qa'qa' seorang diri? Khalid dan Al-Mutsanna pun seakan-akan ingin bertanya-tanya dalam hati, tetapi mereka yakin tak akan mungkin Khalifah mengirimkan orang yang tak berkualitas, berkapasitas, dan berkompetensi. Bahkan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memberi garansi dengan menitipkan pesan kepada mereka berdua, "Tak akan kalah Pasukan yang didalamnya ada orang seperti Qa'qa'. Singkat cerita Manusia-manusia berkualitas ini akhirnya berhadapan dengan bala Tentara Persia yang lengkap dengan persenjataan serta pasukan Gajahnya berada di seberang sungai dipimmpin oleh Pangeran Hurmuz. Di seberang dari sisi yang berlawanan, kaum Muslimin yang sedang menghadapi Tentara yang tidak biasa menggunakan taktik bertempur yang membuat Tentara Persia gentar. Tentara Kaum Muslimin datang dalam tiga gelombang pasukan dan dalam waktu yang berbeda-beda, gelombang pertama dipimpin oleh Al-Mutsanna. Gelombang pasukan kedua dipimpin oleh 'Adi Bin Hatim. Gelombang pasukan ketiga disertai Oleh Pemegang Komando pasukan kaum Muslimin secarah keseluruhan Khalid Bin Walid ditemani oleh Al-Qa'qa' Ibnu Amir At-Tamimi. Gemuruh Takbir yang menggetarkan tampak menggentarkan para Tentara Persia dan berpikir, Orang-orang Arab ini terus mendapatkan bantuan! Psywar sudah terlebih dahulu di menangkan oleh kaum Muslimin dengan Surat yang di layangkan oleh Panglimanya kepada Pangeran Hurmuz. Pangeran Hurmuz terkejut dengan Kalimat penutup Surat dari Khalid Bin Walid, "Aku membawa untukmu Pasukan yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan". Sosok dan prestasi perang Khalid sudah lebih dahulu sampai kepada para Tentara Persia dibandingkan wujud fisiknya, dan tiba saatnya mereka akan bertemu dengan sosok pedang Allah itu, pedang Allah yang terhunus bagi orang-orang kafir. Titik bertemu kedua pasukan adalah sungai, seperti tradisi peperangan pada umumnya, yang pertama dilakukan adalah mengadu Tentara terbaiknya dalam pertarungan one on one. Pangeran Hurmuz yang seolah tak ingin menunjukkan ketakutannya dihadapan tentaranya maju lebih dulu menantang Khalid Bin Walid, tentu saja ini adalah hal yang sangat disukai Oleh Khalid, Khalid pun maju tanpa ragu menyambut tantangan itu. Jalannya pertarungan tentu saja sangat mudah di tebak, Khalid Bin Walid yang dimasa mudanya pernah mengalahkan 'Umar Bin Khaththab dalam adu gulat menguasai pertarungan dengan cepat, Pangeran Hurmuz pun terdesak. Tak di sangka Pangeran Hurmuz melakukan sesuatu yang licik, ia sudah menyiapkan 3 algojo dari tentaranya untuk menghabisi Khalid dari arah belakang punggungnya. Sebelum sempat menyerbu Khalid, 3 algojo terbut ternyata tumbang lebih dulu tanpa nyawa di tangan Al-Qa'qa', Khalid menyaksikan langsung ketangguhan sosok Lelaki yang dipercayai Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, ialah Al-Qa'qa' Ibnu Amir At-Tamimi. Sehingga tentu anda bisa menebak jalannya peperangan bukan? Bagaimana psikologis pasukan yang pimpinannya sudah kalah terlebih dahulu dalam duel satu Lawan satu, kaum Muslimin menang dalam pertempuran melawan Tentara Persia yang dipimpin oleh Pangeran Hurmuz ini, meski sempat kesulitan dan mmemutar Otak untuk mencari strategi mengalahkan pasukan gajah. Sekelumit kisah singkat ini adalah kisa para Manusia Berkualitas, ada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat paling dekat Rasulullah SAW, seorang yang Imannya tidak diragukan lagi, menginfaq-kan seluruh hartanya pada perang Tabuk, memeluk Islam dan membela Rasulullah SAW saat awal-awal dakwah, menemani Baginda Nabi tercinta saat bersembunyi di gua dalam perjalanan hijrah, salah satu Sahabat yang terjaminkan masuk Surga. Ada Khalid Bin Walid, Lelaki Tangguh nan perkasa, Sang Pedang Allah yang terhunus bagi orang-orang kafir, yang strategi dan taktik perangnya lihai nan cerdik, Pejuang Islam yang Gagah Berani meluaskan ekspansi dan menumpas kesewenang-wenangan. Ada Al-Mutsanna, Lelaki yang sangat berpengaruh di kaumnya, Bani Bakr Bin Wa'il, Lelaki yang gelisah dengan penindasan dan ketidakadilan, menjadi Pahlawan dan idola nak-anak kaum Muslimin dalam kisahnya membantu menaklukkan Persia. Ada Al-Qa'qa' Ibnu Amir At-Tamimi, Lelaki kekar nan perkasa, juga berkontribusi dalam penaklukkan Persia dan menahan gempuran Tentara Romawi, lelaki dengan kemampuan bertempur yang luar biasa! Mereka adalah Manusia-manusia berkualitas, generasi-generasi terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, kira-kira seperti inilah tujuan dari pelatihan-pelatihan yang di ikuti Adir dan kawan-kawannya di Kota Pantai. Membentuk manusia-manusia berkualitas, dengan turun langsung berhadapan dengan masyarakat, menularkan kebiasaan-kebiasaan dan karakter yang baik, menawarkan Gagasan. Membangun bangsa lalu mengajaknya untuk bergabung minimal bersimpati, melakukan bakti sosial, kira-kira seperti itulah tujuan dari kisah perjalanan ini, mari nikmati terus arus dan kisahnya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, January 19, 2020

Generasi Peredam

Serial Sang Penjelajah Arus (10)

