Friday, August 16, 2019

Journey To The West Makassar

Sepenggal Surga di muka Bumi, begitukah Indonesia? Ya, saya pribadi sepakat dengan istilah itu, Indonesia dengan punya keindahan alam yang eksotis dan unik. Bahkan di Sebuah Kota besar nan padat pun boleh jadi ada Surga tersembunyi. Kota Makassar dengan kesibukan perkotaannya yang hampir setiap hari mengalami kemacetan di jalan poros maupun jalan-jalan kecil tertentu. Kota Makassar dengan Monumen-monumen Ikonik nya, Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Pantai Losari, Fort Rotterdam, Benteng Somba Opu, Gedung Fajar Group, Menara Bosowa, Centre Point Of Indonesia, Masjid Al-Markaz, Masjid Raya Makassar, Masjid 100 Kubah, Masjid Al-Fatih Al-Anshar, Monumen Pembebasan Tugu Mandala, dan masih banyak lagi. Ternyata masih ada tempat yang sangat mungkin menjadi tempat wisata, dimana itu?

Jadi begini ceritanya, suatu ketika Penulis sedang mengendarai Mobil di sekitaran Tol, tepatnya di pinggir Tol. Hampir setiap hari lewat di Jalan Tol membuat penasaran ada kawasan apa dibagian barat Kawasan Industri Makassar (KIMA)? Kalau melihat di peta, sudah sangat jelas bahwa dibagian barat sana adalah lautan, bila ada lautan pasti ada pantai, pantai seperti apa yang ada di bagian barat KIMA? Sebagai perantau di Kota Daeng ini, rasa penasaran itulah yang memicu penulis untuk menelusuri sebelah barat jalan Tol, sebelah barat KIMA. Maka pada hari itu juga, perjalanan menuju barat Makassar dimulai dengan kendaraan roda dua, journey to the west Makassar, keren bukan? Hehehe.

Melajulah kendaraan roda dua milik penulis di malam hari menelusuri pinggir tol untuk mencari tahu seperti apa tempat yang dituju. Melewati jalan beton, perumahan yang berjejer dipinggir jalan tampak padat, tampak beberapa pabrik dan perusahaan gas, adapula halte bus. Dengan adanya halte bus, ini menandakan bahwa kepadatan penduduk di daerah ini tak dapat diragukan. Pernah pula di sore hari, melintasi jalan beton hingga pantai. Berhenti sejenak di Sebuah Pabrik yang mengepul asapnya, tepat di samping pabrik padang hijau menghampar, adapula beberapa pepohonan yang menjulang di antara padang rumput tersebut, tampak jingga merona sedang dalam proses terbenam. Pemandangan yang menakjubkan! Tak disangka ada pemandangan menyejukkan seperti ini di bagian barat Kota Makassar. Matahari pun terbenam di ufuk barat dengan anggunnya, sungguh memesona mata yang memandangnya.

Tak jauh dari pemandangan jingga merona yang terbenam tersebut, beberapa ratus meter setelahnya, tak sampai satu kilometer, engkau akan kaget dengan hamparan sampah yang wooow, surprise! Setelah bangunan-bangunan pabrik dengan asap mengepul dan perumahan warga, tiba-tiba ada Sawah yang menghampar hijau sejauh mata memandang, eksotis bagi para penikmat pemandangan sawah! Beberapa ratus meter lagi kita meneruskan perjalanan, kita akan mendapatkan taman yang cukup indah serta kampung nelayan serta desa wisata, terus lagi kita akan mendapatkan pelabuhan dengan kapal merah dan putih bersandar di ujungnya, Pelabuhan UNTIA namanya.



Oleh : Mohamad Khaidir

Begini Perjalanan Darat dari Makassar ke Sengkang/Wajo!

Kota Sengkang, atau Kota Wajo, Ibu Kota Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kota yang cukup bersih dan rapi penataannya. Mobil minibus melaju melintasi jalanan yang mulus, mobil yang kali ini membawa Dua Orang Pemuda bervisi peradaban. Dua Pemuda ini hendak memantau perkembangan salah satu Program Pemerintah, yaitu Program Pemuda sarjana penggerak pembangunan pedesaan. Para pemuda yang di tempatkan di desa, para pemuda sarjana, yang akan berkontribusi untuk pembangunan di desa penempatan.

