Sunday, January 19, 2020

Generasi Peredam

Serial Sang Penjelajah Arus (10)

Sebuah kisah nyata yang terjadi di Kampung halaman, kisah tentang beberapa Siswa, yang menjadi Korban karena tidak sehatnya iklim belajar mengajar di sebuah institusi pendidikan. Dari beberapa Siswa ini, kira-kira ada dua orang Siswa yang kemudian menginspirasi penulis untuk menceritakan kembali kisah ini. Dua Siswa di kampung Halaman ini sudah terbiasa dengan kata-kata kotor, makian, dan cacian. Bagaimana tidak, teman-teman sebayanya tak segan-segan menghiasi percakapan sehari-hari dengan cacian, makian, dan kata-kata tak pantas, tampak menyedihkan bukan kisah ini? Ya, memang seperti itulah kisah kali ini, Adir pun mengetahui kisah ini. Setiap hari berinteraksi dengan orang-orang berwajah suram, tak pandang bulu mencaci maki sambil tertawa-tawa, bahkan terpingkal-pingkal. Seperti tanpa akhlak dan Etika, kedua Siswa tadi yang terceritakan di awal harus menghadapi hari-hari yang kelam dengan lingkungan orang-orang negatif. Aaah, apa yang ada dalam benak kedua Siswa tadi ya? Uniknya kedua Siswa di kampung Halaman ini memutuskan untuk tidak terpengaruh, berupaya sedapat mungkin tidak menjadikan cacian, makian, serta kata-kata tak pantas aktifitas sehari-hari. Sungguh amat berat komitmen ini, sungguh amat sangat berat, ibarat sedang menantang arus, bukan menjelajah arus. Tentu saja konsekuensi logis nya adalah, kedua Siswa dalam kisah nyata ini pasti akan menjadi Korban bully-an teman-teman sebayanya, ooh sungguh malang. Betapa menjadi asing itu sungguh tak enak rasanya, tetapi itulah jalan yang di pilih oleh kedua Siswa tadi. Kedua Siswa dalam kisah nyata ini tak disangka begitu Tangguh, Tangguh dalam hal mental, meskipun setiap hari menerima kata-kata yang tak pantas, mereka tetap paadaa prinsipnya untuk tak terpengaruh, berupaya sekuat tenaga agar tak mendapat pengaruh negatif. Kata-kata yang mereka keluarkan Tetaplah kata-kata yang santun, kata-kata yang baik, sangat menghargai Lawan bicara. Pernahkah mereka berdua menangis? Sering, sering kedua orang ini mendapat perlakuan tak pantas dari lingkungan yang boleh di bilang penuh dengan aura negatif. Generasi peredam, begitulah sebutan bagi mereka, meredam segala benturan-benturan serta bentakan-bentakan negatif lalu mengeluarkannya dalam bentuk positif, meredam segala caci maki lalu menjadikannya kata-kata santun nan indah, meredam segala bentuk perlakuan tak pantas serta bersabar atasnya lalu tetap berperilaku baik kepada sesama, inilah mereka generasi peredam! Kisah mereka ini cukup legendaris di kalangan teman-teman setingkatnya, seolah-olah mereka meredam segala keburukan yang terjadi lalu tetap berbuat baik dan berbuat yang terbaik, meski berat untuk menjalaninya, kisah generasi peredam juga Turut menghiasi kisah-kisah dalam buku ini sebagai wujud refleksi perenungan yang mendalam terhadap kondisi anak-anak sekolah zaman sekarang yang tak segan berbuat buruk dan tak menyesal. Inilah kisah generasi peredam, mereka yang terus bersabar dan terus bersabar sambil menyimpan keyakinan dalam hati bahwa suatu saat mereka akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki aura positif serta bersemangat untuk mengubah kelamnya setiap kisah, tentu tak mudah untuk mengubahnya, maka perlu orang-orang dalam jumlah yang banyak, generasi peredam yakin suatu saat mereka akan dipertemukan dalam bingkai perjuangan yang sama. Kelak harapan ini akan menjadi Kenyataan dan melejitkan potensi anak-anak generasi peredam. Kisah ini dituliskan kembali agar dunia tahu, agar orang-orang tahu, bisa mengambil pelajaran serta hikmah yang berlapis-lapis di dalamnya, agar kisah ini tak perlu terulang lagi, berikanlah salam kepada mereka jika kita bertemu dengannya, sampaikan rasa Salut dan jabat tangannya erat-erat lalu dengarkan ide-ide besar serta Gagasan tanpa batas mereka, penyerap informasi dan ilmu terbaik, bukan sekedar. Meresap tetapi juga ada proses penetrasi di dalamnya. Elaborasi ide-ide Brilian tentang membangun dan memberdayakan, nantinya bisa searah dengan semangat kolaboatif dan kontributif para Aktifis peradaban. Generasi Peredam, punya rekayasa-rekayasa menarik dalam rencana kehidupan, tetapi tetap yakin rencana Allah yang terbaik. Pikirannya melintasi zaman dan peradaban, menggali hikmah sebagai bahan renungan. Fisiknya pun demikian, melanglang-buana melintasi berbagai Provinsi dan Negeri, mengarumkan nama bangsa. Generasi peredam seolah-olah menyerap dentuman-dentuman, Mencerap benturn-benturan peradaban, bisakah ia? Tentu tak bisa sendirian, sebab ummat ini butuh sekelompok orang, miripkah generasi peredam dengan generasi pemikul beban? Ya, sangat mirip, mengubah tantangan menjadi peluang adalah titik tolaknya, merekalah anak-anak Generasi Peredam, yang suatu saat akan mengubah dunia, inilah mereka Generasi Peredam!

Oleh : Mohamad Khaidir

No comments:

Post a Comment

BERTUTUR TENTANG JEPANG