Sebuah kisah nyata yang terjadi di Kampung halaman, kisah tentang beberapa Siswa, yang menjadi Korban karena tidak sehatnya iklim belajar mengajar di sebuah institusi pendidikan. Dari beberapa Siswa ini, kira-kira ada dua orang Siswa yang kemudian menginspirasi penulis untuk menceritakan kembali kisah ini. Dua Siswa di kampung Halaman ini sudah terbiasa dengan kata-kata kotor, makian, dan cacian. Bagaimana tidak, teman-teman sebayanya tak segan-segan menghiasi percakapan sehari-hari dengan cacian, makian, dan kata-kata tak pantas, tampak menyedihkan bukan kisah ini? Ya, memang seperti itulah kisah kali ini, Adir pun mengetahui kisah ini. Setiap hari berinteraksi dengan orang-orang berwajah suram, tak pandang bulu mencaci maki sambil tertawa-tawa, bahkan terpingkal-pingkal. Seperti tanpa akhlak dan Etika, kedua Siswa tadi yang terceritakan di awal harus menghadapi hari-hari yang kelam dengan lingkungan orang-orang negatif. Aaah, apa yang ada dalam benak kedua Siswa tadi ya? Uniknya kedua Siswa di kampung Halaman ini memutuskan untuk tidak terpengaruh, berupaya sedapat mungkin tidak menjadikan cacian, makian, serta kata-kata tak pantas aktifitas sehari-hari. Sungguh amat berat komitmen ini, sungguh amat sangat berat, ibarat sedang menantang arus, bukan menjelajah arus. Tentu saja konsekuensi logis nya adalah, kedua Siswa dalam kisah nyata ini pasti akan menjadi Korban bully-an teman-teman sebayanya, ooh sungguh malang. Betapa menjadi asing itu sungguh tak enak rasanya, tetapi itulah jalan yang di pilih oleh kedua Siswa tadi. Kedua Siswa dalam kisah nyata ini tak disangka begitu Tangguh, Tangguh dalam hal mental, meskipun setiap hari menerima kata-kata yang tak pantas, mereka tetap paadaa prinsipnya untuk tak terpengaruh, berupaya sekuat tenaga agar tak mendapat pengaruh negatif. Kata-kata yang mereka keluarkan Tetaplah kata-kata yang santun, kata-kata yang baik, sangat menghargai Lawan bicara. Pernahkah mereka berdua menangis? Sering, sering kedua orang ini mendapat perlakuan tak pantas dari lingkungan yang boleh di bilang penuh dengan aura negatif. Generasi peredam, begitulah sebutan bagi mereka, meredam segala benturan-benturan serta bentakan-bentakan negatif lalu mengeluarkannya dalam bentuk positif, meredam segala caci maki lalu menjadikannya kata-kata santun nan indah, meredam segala bentuk perlakuan tak pantas serta bersabar atasnya lalu tetap berperilaku baik kepada sesama, inilah mereka generasi peredam! Kisah mereka ini cukup legendaris di kalangan teman-teman setingkatnya, seolah-olah mereka meredam segala keburukan yang terjadi lalu tetap berbuat baik dan berbuat yang terbaik, meski berat untuk menjalaninya, kisah generasi peredam juga Turut menghiasi kisah-kisah dalam buku ini sebagai wujud refleksi perenungan yang mendalam terhadap kondisi anak-anak sekolah zaman sekarang yang tak segan berbuat buruk dan tak menyesal. Inilah kisah generasi peredam, mereka yang terus bersabar dan terus bersabar sambil menyimpan keyakinan dalam hati bahwa suatu saat mereka akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki aura positif serta bersemangat untuk mengubah kelamnya setiap kisah, tentu tak mudah untuk mengubahnya, maka perlu orang-orang dalam jumlah yang banyak, generasi peredam yakin suatu saat mereka akan dipertemukan dalam bingkai perjuangan yang sama. Kelak harapan ini akan menjadi Kenyataan dan melejitkan potensi anak-anak generasi peredam. Kisah ini dituliskan kembali agar dunia tahu, agar orang-orang tahu, bisa mengambil pelajaran serta hikmah yang berlapis-lapis di dalamnya, agar kisah ini tak perlu terulang lagi, berikanlah salam kepada mereka jika kita bertemu dengannya, sampaikan rasa Salut dan jabat tangannya erat-erat lalu dengarkan ide-ide besar serta Gagasan tanpa batas mereka, penyerap informasi dan ilmu terbaik, bukan sekedar. Meresap tetapi juga ada proses penetrasi di dalamnya. Elaborasi ide-ide Brilian tentang membangun dan memberdayakan, nantinya bisa searah dengan semangat kolaboatif dan kontributif para Aktifis peradaban. Generasi Peredam, punya rekayasa-rekayasa menarik dalam rencana kehidupan, tetapi tetap yakin rencana Allah yang terbaik. Pikirannya melintasi zaman dan peradaban, menggali hikmah sebagai bahan renungan. Fisiknya pun demikian, melanglang-buana melintasi berbagai Provinsi dan Negeri, mengarumkan nama bangsa. Generasi peredam seolah-olah menyerap dentuman-dentuman, Mencerap benturn-benturan peradaban, bisakah ia? Tentu tak bisa sendirian, sebab ummat ini butuh sekelompok orang, miripkah generasi peredam dengan generasi pemikul beban? Ya, sangat mirip, mengubah tantangan menjadi peluang adalah titik tolaknya, merekalah anak-anak Generasi Peredam, yang suatu saat akan mengubah dunia, inilah mereka Generasi Peredam!

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, January 17, 2020

Penemuan Lepas Landas dan 5 Kilometer

Serial Sang Penjelajah Arus (9)