Dari Makassar menuju Kota Sengkang, terlebih dahulu melewati Kota Maros yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Maros. Dari Maros kemudian melewati Kota Pangkep, Ibu Kota dari Kabupaten Pangkajene Kepulauan, lalu menuju Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jalanannya cukup lurus saja, tak terlalu banyak belokan, juga masih ada sedikit lubang-lubang kecil di jalan yang harus segera menjadi perhatian pemerintah setempat. Dari Kabupaten Barru, Berbelok ke kanan atau ke arah timur tepat di Perempatan dekat dengan Rel Kereta api yang sedang di bangun.

Mulai dari Kabupaten Barru ini kita akan melewati salah satu jalan alternatif yang cukup menantang. Berkelok-kelok, tikungannya cukup tajam, bahkan ada beberapa tikungan yang sudut berbeloknya nyaris 1 lingkaran, ada 11 jumlahnya menurut perhitungan penulis. Jalan alternatif tersebut terkenal dengan nama Buludua, mengapa Buludua? Tak ada yang tahu secara pasti apa makna sebenarnya, tetapi menurut cerita Bulu artinya Gunung, dua adalah jumlah, memang benar ada dua gunung besar yang dilewati ketika melintas di jalan ini. Gunung nya cukup eksotik dan memanjakan mata, tebingnya cadas, berpadu dengan warna hijau karena sebagian permukaannya subur, ada pula warna kuning yang berpadu seolah-olah level warna yang sedang bersanding dengan warna hijau, dari hijau ke kuning, ditambah birunya langit dan awan mendung yang menggantung di atas tebing eksotik buludua, bisa engkau bayangkan bukan indahnya pemandangan buludua?

Warga masyarakat di sekitaran Buludua pada umumnya adalah petani dan mengelola kebun, lembah buludua yang indah, adapula pesantren di lembah buludua ini, adapula beberapa Rumah makan di rest area Buludua, tepat di puncak. Diselimuti kabut yang sedikit mengurangi jarak pandang, lampu mobil harus dinyalakan dalam kondisi ini, dinginnya juga semakin menjalar dalam sel-sel kulit. Sesudah buludua, kita akan mendapati Kabupaten Soppeng sebelum akhirnya memasuki Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Memasuki Soppeng, jalanan mulus dan mulai padat dengan pemukiman warga masyarakat, daerah yang cukup banyak pedagang serta wirausaha. Jalan dari Soppeng menuju Wajo atau Sengkang di dominasi oleh jalan lurus dan mulus, meskipun padat perumahan, aroma sejuknya udara pedesaan masih terhirup, mungkin karena Soppeng berhasil tetap menjaga hijaunya lingkungan sekitar meskipun padat perumahan.

Bertemu dengan para pemuda yang sedang membangun desa di Kabupaten Wajo adalah pengalaman yang memiliki sensasi tersendiri. Membangum Desa dengan Program Kewirausahaan, program pemberdayaan masyarakat, program pengabdian kepada masyarakat, luar biasa! Seharusnya program-program seperti ini yang perlu dilanjutkan dan dikembangkan. Indahnya Kabupaten Wajo beserta desanya mengundang asa untuk kembali berkunjung dan menikmati keramahan masyarakat, Sulawesi Selatan masih menyimpan potensi keindahan alam yang luar biasa dan masih banyak lagi, ayo ke Sulsel!

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, August 14, 2019

Kibarkan Benderamu, Kibarkan Idemu!

Menelusuri gang-gang sempit di sepantaran Kota, Gang yang kira-kira hanya muat untuk sebuah city car, bila ada Mobil truk besar yang masuk ke dalam gang, mungkin kendaraan lain harus menyingkir terlebih dahulu, Mobil truk pun bila melintasi gang sempit ini akan kesulitan berbelok, kecuali supir truk punya pengalaman dan kemampuan yang mumpuni untuk membelokan mobil besar tersebut tanpa tergores sedikit pun. Bahkan ada pula gang yang hanya cukup dilintasi satu motor, motor di arah berlawanan harus rela mengalah bila ingin melintas. Inilah realitas perkotaan, inilah deru debu tembok kekar nan kokoh ciri khas Kota Besar, Kota yang dibangun semenjak dari Bangsa ini terjajah sampai Merdeka.

