Wednesday, October 16, 2019

Mari Rekreasi di Taipa Beach!

Menarilah dan terus tertawa
Walau Dunia tak seindah Surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia selamanya.. Selamanya..
(Laskar Pelangi, Nidji)

Itulah penggalan lirik dari Nidji berjudul Laskar Pelangi, sebuah kisah yang sangat inspiratif berlatar keindahan alam Indonesia. Keindahan alam inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu agar kita berekreasi, piknik, dan jalan-jalan. Bahkan belakangan ini rekreasi menjadi semacam kebutuhan yang mendasar bagi setiap manusia, untuk menyeimbangkan diri, untuk menyegarkan pikiran, untuk mengobati kebosanan.

Sebuah tempat di Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah menjadi tujuan jalan-jalan produktif kita kali ini. Meski tak seindah Surga seperti lirik Nidji dalam lagu Laskar Pelangi, tetapi tempat ini cukup memberi kenyamanan, ketenteraman, juga menghibur diri yang sedang bosan. Pantai Taipa namanya, Pantai Taipa Sulawesi Tengah. Lebih populer dengan nama Taipa Beach, mungkin maksudnya agar tempat ini juga menjadi tujuan para wisatawan Internasional.

Lahan parkir cukup luas, begitu memasuki gerbangnya kita akan menyaksikan tugu yang unik dan indah, halamannya tertata rapi, ada beberapa Balairung yang dapat digunakan kegiatan, rapat kerja, musyawarah, pelatihan, dan istirahat. Tersedia kolam renang untuk anak kecil, dan tersedia pula kolam renang untuk prang dewasa. Kantin untuk memesan makanan berada ditengah.



Keunikan tamannya tak diragukan lagi, terbukti beberapa titik dijadikan tempat pemotretan atau pengambilan gambar. Dibagian pantai terdapat pula pondok-pondok, juga menyediakan tempat penyewaan ban untuk pelampung. Tak jauh dari situ ada semacam mercusuar mini, penanda bagi kapal-kapal yang hendak berlabuh, karena di dekat tempat ini ada pelabuhan. Mari jalan-jalan kesini, ke Taipa Beach. Mari Rekreasi di Taipa Beach, ayo ke Sulteng!

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, October 15, 2019

Senja di Layar Putih Tanjung Bayang

Syukuri indahnya negeri ini, negeri kita tercinta Indonesia, dengan cara apa kita harus bersyukur? Ya, mungkin salah satunya dengan jalan-jalan berkeliling, jalan-jalan yang produktif, jalan-jalan mengitari keindahan alam Indonesia. Di Kota Makassar Sulawesi Selatan ada sebuah pantai yang menjadi salah satu tempat wisata unggulan di kota ini. Letaknya di bagian barat Kota Makassar, Pantai Tanjung Bayang namanya.

Masyarakat setempat sudah mengondisikan pantai ini menjadi tempat wisata, rumah-rumah panggung dibuka untuk disewakan, dihampir sepanjang Pantai Tanjung Bayang Makassar Sulawesi Selatan. Jajanan-jajanan juga sangat banyak, penyewaan ban sebagai pelampung saat berenang juga cukup banyak, beberapa titik bahkan tersedia semacam lapangan sepak bola yang sangat cocok untuk dijadikan tempat outbond low-impact.

Saat akhir pekan menjelang, pengunjungnya bisa sampai ribuan, menyegarkan pikiran, menikmati udara segar khas pantai. Bila sore hari kita berjalan-jalan ke Pantai Tanjung Bayang Makassar, berjalan terus ke arah selatan pantai, kita akan menyaksikan layar putih di pinggir pantai, semacam monumen yang menandakan batas pantai, namun di sore hari kita akan menyaksikan pemandangan yang sangat indah.




Senja di layar putih Tanjung Bayang, sangat indah saat menyaksikan matahari terbenam dari sini, berwarna jingga yang terbenam di ufuk barat, jingga keputih-putihan, berpadu dengan lautan, berpadu dengan layar putih. Tampak pula batang-batang pohon kering serta langit yang perlahan mulai gelap.





