Wednesday, January 15, 2020

Era Disruptif

Serial Sang Penjelajah Arus (8)

Hari berganti hari, memberikan pelajaran bagi orang-orang yang maau mengambil pelajaran, betapa pentingnya menjadi pribadi yang berpikiran terbuka (open minded). Berpikiran terbuka tidak mesti menghilangkan filter pada pikiran kita, tidak mesti juga menganggap bahwa akal adalah segalanya, apalagi bila menganggap akal adalah satu-satunya alat ukur suatu kebenaran. Bagi Adir pribadi, cukup dengan menjadi pribadi yang rendah hati dan terus mau untuk belajar maka diri kita bisa di kategorikan seebagai pribadi yang berpikiran terbuka. Dahulu Kekhilfahan Utsmani di Turki mengalami kemandegan generasi karena mulai merasa aman, tenteram, dan nyaman karena tengah di puncak peradabannya, mereka bisa di katakan adalah salah satu kekuatan adidaya di zaman itu. Istambul, Ibu Kota Kekhalifahan Utsmani adalah Kota yang sangat terbuka dari sisi perdagangan, sistem, maupun pemikiran. Tetapi sesungguhnya para Sultan penerus Muhammad Al-Fatih belum mempersiapkan situasi dan kondisi tersebut, bahkan belum begitu sempurna menyiapkan perangkat sistem serta sarana prasarana yang di butuhkan untuk menunjang Kekhalifahan ini benar-benar menjadi Rahmatan lil'alamin dalam Konteks yang sebenarnya. Mereka kedatangan tamu-tamu dari Eropa dengan Inovasi dan cita rasa seni yang luar biasa. Orang-orang ini datang dari Venesia, Florence, dan sekitarnya, memang saat itu orang-orang Italia tengah berada pada puncak peradaban seni yang tinggi. Orang-orang Italia ini datang membeli bahan baku, dan mencoba masuk ke dalam sistem ekonomi yang cukup ketat di dalam Kekhalifahan Utsmani. Apakah orang-orang Italia ini adalah penyebab kehancuran kekhalifahan Utsmani? Adir secara pribadi merasa bukan, mungkin Orang-orang Italia ini datang pada saat Orang-orang Turki Utsmani baru saja menikmati puncak kejayaannya lalu seperti gelombang sejarah pada umumnya, setelah puncak kejayaan peradaban kekhalifahan mengalami penuaan dan penurunan. Ini adalah konsekuensi dari zaman yang terus berubah, sebab perubahan akan terus terjadi. Juga merupakan konsekuensi dari Terbukanya pikiran orang-orang untuk menerima arus perubahan yang kaya akan inovasi dan kreatifitas. Apakah menjadi orang-orang yang open minded merupakan masalah? Boleh jadi ya, boleh jadi tidak, tinggal cara pandang kita saja memandangnya secara objektif. Rhenald Khasali yang terinspirasi oleh teori dari Christensen mengatakan bahwa kita tengah hidup di Era Disruptif. Segala sesuatu berubah begitu cepat, para incumbent yang enggan untuk berubah dan bertahan pada cara-cara lama akan menghadapi arus serta gelombang tak tertahankan. Era disruptif dengan keunggulan Konsep sharing economy membuat para pelaku usaha berpuluh-puluh tahun serta yang sudah mapan dalam hal branding terkejut dengan kemunculan pelaku usaha pendatang baru yang tak terdeteksi oleh survey dan statistik. Mereka adalah para pesaing tak terlihat yang menciptakan pasar sendiri merebut konsumen di pasar-pasar yang sudah ada dengan cara yang etis, sebab mereka menawarkan kemudahan, berorientasi pada pelayanan, serta memiliki harga yang lebih terjangkau di bawa harga pasar. Adir harus menyiapkan diri menghadapi Era ini, selamat datang di Era Disruptif!