Sudah 74 Tahun kita merasakan nikmat kemerdekaan, betapa nikmatnya membangun, bekerja, belajar, beraktifitas, tanpa penindasan serta kesewenang-wenangan dari bangsa lain. Segala kerumitan, keribetan prosedural, kompleksitas administrasi, Inilah tantangan kemerdekaan, tantangannya dalam bentuk yang lain, dalam bentuk yang sesuai dengan zamannya. Lalu diantara gang-gang sempit perkotaan, aku melihat Bendera Merah Putih berkibar, berkelabatan, tertiup angin, menunjukan warnanya dengan jelas, Merah itu Berani dan putih itu suci! Tak hanya satu yang berkibar, ada pula umbul-umbul merah putih sebagai pendukung sang Merah Putih. Indah tampaknya oleh mata, simbol kedaulatan bangsa ini, Simbol Kemuliaan Bangsa Indonesia, Simbol Kemerdekaan yang tak kan tergantikan, berkibarlah terus Sang Merah Putih!

Lalu, apakah cukup hanya seperti itu? Apakah cukup hanya Sang Merah Putih secara fisik saja yang berkibar? Bagaimana jika Nilai-nilai yang ada di dalamnya tak berkibar? Aduhai, malang nian bila nilai tak juga berkibar, nilai tak tampak dalam keseharian, ide-ide positif tak berkibar, ide-ide positif tak menunjukan eksistensinya. Justru perilaku negatiflah yang tampak, sampah-sampah berserakan, juga seolah-olah ingin berkibar pula di jalanan. Gagasan LISA (Lihat Sampah Ambil) cukup keren untuk kita praktekan, sebagai bangsa yang sebentar lagi merayakan kemerdekaannya yang ke-74. Ide tentang memungut sampah ketika melihatnya juga adalah ide positif yang harus berkibar, harus tampak dalam keseharian kita. Berbuat sebelum berucap, begitu kira-kira ungkapan yang pas untuk Ide Positif ini.

Masih banyak ide-ide positif lainnya yang juga harus berkibar, memperindah kibaran Sang Merah Putih di pagar-pagar rumah kita. Tanggal 29 Juni - 1 Agustus Tahun 1945 dasar negara kita di bahas, sebagai landasan konstitusi bangsa kita tercinta. Lalu bila nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tak berkibar, sungguh sedih rasanya. Pancasila beserta nilai-nilai dan implementasinya yang merupakan hasil musyawarah founding father bangsa kita juga semestinya berkibar, Ide positif yang harus menjadi ruh Pemuda Indonesia. Jadi sebaiknya, tak hanya bendera saja yang berkibar, ide-ide luhur Pancasila harus juga berkibar! Ide-ide positif juga harus berkibar! Bila Sang Merah Putih telah Berkibar dirumah kita, mari kita kibarkan bersama ide-ide positif kita!

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, August 13, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Sinjai ke Bulukumba!

Kota Sinjai merupakan Ibu Kota Kabupaten Sinjai, Sinjai Bersatu, begitu tertulis di Gerbangnya, tampak patung beberapa Ekor Kuda seolah-olah sedang berlari tepat berada di Gerbang. Udaranya sejuk dan dingin, Mobil Minibus yang baru saja membelai mesra Jalan poros Bone Sinjai telah tiba di perbatasan. Singgah sebentar di Sebuah Rumah sederhana, rumah Tembok berwarna Krem tampak begitu sederhana berdiri dengan anggun di antara Pohon-pohon rindang serta bunga-bunga kecil. Halaman depan rumah krem tersebut cukup luas, ternyata halaman luas tersebut adalah bekas rumah panggung yang terbakar, bahkan beritanya sempat viral karena Al-Qur'an yang tersimpan di jendela Rumah panggung sama sekali tidak tersentuh api ketika merah membara melahap rumah panggung tersebut.