Mari nikmati sensasi matahari terbenam ini, sembari bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang indah ini. Senja di layar putih Tanjung Bayang adalah pengalaman langka yang sulit untuk engkau lupakan, mari berekreasi disini, mari berpiknik ria disini, mari menikmati keindahan alam Indonesia, ayo ke Makassar! Ayo ke Sulsel! Bersama orang-orang tercinta, bersama orang terdekat, menikmati senja di layar putih Tanjung Bayang!


Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, October 14, 2019

Tahura Kapopo Ngatabaru, Kenangan Perjuangan

Menapaki langkah-langkah berduri
Menyusuri rawa lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing jurang
Semua dilalui demi perjuangan
(Jejak)


Sebuah perjuangan memang sangat anggun untuk dikenang, mengingat-ingat perjuangan, pelatihan, sarana aktualisasi diri, siapa kiranya yang tak memiliki kesan akan perjuangannya? Mari kita melakukan jalan-jalan produktif di sebuah tempat yang sangat berkesan bagi anak-anak muda di Sulawesi Tengah. Suatu tempat yang di sebut sebagai Taman Hutan Rakyat, selanjutnya di singkat menjadi Tahura. Letaknya di Kapopo Ngatabaru, Tahura Kapopo Ngatabaru Sulawesi Tengah.


Taman ini sering digunakan untuk acara-acara pelatihan, mulai dari pelatihan murid sekolah, pelatihan pemuda, pelatihan aktivis kampus, pelatihan pengembangan diri, pelatihan kedinasan, serta acara-acara yang mengharuskan pesertanya untuk menginap atau bermalam. Lokasinya cukup tinggi, sebagian Kota Palu terlihat dari Tahura Kapopo Ngatabaru ini, tersedia pula beberapa satwa serta arena outbond yang sangat menarik.


Tahura Kapopo Ngatabaru Sulawesi Tengah juga menyajikan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah, berwarna jingga dan bersinar terang. Pemandangan di malam hari juga menakjubkan, bintang-bintang terlihat jelas dan terang. Udara khas pegunungan begitu segar, tersedia sebuah balairung yang terbuat dari kayu terletak di tengah dekat penginapan, balairung ini digunakan untuk rapat, materi, dan kegiatan lainnya, kapasitasnya bisa 100-200 orang. Dibagian bawah juga tersedia taman-taman yang indah, tersedia pula tanah lapang untuk outbond low-impact. Bila sedang jalan-jalan di Sulawesi Tengah, jalan-jalanlah kesini, Tahura Kapopo Ngatabaru Sulawesi Tengah.

Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, October 13, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (15)

Dari Masjid untuk negeri tercinta, begitu petikan lirik dari mars salah satu lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pemberdayaan masjid. Apakah benar kita bisa membangun negeri dimulai dari masjid? Mungkin bisa, sangat mirip dengan konsep smart city. Bagaimana bisa membangun smart city? Dimulai dari smart people. Bagaimana bisa menghasilkan smart people? Dimulai dari smart person. Kira-kira pribadi yang cerdas dan berintegritas adalah pribadi yang sering mengunjungi masjid, terwarnai oleh nilai-nilai kebaikan dari kegiatan-kegiatan serta bincang-bincang positif di masjid.

Kalau pribadinya sudah cerdas, maka perlahan masyarakat akan menjadi cerdas. Kalau masyarakatnya cerdas maka perlahan kota tempat tinggalnya menjadi kota yang cerdas. Kota cerdas dalam artian kota yang siap dengan perubahan-perubahan, kota yang siap dengan integrasi teknologi, kota yang siap dengan segala kebaikan serta lebih efektif dan efisien. Pemuda 1000 masjid juga adalah sebuah cita-cita, pemuda 1000 masjid juga adalah konsep, pemuda 1000 masjid juga adalah gagasan yang siap bersinergi serta terintegrasi dengan konsep smart city. Inilah makna dari penggalan lirik "Dari masjid untuk negeri tercinta".

Jalanan beton begitu kokoh, umurnya baru sekitar 10 tahun, jalanan beton tersebut membelah semak-semak, membelah rerumputan, membelah pada rumput, membelah kebuntuan menjadi jalan yang kemudian berguna, sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Jalan tersebut kemudian menjadi ramai, banyak rumah toko yang dibangun, toko-toko kecil maupun toko-toko besar juga mulai bertengger di sisi kiri dan kanan jalan. Apotik, warung kopi, mini market retail, bahkan perumahan-perumahan semakin banyak penghuninya. Mungkin 5-10 tahun ke depan jalanan ini akan semakin ramai. Jalan ini bernama Jalan Daeng Rammang.