Langit sepanjang pekan ini nampak cerah dan sangat biru. Langit sepanjang pekan ini juga menjadi bahan renungan terfavorit, Adir menengadah ke atas untuk melakukan renungan-renungan Inspiratif. Sampai terbersit pikiran dimanakah Adir akan pergi bila ia ingin menghidupkan tradisi membaca yang sudah sering dilakukan sewaktu di kampung Halaman? Ia harus segera mencari tempat-tempat agar bisa melanjutkan Hobi produktif tersebut. Terlintas didalam benak untuk mencari toko-toko Buku dan pusat perbelanjaan yang mempunyai toko buku lengkap. Jalanan seperti biasa sangat ramai, kendaraan lalu lalang di jalan Poros seperti tanpa henti dan tiada putus. Untuk menyeberang jalan memang dibutuhkan keberanian, karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang. Untuk menuju toko buku yang hendak dituju, cukup sekali naik mobil angkot berwarna merah atau berwarna biru. Toko buku yang dituju terlihat dari jalan Poros, dengan posisi yang masuk agak kedalam, setelah trotoar dan lahan parkir yang cukup luas. Sebagai penanda, di bagian kiri jalan terdapat training centre dan Fakultas Kedokteran salah satu Universitas Islam Negeri terkemuka di Kota rantau, begitu megah dan bergaya Arsitektur Khas Eropa. Bukan berarti Universitas Islam Negeri tersebut pro terhadap Eropa, tetapi memang tidak bisa kita pungkiri orang-orang Eropalah yang kemudian membuat berbagai penemuan dapat 'lepas landas'. Penemuan teknologi robot memang dari kalangan Kaum Muslimin, yaitu Ismail Al-Jazary. Tetapi Teknologi tersebut tidak berarti apa-apa bagi kaum Muslimin sebab di zaman itu prasyarat kondisi yang tek begitu mendukung teknologi. Kaum Muslimin di Masa Kekhalifahan Utsmani tengah menikmati puncak peradaban Islam sehingga cenderung konsumtif, sebagian besar masyarakat adalah Muslimm Kosmopolitan alias Muslim Kelas menengah ke atas, "lantas, untuk apa penemuan Al-Jazary? Apa pentingnya bagiku?", begitulah kira-kira yang akan di katakan para Muslim Kosmopolitan yang hidup di masa Dinasti Utsmani. Sementara penemuan Al-Jazary yang merupakan cikal bakal robot, cikal bakal mesin uap, begitu penting bagi orang-orang Eropa. Penemuan ini menjadi 'lepas landas' di Eropa karena prasyarat kondisi sosial di Eropa saat itu sangat mendukung perkembangan penemuan tersebut. Alhasil, kita bisa lihat perjalanan sejarah bahwa yang mengawali revolusi Industri adalah Prancis, dan dengan segera terduplikasi pada orang-orang Eropa yang lain. Ketika mesin uap mampu menggerakkan Kereta barang, mampu memproduksi sendok, mampu memproduksi sepatu, dan perkakas lainnya, Eropa memimpin dari aspek Industri dan teknologi. Mungkin dari sinilah kita sebagai Muslim pun tak ada salahnya mengambil hikmah-hikmah dari kemajuan teknologi yang di pelopori oleh bangsa-bangsa Barat. Mungkin ini juga yang mengilhami Universitas Islam Negeri di Kota rantau membangun gedungnya sedikit bergaya Khas Eropa, mungkin juga bisa meniru semangatnya untuk memimpin kemajuan teknologi, agar bisa di duplikasi dan di kembangkan untuk kemajuan serta kepentingan Ummat Islam. Di depan Gedung Kebanggaan Universitas Islam Negeri Kota rantau ini tampak jejeran ruko, dan di bagian tengahnya-sedikit kekanan lebih tepatnya, berdiri sebuah toko buku sederhana dengan koleksi buku yang cukup lengkap. Mulai dari buku-buku fiksi, non-fiksi, hukum, sejarah, politik, Motivasi, pernikahan, dan berbagai tema penting lainnya memenuhi rak-rak sederhana di toko buku itu. Adir memasukinya dan 'woooow', selamat datang di jendela ilmu pengetahuan, selamat melahap lembaran-lembaran Inspirasi, selamat membaca motivasi-motivasi, selamat menyerap pemikiran-pemikiran lalu menyaringnya, yang terpenting selamat mendekati sumber-sumber ilmu! Kampus Biru Kota Rantau begitu memukau dengan Gedung tingginya, yang konon merupakan hotel unit usaha kampus, terkonfirmasi kebenarannya saat Adir menjadi salah seorang panitia kegiatan pelatihan di kampus biru. Tak jauh dari Kampus biru ada pertigaan yang belokannya mengarah ke arah Utara, jalannya sempit dan tidak dilandasi dengan aspal, melainkan dengan beton berlapis. Bagi pengendara mobil harus berhati-hati bila ada pejalan kaki atau kendaraan bertemu dua arah, harus melewatinya secara perlahan dan sebaiknya mengalah agar lalu lintas tetap lancar. Tak jauh dari pertigaan, mungkin sekitar 500 meter ke arah Utara ada sebuah ruko yang digunakan oleh para Aktifis untuk menjalankan Aktifitas rutin, yaitu diskusi, bertemu, membincangkan persoalan ummat, dan isu-isu kekinian, serta persoalan kebangsaan. Satu pesan masuk di handphone sederhana milik Adir yang isinya adalah mengundangnya untuk Turut juga menghadiri pertemuan di tempat tersebut. Ini kesempatan yang sangat baik untuk bertemu orang-orang sevisi, orang-orang yang berpikiran positif, orang-orang optimis yang terus bergerak dan berjuang menuju tujuannya melampaui batas-batas Individualisme, ini adalah kesempatan emas! Segera saja Adir meluncur menuju lokasi dengan harapan semoga menemukan ruko tersebut dengan mudah. Berjalan kaki dari kampus biru menuju lokasi cukup melelahkan, mengingat jaraknya yang lumayan jauh, sekitar 5 Kilometer. Tapi langkah tak boleh berputus asa, langkah harus mulai diayun, kaki harus segera bergerak, memapah harapan, bergerak dengan optimis dan dengan seluruh tenaga yang ada. Berkeringat tak jadi masalah, panas pun tak jadi masalah, lingkungan akan membentuk seseorang, sebab lingkungan punya pengaruh besar dalam pembentukan karakter. Seperti apa engkau 5 tahun ke depan adalah dengan siapa engkau bergaul dan buku apa yang kau baca. Kira-kira itulah yang menjadi semacam rambu-rambu bagi seorang perantau seperti Adir. Berkumpul bersama orang-orang positif akan memberikan dampak positif baginya. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat tinggi akan menularkan sepercik semangat pula bagi dirinya. Berkumpul dengan orang-orang Visioner akan membuat diri kita menjadi orang yang Visioner. Benar saja, sesampainya di lokasi, orang-orang ini adalah Komunitas kecil yang memimpikan Komunitas Muslim Universal, visinya jauh menempuh batas-batas realitas, dan malam itu adalah agenda meretas kembali jejak-jejak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat itu memang sedang pemutaran film sejarah di bioskop-bioskop pusat perbelanjaan kota rantau. Dan pada saat itu sedang pemutaran film berjudul "H.O.S Tjokroaminoto", sebuah film yang di rekomendasikan oleh para penikmat sejarah. Malam itu menjadi malam yang begitu nikmat, menikmati Alur sejarah pergerakan Nasional pra-kemerdekaan Indonesia, dimana Tjokroaminoto menjadi tokoh utamanya. Dari sepak terjangnya mendirikan Sarikat Dagang Islam, kemudian menjadi Sarikat Islam, hingga peran sang guru bangsa ini meng-kader para calon pemimpin bangsa Indonesia masa depan di rumah sederhananya. "Setinggi-tinggi Ilmu, Semurni-murni Tauhid, sepintar-pintar siasat", satu quotes dari Beliau sebagai pengungkit semangat untuk terus mencari ilmu, tetap mengokohkan Aqidah, dan semangat untuk terus berjuang serta bersiasat demi kemaslahatan Ummat. Memang benar kata orang-orang, tak rugi bila berkumpul dengan orang-orang yang bersemangat belajar dan berjuang!

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, January 15, 2020

Era Disruptif

Serial Sang Penjelajah Arus (8)