Sinjai terkenal dengan beberapa Objek Wisata yang cukup menarik dan memanjakan jiwa petualang anda. Ada Taman Mangrove Tongke-tongke yang sangat Instgramable, sangat indah perpaduan Mangrove, jernihnya lautan, langit yang digantungi sedikit awan mendung, ditambah lagi ada kafe terapung yang cukup unik. Bahkan diseberang lautan sana ada Pulau Sembilan yang juga terkenal. Adapula tempat Pelelangan Ikan populer di Sinjai, yaitu Lelong. Kalau mampir ke Sinjai, agendakanlah waktu khusus untuk menjelajahinya, jadi Backpacker pun nikmat.

Kali ini perjalanan akan menuju Bulukumba, Bumi Panritta lopi, Tempat Perahu Phinisi yang terkenal itu dirakit dan dibuat. Dari Sinjai menuju Bulukumba tak terlampau jauh mungkin sekitar 1 jam perjalanan darat. Melintasi bukit dan gunung yang tak terlalu tinggi, pemandangannya juga sangat indah, Sawah yang berundak-undak di balik bukit, langit yang seolah-olah bertemu dengan permukaan bukit dan pepohonan. Ditambah lagi pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan unggul tak jauh dari tepi jalan, seperti pohon durian dan pohon rambutan, tikungan yang di lewati tak terlalu tajam, hanya saja lengkungannya lebih luas dan panjang, sehingga ketika berbelok seolah-olah sedang di ayun perlahan tapi pasti sekitar 180 derajat lingkaran. Yang beruntung mendapatkan pemandangan Sunset atau sunrise akan lebih takjub lagi sepanjang jalan dari Sinjai Ke Bulukumba, sungguh indah ciptaan Tuhan.

Sekitar 40 menit, tanpa masuk ke Kota Bulukumba, kita bisa berbelok kiri masuk ke jalan alternatif menuju Pantai Bira Bulukumba, Pantai Wisata yang sangat tersohor sampai ke luar negeri, Salah satu Tempat Wisata unggulan di Sulawesi Selatan. Belok kiri di daerah Tanete, kita akan memasuki desa-desa dengan jalanan yang agak kecil, nyaris hanya bisa di lewati 2 Mobil. Masuk sekitar 8 Kilometer, kita akan menemukan satu tempat yang juga sangat indah untuk berfoto ria disini, tempat yang sangat Instagramable, Kebun Karet di Daerah Allu Bulukumba. Menurut cerita, pohon tersebut ditanam dengan sangat rapi saat Inggris sempat mengeksplorasi daerah ini, alhasil kita akan menyaksikan Perkebunan Karet yang rapi jejeran pohonnya, lalu dibalik itu ada padang rumput hijau beratapkan langit, sangat indah.

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, August 12, 2019

Bone Im In Love

Kali ini perjalanan yang Ke-5 (Lima) dalam setahun, perjalanan yang ingin memecah kebuntuan berpikir, menarik diri dari riuhnya Aktivitas Perkotaan. Perjalanan yang menembus ketidaknyamanan menuju kenyamanan, begitu Harapannya, padahal kehidupan tidak seperti itu, Dinamika kehidupan memaksa kita untuk belajar menikmati kenyamanan serta menerima ketidaknyamanan. Kita harus menuliskannya, menuliskan sebaik mungkin, dengan tinta suci nan murni, bait-bait kehidupan harus kita tuliskan.

Bermula dari Kota Daeng, Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kota yang baru-baru saja merayakan kemenangan dalam pertandingan Sepak Bola, melawan Tim Sepakbola kebanggaan Ibu Kota Indonesia. Setelah sebelumnya kalah 1-0 saat bertandang di Jakarta, Kesebelasan Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) membalas kekalahan tersebut di Stadion Andi Matalatta, Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta (Persija) harus mengakui keunggulan 0-2 dari PSM. Gelar Juara bagi PSM setelah 19 Tahun puasa Gelar, sungguh membanggakan! Beberapa sektor sekitaran stadion sempat merayakan selebrasi, luapan kegembiraan, semangat para pemuda, bergelora memenuhi atmosfer penggila bola di Kota Makassar! Selamat buat PSM!