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, January 14, 2020

Sang Pemuda 1000 Masjid (47)

Perjalanan pemuda 1000 masjid kali ini adalah sebuah masjid di Kota Palu Sulawesi Tengah, sebuah masjid yang berada di tengah kota, masuk dalam kompleks sebuah sekolah negeri, merupakan masjid sekolah pada saat yang sama juga adalah masjid tempat beribadah masyarakat sekitar masjid. Masjid tersebut adalah Masjid MAN 2 Model Kota Palu, terletak di Jalan Muhammad Thamrin. Sebuah tempat yang juga memiliki kesan bagi sang pemuda 1000 masjid, saat masih aktif sebagai pengurus Organisasi Kemahasiswaan, Unit Kegiatan Fakultas.


Masjid MAN 2 Model Kota Palu adalah masjid yang juga terbuka terhadap kegiatan-kegiatan islami, apapun organisasinya. Sungguh pengurus masjid ini adalah orang-orang yang sangat inklusif dan ramah kepada orang-orang atau organisasi-organisasi yang hendak memakmurkan masjid ini. Bahkan bila kegiatannya adalag kegiatan bermalam di masjid, pengurus masjid pun sangat terbuka dan menerima, sungguh masjid yang penulis rekomendasikan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan besar.


Masjid MAN 2 Model Kota Palu pun memiliki Taman Pengajian Al-Qur'an yang setiap sore di ramaikan oleh para santri-santri cilik. Dari aspek pengembangan SDM, pelatihan, pengembangan diri, keterbukaan, keramahan pengurus, strategisnya lokasi, Masjid MAN 2 Model Kota Palu adalah masjid yang unggul. Lantas, engkau masih enggan melangkahkan kakimu ke masjid ? Ayo ke masjid!

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, January 13, 2020

Senandung Jejak di Kota Rantau

Serial Sang Penjelajah Arus (7)

Menapaki langkah-langkah berduri..
Menyusuri rawa lembah dan hutan..
Berjalan diantara tebing jurang..
Semua dilalui demi perjuangan..

Letih tubuh didalam perjalanan..
Saat hujan dan badai merasuk di badan..
Namun jiwa harus terus bertahan..
Karena perjalanan masih panjang..

Kami adalah Tentara Allah..
Siap melangkah menuju ke medan juang..
Walau tertatih kaki ini berjalan..
Jiwa Perindui Syahid tak akan tergoyahkan..
Wahai Tentara Allah bertahanlah..
Jangan menangis walau jasadmu terluka..
Sebelum engkau bergelar Syuhada..
Tetaplah Bertahan dan Bersiapsiagalah..
(Jejak, di populerkan Oleh Izzatul Islam)