Hari berganti hari, memberikan pelajaran bagi orang-orang yang maau mengambil pelajaran, betapa pentingnya menjadi pribadi yang berpikiran terbuka (open minded). Berpikiran terbuka tidak mesti menghilangkan filter pada pikiran kita, tidak mesti juga menganggap bahwa akal adalah segalanya, apalagi bila menganggap akal adalah satu-satunya alat ukur suatu kebenaran. Bagi Adir pribadi, cukup dengan menjadi pribadi yang rendah hati dan terus mau untuk belajar maka diri kita bisa di kategorikan seebagai pribadi yang berpikiran terbuka. Dahulu Kekhilfahan Utsmani di Turki mengalami kemandegan generasi karena mulai merasa aman, tenteram, dan nyaman karena tengah di puncak peradabannya, mereka bisa di katakan adalah salah satu kekuatan adidaya di zaman itu. Istambul, Ibu Kota Kekhalifahan Utsmani adalah Kota yang sangat terbuka dari sisi perdagangan, sistem, maupun pemikiran. Tetapi sesungguhnya para Sultan penerus Muhammad Al-Fatih belum mempersiapkan situasi dan kondisi tersebut, bahkan belum begitu sempurna menyiapkan perangkat sistem serta sarana prasarana yang di butuhkan untuk menunjang Kekhalifahan ini benar-benar menjadi Rahmatan lil'alamin dalam Konteks yang sebenarnya. Mereka kedatangan tamu-tamu dari Eropa dengan Inovasi dan cita rasa seni yang luar biasa. Orang-orang ini datang dari Venesia, Florence, dan sekitarnya, memang saat itu orang-orang Italia tengah berada pada puncak peradaban seni yang tinggi. Orang-orang Italia ini datang membeli bahan baku, dan mencoba masuk ke dalam sistem ekonomi yang cukup ketat di dalam Kekhalifahan Utsmani. Apakah orang-orang Italia ini adalah penyebab kehancuran kekhalifahan Utsmani? Adir secara pribadi merasa bukan, mungkin Orang-orang Italia ini datang pada saat Orang-orang Turki Utsmani baru saja menikmati puncak kejayaannya lalu seperti gelombang sejarah pada umumnya, setelah puncak kejayaan peradaban kekhalifahan mengalami penuaan dan penurunan. Ini adalah konsekuensi dari zaman yang terus berubah, sebab perubahan akan terus terjadi. Juga merupakan konsekuensi dari Terbukanya pikiran orang-orang untuk menerima arus perubahan yang kaya akan inovasi dan kreatifitas. Apakah menjadi orang-orang yang open minded merupakan masalah? Boleh jadi ya, boleh jadi tidak, tinggal cara pandang kita saja memandangnya secara objektif. Rhenald Khasali yang terinspirasi oleh teori dari Christensen mengatakan bahwa kita tengah hidup di Era Disruptif. Segala sesuatu berubah begitu cepat, para incumbent yang enggan untuk berubah dan bertahan pada cara-cara lama akan menghadapi arus serta gelombang tak tertahankan. Era disruptif dengan keunggulan Konsep sharing economy membuat para pelaku usaha berpuluh-puluh tahun serta yang sudah mapan dalam hal branding terkejut dengan kemunculan pelaku usaha pendatang baru yang tak terdeteksi oleh survey dan statistik. Mereka adalah para pesaing tak terlihat yang menciptakan pasar sendiri merebut konsumen di pasar-pasar yang sudah ada dengan cara yang etis, sebab mereka menawarkan kemudahan, berorientasi pada pelayanan, serta memiliki harga yang lebih terjangkau di bawa harga pasar. Adir harus menyiapkan diri menghadapi Era ini, selamat datang di Era Disruptif!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, January 13, 2020

Senandung Jejak di Kota Rantau

Serial Sang Penjelajah Arus (7)

Menapaki langkah-langkah berduri..
Menyusuri rawa lembah dan hutan..
Berjalan diantara tebing jurang..
Semua dilalui demi perjuangan..

Letih tubuh didalam perjalanan..
Saat hujan dan badai merasuk di badan..
Namun jiwa harus terus bertahan..
Karena perjalanan masih panjang..

Kami adalah Tentara Allah..
Siap melangkah menuju ke medan juang..
Walau tertatih kaki ini berjalan..
Jiwa Perindui Syahid tak akan tergoyahkan..
Wahai Tentara Allah bertahanlah..
Jangan menangis walau jasadmu terluka..
Sebelum engkau bergelar Syuhada..
Tetaplah Bertahan dan Bersiapsiagalah..
(Jejak, di populerkan Oleh Izzatul Islam)

Senandung Nasyid yang di populerkan oleh Grup Izzatul Islam ini mengiringi secara tak nampak kehidupan Adir, dan memompa semangat dengan cara yang tak biasa, semakin cepat degup jantung berdetak, mengobarkan semangat juang yang seolah-olah tak kenal lelah dan pantang menyerah. Sejak pertemuan Adir dengan para Pejuang dakwah lembaga kemahasiswaan, pikiran untuk perubahan semakin berjalan menuju tujuannya karena bertemu dengan orang-orang yang sevisi, Persis seperti apa yang pernah di angankan Adir waku SMA, suatu saat ia akan bertemu dengan orang-orang yang sevisi dan siap membantunya. Ya, memang di masa SMA Adir tidak begitu mendapat tempat di kancah keorganisasian Siswa dan cenderung asosial, tetapi keyakinan bahwa suatu saat akan bergerak menjadi salah satu dari the agent of change terus tertanam dalam diri Adir. Mungkin saat SMA ia kurang mendapat kesempatan, tetapi yang kuat tak selamanya kuat, yang lemah tak selamanya lemah. Sejarah peradaban Islam membuktikannya, Klan Abbasiyah yang pernah tersisihkan pun mendapatkan kesempatan untuk berkuasa dan melukis indahnya puncak kejayaan peradaban Islam di masa keemasan Dinasti Abbasiyah. Mamluk yang dulunya merupakan pasukan Elit khalifah juga merangsek masuk Istana dan bisa memegang kendali pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Seljuk yang dulunya tak diperhitungkan oleh Khalifah juga bisa berkuasa dan menjadi Khalifah. Sungguh kemuliaan dan kekuasaan akan Allah pergilirkan kepada Manusia. Maka tentu saja Adir yang sedang belajar Sejarah memahami pergiliran ini, suatu saat ia akan mendapatkan kesempatannya, suatu saat ia akan masuk dalam lingkaran kekuasaan, orang-orang yang dulu menganggapnya sebelah mmata suatu saat akan melihatnya dengan tatapan kagum nan terkejut. Kini di Kota Rantau, Adir harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, dengan sebaik-baik bekal dan ilmu. Sangat berbahaya bila popularitas melebihi kapasitas, begitu pesan seseorang yang berperan penting dalam hidup Adir di perantauan, yang membimbing Adir tegar menjalani kehidupannya. Ya, memang benar bila popularitas melebihi kapasitas, ini bisa berbahaya, orang yang memiliki popularitas yang melebihi kapasitasnya akan cenderung menggunakan kekuasaan daripada pengetahuannya, ini jelas adalah ciri kemunduran cara berpikir. Bila suatu organisasi lebih menggunakan kekuasaan daripada ilmu pengetahuan, menutup pintu diskusi dan kritik, maka ibarat balon yang terus di isi udara suatu saat akan meledak. Apa mungkin hal itu terjadi pada organisasi dakwah sekalipun? Ya, sangat mungkin terjadi. Apa yang ada dalam pikiranmu bila orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi adalah kumpulan para manusia, bukan malaikat. Setiap manusia punya potensi terjerumus dalam kesalahan berpikir, setiap manusia punya peluang berbuat kesalahan, seperti itulah dinamikanya. Setiap ada yang berubah manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus berubah, apalagi jika yang terus berubah adalah lingkungan strategis, hal ini sudah barang tentu membutuhkan pendekatan yang bersifat kasuistik. Mau tidak mau, suka tidak suka, Adir harus bisa memahami hal ini dengan cepat, sebab setiap hari ia dihadapkan dengan realitas dan dinamika yang ada.