Dari Makassar, menuju Kota Watampone, tak terlampau jauh, apalagi yang sudah terbiasa melintasinya. Jalannya berkelok-kelok cukup ekstrim ketika memasuki Camba Kabupaten Maros, namun tak beberapa lama melewati jalan yang cukup ekstrim ini semenjak jalan layang keren yang menggunakan APBN selesai dirampungkan. Cukup indah jalan layang tersebut, lumayan menghemat sekitar 1 Jam, lebih cepat menuju perbatasan Kabupaten dan Kabupaten Bone. Tak sedikit pula kita akan menyaksikan segerombolan Monyet Hutan muncul di pinggir jalan. Ada beberapa papan petunjuk yang menunjukan Leang, penulis sendiri masih penasaran keindahan alam macam apakah di ujung papan penunjuk tersebut.

Ketika masuk di Kabupaten Bone, kita juga akan menyaksikan pemandangan alam yang menarik dan tidak membosankan. Ada beberapa rest area yang menjadi Favorit para Musafir dari Makassar menuju Bone atau dari Bone menuju Makassar, yaitu Jabal Nur dan Beberapa Rumah Makan yang ada di Cijantung. Pemandangan menakjubkan sawah hijau berpadu dengan Gunung dan langit biru serta awan putih begitu Indah ketika masuk di Lappariaja dan Bengo Kabupaten Bone, sayang penulis belum melihat Rumah Makan, Rest Area, atau Tempat Wisata daerah Tersebut.

Setiap perjalanan tentu mengandung hikmah dan menyimpan kenangan yang tak terlupakan. Seperti ketika penulis pertama kali melakukan perjalanan menuju ke Bone dari Makassar, dengan modal seadanya, hendak melamar sang Pujaan Hati, kejadiannya sekitar 3 tahun yang lalu. Sangat mendebarkan, sekaligus mengharukan, menggembirakan sekaligus menegangkan, aduhai, siapa yang tak berkesan ketika melamar Sang Pendamping Hidup yang akan berjuang bersamamu, membantumu dalam suka dan duka. Kota Beradat yang menyejarah, pusatnya Kerajaan Besar, Kerajaan Bone di masa lampau. Kota Kelahiran JK.

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, August 8, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Bone menuju Sinjai!

Mobil minibus melaju Kencang menerabas kaki-kaki angin di pelupuk mata, memacu lajunya menembus jenggala polusi udara, mengantarkan para penumpang menuju tujuannya secepat mungkin. Dari Kota Beradat, Kota Bone menuju Kabupaten Bulukumba rombongan ini melaju dengan kecepatan yang lumayan cepat, mendahului mobil-mobil besar serta kepulan asap polusinya.

Jalanan lumayan lancar tanpa macet yang berarti, kecuali beberapa mobil besar yang seolah-olah berkonvoi, membuat beberapa kendaraan kecil memakan beberapa waktu jika ingin mendahuluinya, tapi pada dasarnya jalanannya mulus tanpa lubang di jalan yang berarti. Ada seorang Sahabat yang bilang, jika jalannya tak mulus, siap-siap saja Joget tanpa musik. Apa maksudnya? Mungkin maksudnya jalanan yang tak mulus membuat penumpang berguncang hebat ketika melewatinya, mungkin itu maksudnya.

Sebelum menuju Kabupaten Bulukumba, dari Arah Kabupaten Bone, harus melalui Kabupaten Sinjai terlebih dahulu. Tidak terlalu banyak belokan atau tikungan tajam, kebanyakan jalan yang lurus. Bilapun para penumpang kelelahan, akan banyak tertidur ketika melewati jalan yang mulus, lurus, dan lancar ini. Begitu pengalaman pribadi penulis saat sedang tak menjadi Driver, lebih banyak tertidur saat melewati jalur Bone menuju Sinjai, Hehehe. Pemandangannya pun di dominasi oleh sawah-sawah yang menenangkan pikiran ketika memandangnya, tak sedikit juga tampak Bangunan-bangunan menjulang tinggi yang merupakan sarang Burung Walet, ini menandakan bahwa Masyarakat suku Bugis adalah pekerja keras serta punya tekad yang kuat dalam mencari nafkah. Tampak pula pohon-pohon yang tertanam di pinggir jalan, miring ke arah jalanan, seolah-olah membentuk terowongan alami yang sangat indah, sangat Instagramable.