Senandung Nasyid yang di populerkan oleh Grup Izzatul Islam ini mengiringi secara tak nampak kehidupan Adir, dan memompa semangat dengan cara yang tak biasa, semakin cepat degup jantung berdetak, mengobarkan semangat juang yang seolah-olah tak kenal lelah dan pantang menyerah. Sejak pertemuan Adir dengan para Pejuang dakwah lembaga kemahasiswaan, pikiran untuk perubahan semakin berjalan menuju tujuannya karena bertemu dengan orang-orang yang sevisi, Persis seperti apa yang pernah di angankan Adir waku SMA, suatu saat ia akan bertemu dengan orang-orang yang sevisi dan siap membantunya. Ya, memang di masa SMA Adir tidak begitu mendapat tempat di kancah keorganisasian Siswa dan cenderung asosial, tetapi keyakinan bahwa suatu saat akan bergerak menjadi salah satu dari the agent of change terus tertanam dalam diri Adir. Mungkin saat SMA ia kurang mendapat kesempatan, tetapi yang kuat tak selamanya kuat, yang lemah tak selamanya lemah. Sejarah peradaban Islam membuktikannya, Klan Abbasiyah yang pernah tersisihkan pun mendapatkan kesempatan untuk berkuasa dan melukis indahnya puncak kejayaan peradaban Islam di masa keemasan Dinasti Abbasiyah. Mamluk yang dulunya merupakan pasukan Elit khalifah juga merangsek masuk Istana dan bisa memegang kendali pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Seljuk yang dulunya tak diperhitungkan oleh Khalifah juga bisa berkuasa dan menjadi Khalifah. Sungguh kemuliaan dan kekuasaan akan Allah pergilirkan kepada Manusia. Maka tentu saja Adir yang sedang belajar Sejarah memahami pergiliran ini, suatu saat ia akan mendapatkan kesempatannya, suatu saat ia akan masuk dalam lingkaran kekuasaan, orang-orang yang dulu menganggapnya sebelah mmata suatu saat akan melihatnya dengan tatapan kagum nan terkejut. Kini di Kota Rantau, Adir harus mempersiapkan diri sebaik mungkin, dengan sebaik-baik bekal dan ilmu. Sangat berbahaya bila popularitas melebihi kapasitas, begitu pesan seseorang yang berperan penting dalam hidup Adir di perantauan, yang membimbing Adir tegar menjalani kehidupannya. Ya, memang benar bila popularitas melebihi kapasitas, ini bisa berbahaya, orang yang memiliki popularitas yang melebihi kapasitasnya akan cenderung menggunakan kekuasaan daripada pengetahuannya, ini jelas adalah ciri kemunduran cara berpikir. Bila suatu organisasi lebih menggunakan kekuasaan daripada ilmu pengetahuan, menutup pintu diskusi dan kritik, maka ibarat balon yang terus di isi udara suatu saat akan meledak. Apa mungkin hal itu terjadi pada organisasi dakwah sekalipun? Ya, sangat mungkin terjadi. Apa yang ada dalam pikiranmu bila orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi adalah kumpulan para manusia, bukan malaikat. Setiap manusia punya potensi terjerumus dalam kesalahan berpikir, setiap manusia punya peluang berbuat kesalahan, seperti itulah dinamikanya. Setiap ada yang berubah manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus berubah, apalagi jika yang terus berubah adalah lingkungan strategis, hal ini sudah barang tentu membutuhkan pendekatan yang bersifat kasuistik. Mau tidak mau, suka tidak suka, Adir harus bisa memahami hal ini dengan cepat, sebab setiap hari ia dihadapkan dengan realitas dan dinamika yang ada.

Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, January 12, 2020

Bukti bahwa Kota Palu 3 Dimensi!

Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah adalah Kota 3 Dimensi ? Kata siapa ? Mari kita buktikan bersama-sama. Kata orang-orang terdiri dari laut, gunung, dan lembah, bila berada di ketinggian engkau akan lebih mudah untuk membuktikannya. Salah satu tempat wisata yang sangat baik untuk memandang pemandangan laut, gunung, dan lembah ini adalah Monumen Nosarara Nosabatutu Kota Palu Sulawesi Tengah.

Monumen Nosarara Nosabatutu adalah sebuah monumen, sebuah tugu, sebuah menara, sebuah tempat wisata, sebuah tempat berfoto, sebuah bangunan, sebuah gong perdamaian, yang mungkin berfilosofi semangat persatuan, sesuai dengan sila ke-3, Persatuan Indonesia. Kita bersama, kita bersaudara, kita satu tanah air, kita hidup di langit yang sama, lantas mengapa saling membenci ? Mengapa saling berkonflik ? Mungkin seperti itulah perenungan-perenungan dari makna filosofis Nosarara Nosabatutu.


Monumen Nosarara Nosabatutu Palu, adalah salah satu tempat terbaik untuk membuktikannya, membuktikan bahwa Kota Palu Sulawesi Tengah terdiri dari laut, gunung, dan lembah. Pemandangan yang begitu indah bisa kita amati dari atas monumen ini, bagaimana gunung di pancangkan, gunung yang berwarna biru di seberang lautan. Bagaimana laut menjadi terlihat tenang dari atas, padahal sebenarnya sedang bergelombang. Serta bagaimana sebuah lembah hijau dihiasi oleh perumahan, rumah-rumah warga masyarakat Kota Palu. Ayo segera ke monumen ini untuk membuktikannya! Ayo ke Palu! Ayo ke Sulteng!