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, January 11, 2020

Membawakan Materi

Serial Sang Penjelajah Arus (6)

Semilir Angin sejuk membelah kesunyian yang menjelajah hingga ke punggung, memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati karena Suhunya membuat tubuh ini nyaman. Jalanan kota agak padat, jadi Irfandi, seorang Mahasiswa yang di tugaskan menjemput Adir, mencoba lewat jalur alternatif membelah Perumahan Tengah Kota Rantau lalu terus hingga perbatasan kota rantau dan Kabupaten Tetangga. Irfandi melaju kencang dengan motor bebek berwarna hijaunya, ada kombinasi warna putih dan hijau di body motornya, melaju kencang menjemput Abdul Muktadir yang di daulat sebagai salah satu pemateri acara Dauroh, sebuah kegiatan yang merupakan pintu masuk atau gerbang rekrutmen lembaga Kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan ini adalah salah satu Lembaga kemahasiswaan yang lahir dari rahim Forum Silaturrahim beberapa Lembaga yang sudah ada sebelum reformasi tahun 1998. Lahirnya lembaga itu sendiri sebagai salah satu Unsur penggerak Mahasiswa pada Peristiwa Reformasi Tahun 1998 memiliki sejarah yang panjang dalam tahap pembentukannya. Pada 25-29 Maret 1998, diadakalah Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus di Universitas Muhammadiyah Malang. Forum saat itu pun duhadiri sekitar 200 orang peserta yang mewakili 69 Lembaga Dakwah Kampus dari sekitar 64 Kampus seluruh Indonesia. Forum ini mengusung tema "Pergerakan Mahasiswa Muslimm Menuju Transformasi Sosial : upaya peningkatan intelektualitas Aktivis Dakwah Kampus". Pertemuan tersebut menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, antara lain terkait isu nasional yang sedang hangat, termasuk pembahasan di Komisi Politik. Komisi Politik Forum ini menyatakan bahwa secara Prinsip menyepakati bahwa krisis yang sedang terjadi merupakan momentum bagi Forum untuk mengemukakan sikap-sikap politiknya secara jelas dan tegas, agar eksistensi Forum diakui masyarakat. Singkat cerita, Komisi Politik Forum ini Sepakat untuk membentuk sebuah wadah khusus bagi para Aktifis Lembaga Dakwah Kampus untuk menyikapi kondisi nasional yang semakin parah termasuk pada tataran Aksi, wadah ini pun terbentuk. Wadah ini kelak menjadi Salah satu lembaga Kemahasiswaan Penggerak Reformasi pada Tahun 1998, yang merupakan tonggak sejarah perubahan dimana Pemuda lah yang menjadi Aktor Utamanya.

Motor Hijau melaju kencang, meninggalkan Kota Rantau. Dalam hati Adir bergumam, "suatu kehormatan bisa diundang untuk sharing bersama rekan-rekan Aktifis lembaga kemahasiswaan. Ini adalah waktu-waktu yang amat berharga bisa bertemu para Pemuda Islam yang mampu melampaui kepentingan Individunya demi kepentingan dan kemaslahatan Ummat. Ummat ini butuh bimbingan, ummat ini butuh Cahaya, cahaya yang berpendar melintasi zaman, memimpin dan mengarahkan manusia berjalan menuju tujuan mengapa ia diciptakan. Masih ada sekelompok Pemuda terus bergerak merekrut dan mengedukasi masyarakat tentang Hakikat Manusia seutuhnya, tentang bagaimana menjadi Manusia yang paripurna layaknya Baginda Nabi SAW. Ditengah pergulatan Ideologi yang tarik menarik ini, Adir harus mampu bertahan dan memahami zamannya, tentu dengan mempersiapkan diri dengan ilmu dan sebaik-baik bekal perjalanan. Arusnya begitu deras, Adir harus mampu, bukan hendak melawan arus, tetapi Adir harus mampu menjelajahinya, lalu mengetahui arah dan hakikat arus tersebut, bukan tidak mungkin suatu saat Adir adalah pemuda yang kelak menjadi Penjelajah Arus, lalu memimpin perubahan bersama pemuda-pemudi produktif, untuk terus bergerak, untuk terus berbuat, untuk terus berkontribusi. Agar masyarakat yang sedang dalam kebingungan ini mengetahui arahnya, mungkin saja ini adalah Arah yang Baru, tentang Kita semua yang masih terbang terlalu rendah padahal langit kita sangat tinggi. Apa mungkin Adir yang sedang belajar menjadi Penjelajah Arus ini akan menemukan Arah Baru bagi dirinya, Arah Baru bagi bangsanya ? Mari terus disini bersamaku mengurai dan mengambil hikmah dari Kisah-kisah panjang ini.

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, January 9, 2020

Agent of Change!

Serial Sang Penjelajah Arus (5)

Pantai tampak ramai pengunjung, Pantai yang menjadi ikon Kota Rantau ini juga ada sebuah Masjid di dekat anjungannya, seolah-olah seperti Masjid yang sedang terapung di tengah laut, Masjid dua lantai dengan Desain minimalis nan unik. Pemandangan Pantai juga berjejalan dengan lalu lalang penduduk kota yang mungkin sedang mencari hiburan, mungkin sedang refreshing karena penatnya Aktifitas perkotaan, rutinitas yang mungkin juga akan membuatmu bosan dengan segera, bila tak punya inovasi dan kreatifitas dalam setiap aktifitasmu. Akhirnya Adir bisa juga ke Pantai setelah bertanya kepada tetangga sekitar kost-an, bertanya tentang jalur angkutan kota menuju Pantai yang sangat ramai di sore hari, ekonomi begitu hidup di Pantai ini, penjual jagung Bakar, Minuman Saraba, Roti Bakar, di pinggir jalan tertata rapi, belum lagi di bagian Utara Pantai yang memang disiapkan sebagai kawasan kuliner, rumah makan berjejeran bagai Perumahan, masing-masing punya cita rasa yang Khas sesuai dengan kearifan Lokal Kota rantau, bahkan para pelayan bukan Melayani pelanggan Lokal saja, para turis pun dilayani dengan kefasihan berbahasa Inggris serta senyum Ramah Khas Masyarakat Nusantara yang terkenal dengan keramahannya, seolah-olah kawasan kuliner di bagian Utara Pantai ini memang sudah memiliki blue print masa depan agar kelak menjadi kawasan kuliner Lokal yang go international. Anjungan Pantai juga menyajikan pemandangan laut yang berwarna abu-abu, "kok bisa berwarna abu-abu ya?", Adir berbicara pada dirinya sendiri. Di Kampung Halaman Adir, tepatnya tiga jam perjalanan darat dari kampung Halaman, kita akan menemukan pemandangan yang sangat memukau, pemandangan yang sangat alami, di daerah Pantai Barat kita akan menemukan Danau yang masih sangat alami, hijaunya hutan serta segarnya udara di sekitar Danau sanggup membuat kita terbuai lalu berangan-angan. Bila dibandingkan dengan Danau Plivitce di Kroasia, sungguh masih amat indah Danau yang terletak di Pantai Barat ini. Tak jauh dari Danau ada muara Danau yang langsung menuju Laut di Pantai Barat. Lautnya berwarna hijau dengan karang berukuran sedang menjulang tak jauh dari bibir Pantai, konfigurasi warna yang indah, karang nya berwarna abu-abu, lautnya berwarna hijau, dan pasir putih yang bersih. Tunggu sebentar, lautnya berwarna hijau? Lalu apa yang sedang di saksikan Adir di Pantai yang menjadi ikon Kota Perantauan kali ini, Lautnya berwarna abu-abu? Saking kotornya kah hingga seperti ini? Beberapa pertanyaan menggelayuti pikiran anak muda bernama lengkap Abdul Muktadir ini. Masih adakah organisme laut yang hidup di tengah laut yang sangat kotor ini? Sampah juga terlihat mengapung kesana kemari tepat laut yang berwarna abu-abu. Apakah yang menyebabkan lautnya menjadi kotor seperti ini? Lalu Adir mengalihkan pandangannya ke arah selatan Pantai, tampak kendaraan-kendaraan proyek berukuran besar dalam jumlah yang banyak sedang membawa pasir, bebatuan, serta tanah padat untuk di timbun di atas laut. Tunggu, di timbun di atas laut? Berarti pemandangan yang sedang di saksikan di depan mata Adir ini adalah reklamasi Pantai. Tampak beberapa exkavator berukuran besar berwarna kuning dalam jumlah besar sedang merapikan tanah padat, pasir, dan bebatuan yang di timbun di atas laut. Apakah reklamasi ini yang menjadi penyebab kotornya laut di bibir Pantai? Apakah reklamasi ini yang menyebabkan organisme laut di Bagian Selatan Pantai sulit terlihat? Kalau mau di layani semua pertanyaan ini, sepertinya tak akan pernah ada habisnya, lebih baik saat ini menikmati suasana yang ada di Anjungan Pantai kebanggaan Kota Rantau ini. Orang-orang lalu lalang hilir mudik di sepanjang Anjungan, berfoto di tugu tulisan, tugu-tugu bersejarah, Patung tokoh-tokoh pengubah dunia, tugu Adipura, serta tugu yang mewakili kearifan Lokal Kota Rantau. Tapi ada satu kondisi yang menelisik hati kecil Adir melihat pemandangan beberapa anak muda yang bergandengan tangan dan bermesraan, bersentuhan kulit tanpa risih, bercanda dan berbincang menembus batas-batas yang seharusnya tak boleh di langgar, agak geli bercampur risau ketika menyaksikannya. Sebab, pemandangan ini menjadi semacam pembiaran, dianggap biasa, dan tak ada upaya saling menasihati dalam kebenaran yang terjadi. Jelas saja Adir gelisah dengan situasi ini, gelisah ini semakin menjadi-jadi mungkin karena dirinya juga belum juga menemukan pasangan hidupnya. Harus ada upaya yang di lakukan untuk membimbing anak-anak muda ini, harus ada program terpadu agar pemahaman terhadap interaksi laki-laki dan perempuan beserta batas-batasnya bisa tersebar secara masif di kalangan anak muda. Mungkin saat ini pola pembinaan ini harus segera dibicarakan dengan orang-orang yang sevisi, para engineer peradaban, para penggerak pemuda dan mahasiswa, Kampus menjadi sasaran empuk untuk menyemai serta diseminasi ide-ide besar nan mulia ini. Adir masih punya pekerjaan rumah yang sempat ia dan teman-temannya rintis di Kampus yang berada di kampung Halaman. Kali ini sedikit berbeda, Adir harus berjuang di Tanah rantau, kultur serta situasi dan kondisi yang berbeda membuat Adir harus menjadi quick learner, segera paham kekinian dan kedisinian di tanah rantau, meskipun sebenarnya Adir adalah seorang slow learner, untungnya ia memiliki semangat yang membara, Tekad yang kokoh, serta kemauan yang kuat. Menjadi Pemuda penggerak serta agent of change, siapa takut?