Sebelum sampai ke Kabupaten Sinjai, di ujung perbatasan Bone dan Sinjai, ada sebuah Pondok Pesantren yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan. Pondok Pesantren Darul Huffadz, Terletak di Desa Tuju-tuju, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Tokoh yang sangat terkenal di Pondok Pesantren ini adalah KH.Landre Said, tak sedikit Masyarakat Sulawesi Selatan serta Para Santrinya yang menganggap Beliau adalah Seorang Wali Allah, warga disekitaran Desa Tuju-tuju, para santri, serta Alumni maupun alumnus Pondok Pesantren Darul Huffadz sering menyaksikan kejadian-kejadian yang ajaib, yang mungkin hanya orang-orang yang diberi Karomah oleh Allah yang dapat melakukannya, atas izin Allah tentunya. Salah satu Tokoh terkenal yang merupakan alumni Pondok Pesantren ini adalah Ustadz Bachtiar Natsir, salah satu Tokoh Sentral 212, Tokoh Nasional yang berpengaruh. Semakin meningkat popularitasnya ketika aksi 411 dan 212 yang merupakan sejarah berharga bagi Ummat Islam di Indonesia. Suatu Gelombang Besar serta arus nan kuat, Menorehkan tinta emas dalam sejarah Bangsa Indonesia.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

Bone & Pemuda Desa

Ayo Diskusi! Diskusi membuka pikiran, yang tadinya Tertutup akan sedikit terbuka. Yang tadinya terbebani mungkin akan menjadi sedikit lebih ringan. Yang tadinya hanya memiliki satu perspektif, nantinya akan semakin objektif karena nantinya di diskusi bisa menjadi multi-perspektif. Kali ini perjalanan para pemuda yang suka berdiskusi ini menuju Tanah Bone, Bumi Arung Palakka. Jalan-jalan sambil Bangun Indonesia, Bangun Indonesia sambil jalan-jalan, Asyik bukan?

Jalanan menuju Bone cukup menguji Adrenalin, terutama yang memulainya dari Kota Makassar lalu memilih rute terdekat yaitu Camba Kabupaten Maros. Tikungannya cukup tajam, melewati pepohonan dan jenggala, tebing-tebingpun cukup terjal, ditambah lagi jalan yang lumayan sempit. Tetapi seharusnya, sulitnya medan tidak mereduksi semangat para Darah Muda, Darah yang berapi-api Kata Bang Haji Roma Irama, Hehehe.

Perjalanan memakan waktu sekitar 3 Jam 8 Menit untuk sampai ke Kota Bone. Berkumpul di salah satu Rumah Makan terkenal di Kota Bone, Para Pemuda baru saja tiba lalu segera melaksanakan Shalat sebelum memulai bincang-bincangnya. Pemuda yang begitu bersemangat juga menambah semangat, Bagai Gelombang yang awalnya kecil lalu membesar di ujung Pantai.

Matahari memancarkan sinarnya, sangat cerah hari itu. Birunya langit sangat jelas terpapar, lalu bincang-bincang nya pun berlangsung secara santai dan elegan, tetapi program yang di hasilkan betul-betul riil menyentuh pemuda di Desa. Mengapa di Desa? Desa punya pengaruh yang kuat dalam pembangunan bangsa ini. Jadi, kalau ingin membangun Indonesia mulailah dari membangun Desa. Kalau ingin Bangsa ini Progresif, mulailah dari Para Pemuda bertekad kuat, Pemuda-pemuda yang akan menyebarkan semangat positifnya.
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

BERANI DAN PRODUKTIF

Beranilah menuliskan Gagasan !