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, January 11, 2020

Membawakan Materi

Serial Sang Penjelajah Arus (6)

Semilir Angin sejuk membelah kesunyian yang menjelajah hingga ke punggung, memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati karena Suhunya membuat tubuh ini nyaman. Jalanan kota agak padat, jadi Irfandi, seorang Mahasiswa yang di tugaskan menjemput Adir, mencoba lewat jalur alternatif membelah Perumahan Tengah Kota Rantau lalu terus hingga perbatasan kota rantau dan Kabupaten Tetangga. Irfandi melaju kencang dengan motor bebek berwarna hijaunya, ada kombinasi warna putih dan hijau di body motornya, melaju kencang menjemput Abdul Muktadir yang di daulat sebagai salah satu pemateri acara Dauroh, sebuah kegiatan yang merupakan pintu masuk atau gerbang rekrutmen lembaga Kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan ini adalah salah satu Lembaga kemahasiswaan yang lahir dari rahim Forum Silaturrahim beberapa Lembaga yang sudah ada sebelum reformasi tahun 1998. Lahirnya lembaga itu sendiri sebagai salah satu Unsur penggerak Mahasiswa pada Peristiwa Reformasi Tahun 1998 memiliki sejarah yang panjang dalam tahap pembentukannya. Pada 25-29 Maret 1998, diadakalah Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus di Universitas Muhammadiyah Malang. Forum saat itu pun duhadiri sekitar 200 orang peserta yang mewakili 69 Lembaga Dakwah Kampus dari sekitar 64 Kampus seluruh Indonesia. Forum ini mengusung tema "Pergerakan Mahasiswa Muslimm Menuju Transformasi Sosial : upaya peningkatan intelektualitas Aktivis Dakwah Kampus". Pertemuan tersebut menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, antara lain terkait isu nasional yang sedang hangat, termasuk pembahasan di Komisi Politik. Komisi Politik Forum ini menyatakan bahwa secara Prinsip menyepakati bahwa krisis yang sedang terjadi merupakan momentum bagi Forum untuk mengemukakan sikap-sikap politiknya secara jelas dan tegas, agar eksistensi Forum diakui masyarakat. Singkat cerita, Komisi Politik Forum ini Sepakat untuk membentuk sebuah wadah khusus bagi para Aktifis Lembaga Dakwah Kampus untuk menyikapi kondisi nasional yang semakin parah termasuk pada tataran Aksi, wadah ini pun terbentuk. Wadah ini kelak menjadi Salah satu lembaga Kemahasiswaan Penggerak Reformasi pada Tahun 1998, yang merupakan tonggak sejarah perubahan dimana Pemuda lah yang menjadi Aktor Utamanya.

Motor Hijau melaju kencang, meninggalkan Kota Rantau. Dalam hati Adir bergumam, "suatu kehormatan bisa diundang untuk sharing bersama rekan-rekan Aktifis lembaga kemahasiswaan. Ini adalah waktu-waktu yang amat berharga bisa bertemu para Pemuda Islam yang mampu melampaui kepentingan Individunya demi kepentingan dan kemaslahatan Ummat. Ummat ini butuh bimbingan, ummat ini butuh Cahaya, cahaya yang berpendar melintasi zaman, memimpin dan mengarahkan manusia berjalan menuju tujuan mengapa ia diciptakan. Masih ada sekelompok Pemuda terus bergerak merekrut dan mengedukasi masyarakat tentang Hakikat Manusia seutuhnya, tentang bagaimana menjadi Manusia yang paripurna layaknya Baginda Nabi SAW. Ditengah pergulatan Ideologi yang tarik menarik ini, Adir harus mampu bertahan dan memahami zamannya, tentu dengan mempersiapkan diri dengan ilmu dan sebaik-baik bekal perjalanan. Arusnya begitu deras, Adir harus mampu, bukan hendak melawan arus, tetapi Adir harus mampu menjelajahinya, lalu mengetahui arah dan hakikat arus tersebut, bukan tidak mungkin suatu saat Adir adalah pemuda yang kelak menjadi Penjelajah Arus, lalu memimpin perubahan bersama pemuda-pemudi produktif, untuk terus bergerak, untuk terus berbuat, untuk terus berkontribusi. Agar masyarakat yang sedang dalam kebingungan ini mengetahui arahnya, mungkin saja ini adalah Arah yang Baru, tentang Kita semua yang masih terbang terlalu rendah padahal langit kita sangat tinggi. Apa mungkin Adir yang sedang belajar menjadi Penjelajah Arus ini akan menemukan Arah Baru bagi dirinya, Arah Baru bagi bangsanya ? Mari terus disini bersamaku mengurai dan mengambil hikmah dari Kisah-kisah panjang ini.