Sebuah masjid berdiri di dekat perempatan Jalan Daeng Rammang dan Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Makassar. Masjid Nurul Irsyadi namanya, masjid ini menjadi semacam  oase, menjadi penyejuk bagi yang mengunjunginya. Masjid yang sangat indah dengan dominasi warna krem, pintu kaca berwarna-warni, sangat banyak warna, kaligrafi dan desainnya juga sangat artistik. Tempat wuduh dibagian depan, tempat parkir cukup luas, memudahkan orang-orang untuk memasukinya.


Malam harinya Masjid Nurul Irsyadi juga tampak indah dengan desain bangunannya yang indah berpadu dengan lampu sorot yang fokus ke arah tembok sehingga memunculkan perpaduan sinar yang indah. Bagi yang sampai sekarang masih belum tertarik mengunjungi masjid, mari berkunjung ke masjid. Pemuda 1000 masjid hadir sebagai gagasan segar yang akan kita eksekusi bersama, cukup sederhana aksinya, mari mengunjungi masjid! Ayo ke masjid! Dari masjid untuk negeri tercinta.


Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, October 12, 2019

Bersahabat di Puncak Matantimali!

Kupetik bintang
Untuk kau simpan
Cahayanya tenang
Berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman
Juga sebagai jawaban
Semua tantangan
(Melompat Lebih Tinggi, Sheila On 7)

Lirik lagu yang sangat puitis, tentang bagaimana engkau berusaha memetik bintang, pada saat yang sama juga tentang persahabatan, dan menjawab semua tantangan. Namun, bagaimana mungkin engkau akan memetik bintang sementara engkau belum pernah kepuncak? Puncak secara harfiah, berada di ketinggian. Maka, pada jalan-jalan produktif kali ini mari kita jalan-jalan ke puncak, salah satu puncak yang terkenal di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Indonesia!

Puncak yang akan kita tuju adalah salah satu tempat lepas landas paralayang terbaik di Pulau Sulawesi. Awalnya penulis mengenal tempat ini ketika di ajak oleh Kepala Desa Porame Kabupaten Sigi, diajak berjalan-jalan sebentar menuju puncak tersebut. Kunjungan kedua saat di ajak oleh para pemuda desa yang hendak bermalam di puncak tersebut, maka perjalanan pun dimulai malam hari, menuju Puncak Matantimali Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Indonesia!





Semua persahabatan itu bermula dari Desa Porame, desa yang indah, desa yang berada di kaki gunung, di dominasi oleh persawahan. Desa yang penduduknya ramah dan sangat baik terhadap pendatang. Pemuda desa mengajak kami untuk bermalam di Puncak Matantimali, tak tanggung-tanggung, perjalanannya dimulai saat matahari sudah terbenam, perjalanannya dimulai saat malam hari!

Maka perjalanan pun dimulai, hanya bermodalkan motor, beberapa motor sudah melaju melewati batas Desa Porame menuju kaki gunung, mulai dari kaki gunung inilah jalan mulai menanjak, jalannya hanya menggunakan aspal kasar yang bebatuannya tampak berwarna abu-abu mendekati putih. Jalanannya semakin lama semakin menantang! Banyak lubang di jalan saat itu, ditambah lagi kemiringan jalan semakin bertambah, jalan semakin menanjak, di kiri kanan tampak pepohonan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah tandus, makin ke atas pemandangannya akan berganti dengan jurang yang lumayan curam.

Beberapa pemuda yang mengajak kami sangat menikmati jalan yang sangat menantang ini! Lubang-lubang di jalan tampak mereka nikmati, begitupun jalan yang semakin menanjak, mereka sangat menikmatinya! Bagi kami yang baru kedua kalinya melintas, tentu masih merasa gugup dan kaget ketika melintas di jalan yang sangat menantang ini. Bahkan ada satu motor yang membawa seluruh perbekalan seperti tenda, kerangka tenda, alas tidur, dan gitar, luar biasa!

