Sunday, January 5, 2020

Kala itu, Di Tahun 2006

Serial Sang Penjelajah Arus (3)

Bel berbunyi keras, "teeeet!!! Teeet!!! Teeet!!!" menandakan perpindahan jam, yang secara alami para pemuda-pemudi berseragam putih abu-abu paham bahwa saatnya bersua dengan teman-teman yang berbeda kelas, entah bertemu di kantin, di lapangan, di depan kelas, ataupun di "dego-dego" yang merupakan tempat nongkrong favorit para Lelaki. Dahulu di zaman SMA, ketika selesai masa Orientasi Siswa Baru, ada satu momen yang mungkin tak terlupakan bagi Adir si anak kampung dan anak ingusan. Memang di zaman SMA, Adir harus menerima Kenyataan pahit akibat tak pandai berinteraksi sosial, tak pandai memahami beragam karakter manusia, tahunya Jalani hidup saja seperti air yang mengalir, tanpa perencanaan tanpa visi masa depan, kondisi ini membuat Adir terombang-ambing dalam kerancuan proses memahami diri sendiri, proses pencarian jati diri, dan proses bersosialisasi dengan orang lain. Suatu ketika, selesai pengarahan masa Orientasi Siswa, kami para Siswa baru berjalan diarahkan ke Masjid Sekolah untuk kegiatan selanjutnya. Adir dengan begitu percaya diri maju paling depan, seolah-olah memimpin siswa-siswi yang lain, mungkin jiwa kepemimpinan dalam diri Adir mulai menunjukkan tanda dan ciri-cirinya, bergejolak menjadi sebentuk tindakan, berjalan dengan cepat melampaui langkah para Siswa baru yang mungkin masih malu-malu untuk mengekspresikan ekspresi itu sendiri, masih segan untuk mengaktualisasikan diri selaku pemuda dengan semangat berapi-api. Tiba-tiba, dengan semangat yang bergemuruh berjalan ke depan layaknya pemimpin muda, seorang senior menegur dengan nada mengejek dan merendahkan, "Hei, kamu ini pemimpin disini ya?", lalu dengan santai senior itu tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya melihat ke arah Adir yang tengah membangun kepercayaan dirinya, mereka berlalu sambil tertawa-tawa. Aah, sungguh malang Adir seorang anak muda yang sedang membangun karakter positif dalam dirinya tiba-tiba runtuh dalam sekejap, untunglah kepercayaan dan semangat dalam diri Adir belum runtuh sepenuhnya, masih menyisakan pondasi yang kapan saja masih siap untuk dibangun, pondasi diri yang kelak harus di kokohkan dengan Ilmu, yang memang harus di kuatkan dengan badai dan terpaan Angin, agar ia menjulang tinggi namun tetap rendah hati dan memberi manfaat serta menebar kebaikan bagi siapapun yang berada di sekitarnya. Adir masih harus belajar lagi! Adir masih harus lebih sabar lagi! Adir harus lebih kuat lagi! Entah kapan pondasi itu kuat, Adir harus siap menghadapi tantangan-tantangan hidup yang setiap manusia memiliki jatah akan tantangan-tantangan itu.

Ranting-ranting pohon mangga bertautan dengan ciri Khas warna cokelat Gelap memadu dengan warna tekstur batang yang keras dan membentuk jalan-jalan kecil bagi serangga-serangga kecil untuk bersimbiosis dengan pohon mangga tersebut. Pohon-pohon yang di tanam di setiap Taman depan kelas, karena sudah tumbuh besar, daun-daun dan ranting-rantingnya saling terhubung dan bertautan, di Sepanjang Kelas XII (Dua Belas) jejeran Pohon mangga ini memberikan kesejukan dan keteduhan bagi Siswa, guru, serta warga di lingkungan sekolah. Kesejukan dan keteduhan ini memang harus dibayar dengan rutinnya Siswa-siswi piket menyapu Halaman dan Taman depan sekolah, ini konsekuensinya. Tidak setiap Kesejukan dan keteduhan dapat dinikmati tanpa usaha menjaga kebersihan, daun-daun yang jatuh dan berguguran serta ranting-ranting yang jatuh karena terpaan Angin juga harus dibersihkan setiap harinya, hal ini memberikan kita pelajaran bahwa di bumi yang tengah kita pijak hari ini, kesejukan dan keteduhan yang ingin kita nikmati pun kita harus berusaha jua, tak ada yang instan. Untuk sesuatu yang menyenangkan di dunia pun kita harus berusaha, berjuang dan berkorban, apalagi untuk sesuatu yang sangat besar dan nikmat di akhirat nanti? Butuh perjuangan tak kenal lelah, butuh pengorbanan yang melampaui batas-batas Individualisme, seperti apakah itu? Tenang, akan kuceritakan kepadamu secara bertahap dan perlahan. Duduklah, mari mengurai kisah bersamaku.