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, January 10, 2020

Sang Pemuda 1000 Masjid (46)

Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah tetap beraktivitas sebagaimana biasanya, berusaha terus bangkit dan terus berbenah. Sebuah masjid yang sangat besar dan luas terletak di tengah Kota Palu, terletak di Jalan Masjid Raya, Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu. Sebuah masjid yang menjadi salah satu ikon Kota Palu, masjid yang selalu ramai pada waktu-waktu shalat. Masjid yang menghidupkan fungsinya bukan hanya beribadah semata, juga menjadi tempat diskusi warga Kota Palu Sulawesi Tengah.

Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu, masjid yang begitu besar di dominasi oleh warna putih bagian luarnya, di sekitaran masjid terdapat sekolah dan pedagang kaki lima berupa warung makan, suasana sekitar masjis begitu hidup. Ditambah lagi di sekitar teras masjid ada tempat buat duduk-duduk sambil ngopi. Berbincang-bincang tentang kekinian, mengobrol soal politik, diskusi mencerahkan, membicarakan tentang perkara keimanan, suasana masjid benar-benar hidup!


Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu, merupakan masjid yang pernah dikunjungi oleh pemuda 1000 masjid di Kota Palu Sulawesi Tengah, setiap ada tokoh nasional, dai nasional, selalu menyempatkan diri datang di masjid ini dan memberikan kajian-kajian islami. Perjalanan mengunjungi masjid-masjid di nusantara akan terus berlanjut, petualangan pemuda 1000 masjid akan terus berlanjut, maukah kau bergabung? Ayo ke masjid!

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, January 9, 2020

Agent of Change!

Serial Sang Penjelajah Arus (5)