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, January 7, 2020

Sarapan Bubur Ayam dan Inspirasi

Serial Sang Penjelajah Arus (4)

Sembari menunggu Bubur ayam, Adir masih asyik bercengkrama dan ngobrol ringan seputar perantauan dengan Vania calon dokter muda dan cantik, ngobrol soal teman-teman SMA yang saat ini juga merantau di Kota yang sama, Kota ini jadi semacam pusat peradaban di Bagian Timur Nusantara. Kota yang sibuk menghubungkan jalur perdagangan tekstil, makanan, emas, nikel, tembaga, padi, biji Kopi pilihan, minyak tawon, sutra, dan komoditi lainnya. Betapa Sumber Daya Alam adalah Karunia Allah SWT untuk kita kelola, manusia harus mengambil peran ini, peran mengelola sumber daya alam, sebab manusia sejatinya adalah pemimpin di muka bumi ini. Abdul Muktadir nama lengkap pemuda rantau yang memiliki visi jauh ke depan ini, tinggi sekitar 172 cm, berambut hitam legam, berwajah tegas dengan alis tebal, kulit hitam manis, murah senyum, cara berjalan agak menunduk, namun semangatnya seakan-akan melebihi semangat zaman (zeitgeist). "Jadi Dir, dalam rangka apa nih ke Makassar", Sapa Vania kepada Adir. "Saya dapat amanah baru disini Van, peluang untuk bekerja di salah satu Kampus terkenal di Kota ini", Adir menjelaskan sambil menggerakkan tangannya seolah-olah sudah menguasai gestur dalam ilmu public speaking, padahal hal tersebut hanya spontanitas saja, mungkin karena sering melihat dan menonton para Pemimpin Bangsa dan Orator handal berpidato di depan khalayak ramai. Obrolan pun semakin cair, saling bertanya kabar keluarga, tempat tinggal, hingga topik pembicaraan yang futuristik, mau jadi apa kita ini di masa depan. Memang saat bertemu kawan semasa SMA akan mengungkit kisah-kisah lama di masa sekolah, serta kondisi diri masing-masing yang saat ini tengah merantau. Merantau memang butuh keberanian, merantau memang butuh bekal, apa arusnya terlalu deras? Ya! Memang sangat deras, fondasi diri harus di kuatkan dengan sebaik-baik dasar, ilmu harus semakin di upgrade agar semakin memahami hakikat kehidupan, dan agar tak terlalu kagum dan terpana dengan menjulangnya gedung-gedung pencakar langit. Sebab, Kastil Tangguh nan kokoh di Masyaf sebagai simbol majunya peradaban yang tampak megah juga hanyalah kastil biasa yang mungkin kelihatan megah tapi hanya sekedar tempat tinggal para kesatria templar berkumpul lalu merencanakan pembunuhan-pembunuhan Keji, tempat para kesatria templar bersepakat bersama pimpinannya untuk meninggikan pajak sehingga rakyat kecil tercekik. Semoga anak muda bangsa kita tidak terlalu terbuai dengan kemegahan yang ada di kota metropolitan, apa iya semudah itu untuk tidak terbuai? Sementara Allah SWT sudah mengingatkan kita di dalam firmanNya bahwa Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Tampaknya narasi ini sedang menggiring kita agar ber-negative thinking soal harta? Sebenarnya bukan seperti itu, ini mungkin terlalu kompleks untuk di jelaskan. Mungkin perlu penekanan bahwa yang berbahaya itu adalah bermegah-megah yang melalaikan, tetapi sungguh lebih elok bila kita menafsirkan sesuatu yang datangnya dari Allah dengan tafsiran para 'Ulama yang merupakan para pewaris Nabi, pandai memeras Dalil. Mungkin kita perlu belajar lebih banyak lagi, belajar dan terus belajar tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap dan mengelola harta.