Kantin-kantin di bagian selatan Sekolah mulai ramai, siswa-siswi sekolah yang merupakan salah satu sekolah unggulan di kota, di kampung Halaman Adir, mulai berkunjung ke masing-masing kantin favoritnya untuk menunaikan hajat makan siangnya. Kantin-kantin berjejer dan berhadap-hadapan, beragam warna cat, ada yang mengecatnya dengan warna biru, krem, kuning, putih, sesuai selera dan sebagai daya tarik bagi siswa-siswi yang sedang mencari tempat nongkrong sekaligus tempat makan. Saat para siswa-siswi sedang hilir mudik, dan siswa-siswi yang lainnya sedang menikmati santap siangnya di dalam kantin tiba-tiba atap kantin yang beralaskan seng berbunyi keras ditimpuk batu yang besar, "Brak..!!". Sontak saja para siswa-siswi kaget bukan kepalang lalu menghentikan aktivitasnya, lalu mendatangi sumber suara. "Brak..!!", belum habis kehebohan dari batu pertama, ada satu lagi batu yang menimpa kantin di tengah. Siswa-siswi semakin berhamburan lalu pergi menuju sumber suara, sebagian Siswa Senior mulai gusar dan emosi berlari ke dekat kantin sasaran batu misterius dari arah barat sekolah. "Brak..!!", Batu ketiga datang lagi, emosi sudah tak tertahankan, mana ada yang sanggup menahan emosi anak muda yang sedang meluap-luap, darah panas para pemuda bergejolak, tangan mulai bergerak mengambil batu, bersiap untuk melakukan pembalasan, mulai ramai terucap kata-kata yang kasar nan kejam, kata-kata picik dan kotor, sungguh tak tertahankan lagi bagi anak-anak muda yang nyaris kehilangan akal sehat ini, dalam pikirannya saat ini lebih baik segera membalas! Agar tidak di pandang enteng oleh anak-anak sekolah sebelah! Ternyata bunyi batu melayang yang ketiga dari arah barat sekolah tepat mendarat di atap kantin sekolah itu adalah pengantar bagi batu keempat, kelima, keenam, dan seterusnya hingga tak terhitung lagi. Pembalasan sudah di mulai, senior maupun junior yang tak dapat menahan emosinya segera membalas, tak tanggung-tanggung batu yang lebih besar dari ukuran telapak tangan pun di ambil lalu di lemparkan. Segera saja terjadi saling melempar, tak terpikirkan apa dampaknya ke depan, emosi sudah menguasai diri, Adir pun terdiam dan menyaksikan, tak ingin berbicara dan banyak berkommentar, terbersit sedikit keinginan untuk ikut melempar juga, tetapi Adir memilih tak mengambil tindakan karena berpikir tentang akibat yang akan terjadi setelah insiden ini. Dalam hati kecil Adir, untuk apa bertengkar dan saling melempar seperti ini? Masih Relevan kah tawuran semacam ini bagi para intelektual muda generasi penerus bangsa? Bangsa ini telah Merdeka, berbagai macam Suku mengikhlaskan diri, meredam egosentris, dengan semangat memperjuangkan kemerdekaan Melebur menjadi satu entitas politik, entitas negara bernama Indonesia, sesuatu yang pernah di cita-citakan Gajah Mada di Era 1300-an meskipun pada saat itu motivasinya adalah ekspansi secara teritori. Untuk apa kita saling menyakiti,? Padahal para Pendiri bangsa kita pernah membangun semangat yang sama, merasakan penderitaan dan penistaan akibat penjajahan memicu hasrat untuk bebas, Merdeka, dan sejahtera. Lalu saat kemerdekaan itu telah tercapai, kita dengan mudahnya tersulut emosi dan ter-provokasi. "Aah, atau Mungkin aku saja yang merasakan kegelisahan seperti ini? Tidak! Pasti bukan cuma aku yang berpikiran seperti ini", Adir berbicara dalam pikirannya sendiri, berbicara pada dirinya sendiri. "Pasti ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan ini tanpa kekerasan, mungkin kedua pihak sekolah di wakili oleh Unsur pimpinan Sekolah bisa saling berdiskusi dan mencari jalan tengahnya, duduk bicara bersama membicarakan solusi, tapi untuk penyelesaian masalah semacam ini tak bisa hanya aku seorang diri yang menyampaikannya", gumam Adir. "Harus ada sekumpulan orang-orang berpikiran yang sama, berpikir tenang dan objektif, karena kebaikan memang harus terorganisir agar dengan lantang mencegah kemungkaran, namun untuk saat ini aku belum bisa melakukannya, untuk saat ini aku belum bertemu orang-orang semacam ini", Adir Berdiskusi dengan dirinya sendiri. Dalam diskusi panjangnya, Adir masih menyimpan optimisme, suatu saat akan bertemu dengan orang-orang seperti ini, Adir sangat yakin akan masa depannya, suatu saat ia akan bertemu dengan orang-orang baik yang sevisi dengannya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, January 4, 2020

Ayo ke Bugis Waterpark!