Pantai tampak ramai pengunjung, Pantai yang menjadi ikon Kota Rantau ini juga ada sebuah Masjid di dekat anjungannya, seolah-olah seperti Masjid yang sedang terapung di tengah laut, Masjid dua lantai dengan Desain minimalis nan unik. Pemandangan Pantai juga berjejalan dengan lalu lalang penduduk kota yang mungkin sedang mencari hiburan, mungkin sedang refreshing karena penatnya Aktifitas perkotaan, rutinitas yang mungkin juga akan membuatmu bosan dengan segera, bila tak punya inovasi dan kreatifitas dalam setiap aktifitasmu. Akhirnya Adir bisa juga ke Pantai setelah bertanya kepada tetangga sekitar kost-an, bertanya tentang jalur angkutan kota menuju Pantai yang sangat ramai di sore hari, ekonomi begitu hidup di Pantai ini, penjual jagung Bakar, Minuman Saraba, Roti Bakar, di pinggir jalan tertata rapi, belum lagi di bagian Utara Pantai yang memang disiapkan sebagai kawasan kuliner, rumah makan berjejeran bagai Perumahan, masing-masing punya cita rasa yang Khas sesuai dengan kearifan Lokal Kota rantau, bahkan para pelayan bukan Melayani pelanggan Lokal saja, para turis pun dilayani dengan kefasihan berbahasa Inggris serta senyum Ramah Khas Masyarakat Nusantara yang terkenal dengan keramahannya, seolah-olah kawasan kuliner di bagian Utara Pantai ini memang sudah memiliki blue print masa depan agar kelak menjadi kawasan kuliner Lokal yang go international. Anjungan Pantai juga menyajikan pemandangan laut yang berwarna abu-abu, "kok bisa berwarna abu-abu ya?", Adir berbicara pada dirinya sendiri. Di Kampung Halaman Adir, tepatnya tiga jam perjalanan darat dari kampung Halaman, kita akan menemukan pemandangan yang sangat memukau, pemandangan yang sangat alami, di daerah Pantai Barat kita akan menemukan Danau yang masih sangat alami, hijaunya hutan serta segarnya udara di sekitar Danau sanggup membuat kita terbuai lalu berangan-angan. Bila dibandingkan dengan Danau Plivitce di Kroasia, sungguh masih amat indah Danau yang terletak di Pantai Barat ini. Tak jauh dari Danau ada muara Danau yang langsung menuju Laut di Pantai Barat. Lautnya berwarna hijau dengan karang berukuran sedang menjulang tak jauh dari bibir Pantai, konfigurasi warna yang indah, karang nya berwarna abu-abu, lautnya berwarna hijau, dan pasir putih yang bersih. Tunggu sebentar, lautnya berwarna hijau? Lalu apa yang sedang di saksikan Adir di Pantai yang menjadi ikon Kota Perantauan kali ini, Lautnya berwarna abu-abu? Saking kotornya kah hingga seperti ini? Beberapa pertanyaan menggelayuti pikiran anak muda bernama lengkap Abdul Muktadir ini. Masih adakah organisme laut yang hidup di tengah laut yang sangat kotor ini? Sampah juga terlihat mengapung kesana kemari tepat laut yang berwarna abu-abu. Apakah yang menyebabkan lautnya menjadi kotor seperti ini? Lalu Adir mengalihkan pandangannya ke arah selatan Pantai, tampak kendaraan-kendaraan proyek berukuran besar dalam jumlah yang banyak sedang membawa pasir, bebatuan, serta tanah padat untuk di timbun di atas laut. Tunggu, di timbun di atas laut? Berarti pemandangan yang sedang di saksikan di depan mata Adir ini adalah reklamasi Pantai. Tampak beberapa exkavator berukuran besar berwarna kuning dalam jumlah besar sedang merapikan tanah padat, pasir, dan bebatuan yang di timbun di atas laut. Apakah reklamasi ini yang menjadi penyebab kotornya laut di bibir Pantai? Apakah reklamasi ini yang menyebabkan organisme laut di Bagian Selatan Pantai sulit terlihat? Kalau mau di layani semua pertanyaan ini, sepertinya tak akan pernah ada habisnya, lebih baik saat ini menikmati suasana yang ada di Anjungan Pantai kebanggaan Kota Rantau ini. Orang-orang lalu lalang hilir mudik di sepanjang Anjungan, berfoto di tugu tulisan, tugu-tugu bersejarah, Patung tokoh-tokoh pengubah dunia, tugu Adipura, serta tugu yang mewakili kearifan Lokal Kota Rantau. Tapi ada satu kondisi yang menelisik hati kecil Adir melihat pemandangan beberapa anak muda yang bergandengan tangan dan bermesraan, bersentuhan kulit tanpa risih, bercanda dan berbincang menembus batas-batas yang seharusnya tak boleh di langgar, agak geli bercampur risau ketika menyaksikannya. Sebab, pemandangan ini menjadi semacam pembiaran, dianggap biasa, dan tak ada upaya saling menasihati dalam kebenaran yang terjadi. Jelas saja Adir gelisah dengan situasi ini, gelisah ini semakin menjadi-jadi mungkin karena dirinya juga belum juga menemukan pasangan hidupnya. Harus ada upaya yang di lakukan untuk membimbing anak-anak muda ini, harus ada program terpadu agar pemahaman terhadap interaksi laki-laki dan perempuan beserta batas-batasnya bisa tersebar secara masif di kalangan anak muda. Mungkin saat ini pola pembinaan ini harus segera dibicarakan dengan orang-orang yang sevisi, para engineer peradaban, para penggerak pemuda dan mahasiswa, Kampus menjadi sasaran empuk untuk menyemai serta diseminasi ide-ide besar nan mulia ini. Adir masih punya pekerjaan rumah yang sempat ia dan teman-temannya rintis di Kampus yang berada di kampung Halaman. Kali ini sedikit berbeda, Adir harus berjuang di Tanah rantau, kultur serta situasi dan kondisi yang berbeda membuat Adir harus menjadi quick learner, segera paham kekinian dan kedisinian di tanah rantau, meskipun sebenarnya Adir adalah seorang slow learner, untungnya ia memiliki semangat yang membara, Tekad yang kokoh, serta kemauan yang kuat. Menjadi Pemuda penggerak serta agent of change, siapa takut?

Oleh : Mohamad Khaidir

3 PEMAIN KUNCI