Usai sudah ngobrol-ngobrol singkat antara Adir sang Anak rantau dan Vania kandidat Dokter Muda, kelak mereka berdua akan menjadi pemuda berpengaruh di masing-masing lingkungan strategisnya. Sarapan Bubur Ayam beserta bincang-bincang ringan selesai sudah, menyisakan semangat untuk terus berkembang, semangat untuk terus belajar, semangat untuk terus membangun, inilah pentingnya membangun jaringan, social currency begitu penting untuk dibangun, dijaga, dan dirawat sampai kapanpun semenjak dari usia sekolah, siapa yang sangka kelak social currency yang sudah dibangun ini akan memudahkan jalan kita di masa depan, ingatkah engkau bagaimana Rasulullah SAW membangun social currency yang memudahkan jalan dakwah Islam menyebar hingga Yastrib dan Abbysinia? Mari disini bersamaku, kita lanjutkan kisahnya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, January 5, 2020

Kala itu, Di Tahun 2006

Serial Sang Penjelajah Arus (3)

Bel berbunyi keras, "teeeet!!! Teeet!!! Teeet!!!" menandakan perpindahan jam, yang secara alami para pemuda-pemudi berseragam putih abu-abu paham bahwa saatnya bersua dengan teman-teman yang berbeda kelas, entah bertemu di kantin, di lapangan, di depan kelas, ataupun di "dego-dego" yang merupakan tempat nongkrong favorit para Lelaki. Dahulu di zaman SMA, ketika selesai masa Orientasi Siswa Baru, ada satu momen yang mungkin tak terlupakan bagi Adir si anak kampung dan anak ingusan. Memang di zaman SMA, Adir harus menerima Kenyataan pahit akibat tak pandai berinteraksi sosial, tak pandai memahami beragam karakter manusia, tahunya Jalani hidup saja seperti air yang mengalir, tanpa perencanaan tanpa visi masa depan, kondisi ini membuat Adir terombang-ambing dalam kerancuan proses memahami diri sendiri, proses pencarian jati diri, dan proses bersosialisasi dengan orang lain. Suatu ketika, selesai pengarahan masa Orientasi Siswa, kami para Siswa baru berjalan diarahkan ke Masjid Sekolah untuk kegiatan selanjutnya. Adir dengan begitu percaya diri maju paling depan, seolah-olah memimpin siswa-siswi yang lain, mungkin jiwa kepemimpinan dalam diri Adir mulai menunjukkan tanda dan ciri-cirinya, bergejolak menjadi sebentuk tindakan, berjalan dengan cepat melampaui langkah para Siswa baru yang mungkin masih malu-malu untuk mengekspresikan ekspresi itu sendiri, masih segan untuk mengaktualisasikan diri selaku pemuda dengan semangat berapi-api. Tiba-tiba, dengan semangat yang bergemuruh berjalan ke depan layaknya pemimpin muda, seorang senior menegur dengan nada mengejek dan merendahkan, "Hei, kamu ini pemimpin disini ya?", lalu dengan santai senior itu tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya melihat ke arah Adir yang tengah membangun kepercayaan dirinya, mereka berlalu sambil tertawa-tawa. Aah, sungguh malang Adir seorang anak muda yang sedang membangun karakter positif dalam dirinya tiba-tiba runtuh dalam sekejap, untunglah kepercayaan dan semangat dalam diri Adir belum runtuh sepenuhnya, masih menyisakan pondasi yang kapan saja masih siap untuk dibangun, pondasi diri yang kelak harus di kokohkan dengan Ilmu, yang memang harus di kuatkan dengan badai dan terpaan Angin, agar ia menjulang tinggi namun tetap rendah hati dan memberi manfaat serta menebar kebaikan bagi siapapun yang berada di sekitarnya. Adir masih harus belajar lagi! Adir masih harus lebih sabar lagi! Adir harus lebih kuat lagi! Entah kapan pondasi itu kuat, Adir harus siap menghadapi tantangan-tantangan hidup yang setiap manusia memiliki jatah akan tantangan-tantangan itu.

Ranting-ranting pohon mangga bertautan dengan ciri Khas warna cokelat Gelap memadu dengan warna tekstur batang yang keras dan membentuk jalan-jalan kecil bagi serangga-serangga kecil untuk bersimbiosis dengan pohon mangga tersebut. Pohon-pohon yang di tanam di setiap Taman depan kelas, karena sudah tumbuh besar, daun-daun dan ranting-rantingnya saling terhubung dan bertautan, di Sepanjang Kelas XII (Dua Belas) jejeran Pohon mangga ini memberikan kesejukan dan keteduhan bagi Siswa, guru, serta warga di lingkungan sekolah. Kesejukan dan keteduhan ini memang harus dibayar dengan rutinnya Siswa-siswi piket menyapu Halaman dan Taman depan sekolah, ini konsekuensinya. Tidak setiap Kesejukan dan keteduhan dapat dinikmati tanpa usaha menjaga kebersihan, daun-daun yang jatuh dan berguguran serta ranting-ranting yang jatuh karena terpaan Angin juga harus dibersihkan setiap harinya, hal ini memberikan kita pelajaran bahwa di bumi yang tengah kita pijak hari ini, kesejukan dan keteduhan yang ingin kita nikmati pun kita harus berusaha jua, tak ada yang instan. Untuk sesuatu yang menyenangkan di dunia pun kita harus berusaha, berjuang dan berkorban, apalagi untuk sesuatu yang sangat besar dan nikmat di akhirat nanti? Butuh perjuangan tak kenal lelah, butuh pengorbanan yang melampaui batas-batas Individualisme, seperti apakah itu? Tenang, akan kuceritakan kepadamu secara bertahap dan perlahan. Duduklah, mari mengurai kisah bersamaku.