Sesampainya di Puncak Matantimali, kami disambut oleh kabut tebal yang nyaris menutupi seluruh penjuru jarak pandang, ditambah lagi dinginnya yang luar biasa! Ketika menyibak kabut dengan lampu motor, dan berjalan sedikit ke ujung baru kemudian terlihat keindahan yang sesungguhnya puncak ini di malam hari. Kerlap-kerlip bintang, bulan purnama, serta cahaya lampu dari Kota Palu terlihat begitu indah! Kami menggelar tenda lalu menikmati Puncak Matantimali di malam itu, sangat indah! Kamu harus jalan-jalan kesini! Ke Puncak Matantimali Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah! Ayo ke Sulteng!



Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, October 11, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (14)

Kendaraan belum terlalu banyak, pagi menyapa dengan santun dan damai, udara segar serta embun pagi membersamainya, burung-burung berkicau indah seolah sedang bersenandung indah dan bertasbih memuji. Kopi dan teh mulai disajikan sebagai pelengkap kehidupan, kaki-kaki tengah bersiap untuk bergegas, sawah hijau terhampar, gunung biru menjadi lanskap pemandangan yang indah dan menawan, pagi itu begitu nikmat, selepas Subuh Sang Pemuda sudah menyiapkan dirinya untuk bergegas, mengenakan sepatu cokelatnya yang besar, mengencangkan sabuknya, bersiap untuk beraktivitas pagi.

Alangkah bahagianya pemuda yang sebentar lagi akan mengucap ikrar suci, sebuah ikrar yang kokoh nan dalam, untuk mempersunting bidadari dunia pujaan hati, mengajaknya untuk hidup bersama serta berjuang bersama. Maka undangan pun disebarkan, menyebarkan kabar bahagia itu kepada para sahabatnya. Tujuannya adalah Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan. Para sahabat bergegas menuju kesana, membantu sekaligus menghadiri undangan tersebut, kabar bahagia dan membahagiakan.

Jalan-jalan produktif pun dimulai, menghadiri undangan, sebagian besar pesertanya adalah pemuda, dan alangkah beruntungnya ternyata yang berangkat adalah para pemuda yang sering mengunjungi masjid, para pemuda yang mencintai masjid. Mobil-mobil rombongan melaju, melintas jalan-jalan beton, sejak dari Kabupaten Maros jalanannya di dominasi oleh jalan beton. Sedikit berganti aspal di Kabupaten Pangkep, kemudian kembali menjadi jalan beton lagi. Pemandangan sawah, laut, batu karst, gunung, padang rumput, perkotaan, bergantian selama perjalanan, tapi ada satu tempat yang sangat menenangkan, tempat apakah itu?

Masjid selalu menjadi tempat yang menenangkan, juga tempat istirahat yang sejuk. Menjadi tempat beristirahat sejenak, tempat beristirahat dari berbagai kegiatan duniawi, untuk merenung dan bermeditasi sejenak. Rombongan telah bersiap untuk pulang, setelah menghadiri undangan, undangan yang membahagiakan. Maka mobil-mobil pun meluncur menuju Kota Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Singgah sejenak di sebuah daerah bernama Mallusetasi Kabupaten Barru, tak jauh dari Kota Pare-pare Sulawesi Selatan. Tempat ini juga sempat menjadi pusat perhatian Sang Pemuda 1000 Masjid saat mengadakan perjalanan dari Makassar menuju Pare-pare.

Masjid At-Taqwa namanya, mungkin penamaannya terinspirasi dari suatu derajat yang sangat mulia dalam ajaran Islam, yaitu Orang-orang yang bertaqwa. Desain masjidnya sangat minimalis dan futuristik, seperti masjid masa depan. Didominasi oleh warna putih, kubahnya berwarna emas, tangga-tangga untuk naik kemasjid berwarna abu-abu. Pemandangan di belakang masjid adalah bukit hijau beserta langit biru berpadu dengan awan putih, di depan masjid juga tampak pantai beserta lautnya. Masjid At-Taqwa juga menjadi tempat favorit para petualang untuk beristirahat sejenak dalam perjalanan mereka. Inilah masjid yang indah, masjid yang sempat dilalui oleh pemuda 1000 masjid. Masjid indah dan nyaman, ayo ke Masjid!


Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, October 10, 2019

Disini Kami Bermula, Pantai Bambarano Donggala!

Motor hitam meluncur dengan kecepatan yang tinggi, melaju mencoba mengejar ketertinggalannya dari motor lainnya, mungkin kecepatan rata-rata saat itu adalah 90-100 Kilometer per jam. Dua orang pemuda dengan keberanian yang masih patut di uji menggeber motor hitam sampai sandar gas. Ya, sandar gas adalah istilah anak muda di Sulawesi Tengah, sandar gas berarti menggeber gas sampai batas maksimal sehingga tak bisa ditambah lagi tarikan gasnya.

Jalan-jalan produktif kali ini adalah menuju sebuah pantai yang saat ini sudah sangat banyak yang mengunjunginya, dulunya pantai ini belum terlalu terkenal. Sekitar 8 orang pemuda, dengan 4 buah motor berlomba menuju sebuah pantai yang sangat eksotis, sebuah pantai yang sangat indah di Kabupaten Donggala, Bumi Tadulako Sulawesi Tengah. Untuk menuju pantai pantai ini, kita harus menempuh jarak sekitar 147 Kilometer dalam waktu kurang lebih 3 jam 9 menit.

Delapan orang pemuda ini berasal dari satu almamater yang sama, satu kampus negeri yang sama, Universitas kebanggaan Sulawesi Tengah. Mereka bersepakat untuk singgah sejenak di Desa Talaga terlebih dahulu, Desa indah dan asri di tepi Danau Talaga Sulawesi Tengah. Disini ada rumah seorang pemuda yang juga sahabat mereka, pemuda Desa Talaga yang kebaikannya menembus batas-batas individualisme, keluarganya pun sangat baik menerima kami dirumah besar nan sederhana. Maka perjalanan pun dimulai dari Kota Palu.

Awalnya keempat motor ini berjalan beriringan, bersama-sama, tapi kemudian jalanan yang mulus dan halus terlalu menggoda untuk tak melakukan balapan, apatah lagi semuanya adalah pemuda dengan semangat yang berapi-api, pemuda yang semuanya sangat ingin bersegera melakukan kebaikan, maka melajulah keempat motor seolah-olah sedang melakukan balapan siapa cepat sampai di Desa Talaga!

Motor hitam yang ditumpangi penulis pun awalnya ketinggalan, sampai dipertengahan perjalananpun kami masih merasa tertinggal dari tiga motor lainnya. Memasuki Desa Dalaka Kabupaten Donggala singgah sejenak dirumah keluarga sekedar untuk menyapa dan minum teh sambil ngobrol dengan Paman penulis, sepupu dari Ayah Penulis. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan dengan kecepatan yang sangat tinggi, seolah-olah motor hitam itu akan terbang lepas landas dari aspal.

Karena merasa tertinggal, maka motor hitam segera di geber dengan kecepatan yang luar biasa! Waktu tempuh yang tadinya 3 jam menjadi hanya 2 jam saja! Akhirnya motor hitam tiba di Desa Talaga, hanya bermodalkan bertanya pada penduduk lokal kami tiba di Desa Talaga, ternyata kami tiba paling awal, padahal sebelumnya motor hitamlah yang tertinggal di belakang, rombonganpun menginap di Desa Talaga Kabupaten Donggala malam itu.




Keesokan paginya kami menuju Pantai Bambarano Kabupaten Donggala, tempat yang sebenarnya kami tuju untuk berlibur, pagi-pagi sekali kami sudah sarapan dan meluncur ke Pantai Bambarano. Pantai yang sangat indah, batu-batu karang yang lumayan besar muncul di dekat pantai pasir putih, air lautnya sangat jernih perpaduan warna hijau dan birunya laut, langit biru dan cerah berpadu dengan sedikit awan putih, maka persaudaraan dimulai dari sini. Semenjak liburan itu, persaudaraan kami semakin kokoh, sampai hari ini perasaan itu masih mengakar, bahwa kami bersaudara meskipun tak sedarah. Disini kami bermula, disini kami memulai, Pantai Bambarano Kabupaten Donggala.


Oleh : Mohamad Khaidir

DAYA SERAP