Kantin-kantin di bagian selatan Sekolah mulai ramai, siswa-siswi sekolah yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota, di kampung Halaman Adir, mulai berkunjung ke masing-masing kantin favoritnya untuk menunaikan hajat makan siangnya. Kantin-kantin berjejer dan berhadap-hadapan, beragam warna cat, ada yang mengecatnya dengan warna biru, krem, kuning, putih, sesuai selera dan sebagai daya tarik bagi siswa-siswi yang sedang mencari tempat nongkrong sekaligus tempat makan. Saat para siswa-siswi sedang hilir mudik, dan siswa-siswi yang lainnya sedang menikmati santap siangnya di dalam kantin tiba-tiba atap kantin yang beralaskan seng berbunyi keras ditimpuk batu yang besar, "Brak..!!". Sontak saja para siswa-siswi kaget bukan kepalang lalu menghentikan aktivitasnya, lalu mendatangi sumber suara. "Brak..!!", belum habis kehebohan dari batu pertama, ada satu lagi batu yang menimpa kantin di tengah. Siswa-siswi semakin berhamburan lalu pergi menuju sumber suara, sebagian Siswa Senior mulai gusar dan emosi berlari ke dekat kantin sasaran batu misterius dari arah barat sekolah. "Brak..!!", Batu ketiga datang lagi, emosi sudah tak tertahankan, mana ada yang sanggup menahan emosi anak muda yang sedang meluap-luap, darah panas para pemuda bergejolak, tangan mulai bergerak mengambil batu, bersiap untuk melakukan pembalasan, mulai ramai terucap kata-kata yang kasar nan kejam, kata-kata picik dan kotor, sungguh tak tertahankan lagi bagi anak-anak muda yang nyaris kehilangan akal sehat ini, dalam pikirannya saat ini lebih baik segera membalas! Agar tidak di pandang enteng oleh anak-anak sekolah sebelah! Ternyata bunyi batu melayang yang ketiga dari arah barat sekolah tepat mendarat di atap kantin sekolah itu adalah pengantar bagi batu keempat, kelima, keenam, dan seterusnya hingga tak terhitung lagi. Pembalasan sudah di mulai, senior maupun junior yang tak dapat menahan emosinya segera membalas, tak tanggung-tanggung batu yang lebih besar dari ukuran telapak tangan pun di ambil lalu di lemparkan. Segera saja terjadi saling melempar, tak terpikirkan apa dampaknya ke depan, emosi sudah menguasai diri, Adir pun terdiam dan menyaksikan, tak ingin berbicara dan banyak berkommentar, terbersit sedikit keinginan untuk ikut melempar juga, tetapi Adir memilih tak mengambil tindakan karena berpikir tentang akibat yang akan terjadi setelah insiden ini. Dalam hati kecil Adir, untuk apa bertengkar dan saling melempar seperti ini? Masih Relevan kah tawuran semacam ini bagi para intelektual muda generasi penerus bangsa? Bangsa ini telah Merdeka, berbagai macam Suku mengikhlaskan diri, meredam egosentris, dengan semangat memperjuangkan kemerdekaan Melebur menjadi satu entitas politik, entitas negara bernama Indonesia, sesuatu yang pernah di cita-citakan Gajah Mada di Era 1300-an meskipun pada saat itu motivasinya adalah ekspansi secara teritori. Untuk apa kita saling menyakiti,? Padahal para Pendiri bangsa kita pernah membangun semangat yang sama, merasakan penderitaan dan penistaan akibat penjajahan memicu hasrat untuk bebas, Merdeka, dan sejahtera. Lalu saat kemerdekaan itu telah tercapai, kita dengan mudahnya tersulut emosi dan ter-provokasi. "Aah, atau Mungkin aku saja yang merasakan kegelisahan seperti ini? Tidak! Pasti bukan cuma aku yang berpikiran seperti ini", Adir berbicara dalam pikirannya sendiri, berbicara pada dirinya sendiri. "Pasti ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan ini tanpa kekerasan, mungkin kedua pihak sekolah di wakili oleh Unsur pimpinan Sekolah bisa saling berdiskusi dan mencari jalan tengahnya, duduk bicara bersama membicarakan solusi, tapi untuk penyelesaian masalah semacam ini tak bisa hanya aku seorang diri yang menyampaikannya", gumam Adir. "Harus ada sekumpulan orang-orang berpikiran yang sama, berpikir tenang dan objektif, karena kebaikan memang harus terorganisir agar dengan lantang mencegah kemungkaran, namun untuk saat ini aku belum bisa melakukannya, untuk saat ini aku belum bertemu orang-orang semacam ini", Adir Berdiskusi dengan dirinya sendiri. Dalam diskusi panjangnya, Adir masih menyimpan optimisme, suatu saat akan bertemu dengan orang-orang seperti ini, Adir sangat yakin akan masa depannya, suatu saat ia akan bertemu dengan orang-orang baik yang sevisi dengannya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, January 3, 2020

Pemuda Rantau dan Dokter Muda

Serial Sang Penjelajah Arus (2)

Merantaulah! Begitulah Imam Syafi'i berkata, sebuah seruan yang seharusnya menjadi titik tolak bagi kita semua. Untuk berhijrah dari kondisi tidak ideal menuju kondisi yang ideal dan berdaya, hijrah dari pesimis menjadi optimis dan menginspirasi, hijrah dari kontra-produktif menuju produktif dan mandiri. Mungkin ini juga menjadi makna terdalam, yang bisa terus kita gali dari peristiwa Hijrah Rasulullah SAW. Betapa kisah perjalanan Hidup Rasulullah SAW dan para sahabat adalah mata air Inspirasi serta Motivasi yang tak pernah habis. Mentari pagi di tanah rantau terbit dengan perlahan, menandakan semangat harus terus terbarukan di pagi hari, meski kantuk masih menyerang, engkau harus bangkit menyambut hari, menerima birunya langit dan putihnya Awan mengkonfigurasikan cahayanya di retina mata, wah ternyata hari sudah pagi! Bergegaslah dengan semangat yang gegap gempita, minumlah segelas air agar segar dan sirna dahaga, diawali dengan sedikit pemanasan dan peregangan badan, sebentar lagi kita akan menyerap makna dari setiap gerak, mencari rezeki dari setiap pekerjaan, mendulang hikmah dari setiap kisah termasuk kisah ini. Kendaraan mulai lalu lalang memenuhi jalan-jalan pemandangan selanjutnya yang terlihat adalah belantara perkotaan, tembok-tembok beserta front office dan neon box tampak unik dan cerah warnanya, gedung-gedung menjulang tinggi dengan angkuh seolah-olah ingin menggapai Awan, poster-poster iklan produk Turut menyemarakkan suasana padatnya perkotaan di tanah rantau. Sungguh berbeda dengan kondisi kampung Halaman, kemajuan peradaban di tanah rantau sempat membuat anak muda ini mengalami culture shock, yang mengakibatkan sang anak muda bengong atau kebingungan beberapa saat karena megahnya sarana prasarana serta budaya yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini dirasakannya di kampung Halaman. Untuk menyeberang jalan saja, menurut sang perantau, arus lalu lintas kendaraan terlalu deras, sangat sulit untuk menyeberang jalan tanpa mengumpulkan keberanian terlebih dahulu. Akhirnya sang anak muda ditegur oleh sahabat SMA waktu di kampung, "Dir, kalau takutki, nda menyeberang-menyeberangki itu..", Kata Vania, Kandidat Dokter di salah satu Perguruan Tinggi terkenal di Tanah rantau tersebut. Ya, Siapa lagi yang harus dihubungi pemuda culun yang tengah merantau ini selain teman yang memang sudah di kenalnya sejak SMA, Vania sang kandidat Dokter muda yang cantik, Ramah, dan baik hati, siapa yang tak terpikat dengan keanggunan serta kebaikan Vania sang kandidat dokter muda ini. Tapi, pada saat itu pikiran dan arah gerak sang anak muda perantau bernama Adir mungkin belum terpikat dan tertuju pada kecantikan dan kebaikan Vania sang kandidat dokter muda yang dulu pernah bersekolah di SMA yang sama di kampung Halaman, Adir masih harus fokus menata masa depannya, meningkatkan kapasitas dirinya, serta menyiapkan segala bekal yang harus dipersiapkan untuk mengarungi samudera kehidupan. Betapa Kecemerlangan sosok Vania bagi Adir hanya bisa dinikmati dengan obrolan-obrolan ringan seputaran masa SMA dan sedikit kisah tentang suka dukanya merantau, sambil menikmati bubur ayam di depan kampus biru tanah rantau, tanah rantau yang sempat membuat Adir mengalami culture shock karena sangat maju peradabannya, dari sisi pembangunan fisik dan budaya menghargai pendatang dari manapun jua ia datang merantau. Lalu anak muda energik dan semangat bernama Adir ini teringat beberapa kenangannya di masa SMA.

Oleh : Mohamad Khaidir

HIJAUNYA SAWAH