Inilah tempat wisata, tempat rekreasi yang menjadi favorit bagi warga Kota Makassar, warga Sulawesi Selatan! Populer pula bagi para wisatawan dari luar Sulawesi Selatan yang sedang berkunjung di Sulawesi Selatan. Tempat itu adalah Bugis Waterpark.


Bugis Waterpark terletak di tengah kota, di dekat perumahan Baruga Makassar, sangat terjangkau dari segi geografis. Bugis Waterpark menyajikan wahana-wahana air yang sangat menyenangkan, kolam renang, dan pertunjukan musik secara langsung.



Bugis Waterpark sangat cocok bagi anda yang ingin menikmati liburan bersama keluarga, sahabat, handai taulan, dan teman-teman kantor. Paling tidak setiap orang harus menyiapkan Rp.300.000,-, itu sudah termasuk biaya tiket dan makan di dalam wahana. Buat kamu para pecinta air, tunggu apa lagi, ayo ke Bugis Waterpark! Ayo ke Makassar! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, January 3, 2020

Bertualang dan Berkemah di Puncak Matantimali!

Ketika engkau berada di sebuah tempat, atau sebuah daerah, jangan lupa dekati pemudanya. Sepertinya pesan itu sangat cocok buat para petualang, buat para penjelajah dan penyuka tantangan baru. Ya, bila engkau sudah akrab atau berteman dengan mereka, para pemuda tersebut akan mengajakmu jalan-jalan ke suatu tempat, jalan-jalan yang produktif, perjalanan yang berkesan dan tak terlupakan, menikmati keindahan alam, percayalah! Aku sudah pernah mencobanya!

Mengabdi di Desa Porame Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah selama 2 bulan, merupakan pengabdian yang sangat berkesan. Terutama ketika para pemuda setempat mengajak kami berkunjung ke suatu tempat untuk berkemah, sebuah puncak yang terkenal bahkan terkenal di Kota Palu Sulawesi Tengah, terkenal di kalangan pecinta alam, terkenal di kalangan para petualang, tersohor di kalangan wisatawan, populer di kalangan para atlit paralayang, tempat itu adalah Puncak Matantimali. Kira-,kira jaraknya 17 Kilometer dari Desa Porame, karena medannya lumayan berat maka perjalanan memakan waktu sekitar 45 Menit untuk sampai di puncak.

Jalan menuju Puncak Matantimali lumayan menantang dan terjal, pendakiannya nyaris 70an derajat kemiringan, maka keprimaan tubuh dan kondisi kendaraan harus dalam keadaan baik bahkan sangat baik. Jalannya berbelok-belok agar mudah mendaki ke atas, pemandangan yang kita nikmati adalah pepohonan, pegunungan, serta Kota Palu yang tampak indah dari ketinggian. Puncak Matantimali menyajikan pula kabut yang tebal pada waktu-waktu tertentu, ingin rasanya berdendang begitu kita berhasil tiba sampai disana. Buat kamu para petualang, kamu harus berkunjung dan berkemah disini, Puncak Matantimali, tunggu apa lagi, ayo ke Sulteng!


Oleh : Mohamad Khaidir

Pemuda Rantau dan Dokter Muda

Serial Sang Penjelajah Arus (2)

Merantaulah! Begitulah Imam Syafi'i berkata, sebuah seruan yang seharusnya menjadi titik tolak bagi kita semua. Untuk berhijrah dari kondisi tidak ideal menuju kondisi yang ideal dan berdaya, hijrah dari pesimis menjadi optimis dan menginspirasi, hijrah dari kontra-produktif menuju produktif dan mandiri. Mungkin ini juga menjadi makna terdalam, yang bisa terus kita gali dari peristiwa Hijrah Rasulullah SAW. Betapa kisah perjalanan Hidup Rasulullah SAW dan para sahabat adalah mata air Inspirasi serta Motivasi yang tak pernah habis. Mentari pagi di tanah rantau terbit dengan perlahan, menandakan semangat harus terus terbarukan di pagi hari, meski kantuk masih menyerang, engkau harus bangkit menyambut hari, menerima birunya langit dan putihnya Awan mengkonfigurasikan cahayanya di retina mata, wah ternyata hari sudah pagi! Bergegaslah dengan semangat yang gegap gempita, minumlah segelas air agar segar dan sirna dahaga, diawali dengan sedikit pemanasan dan peregangan badan, sebentar lagi kita akan menyerap makna dari setiap gerak, mencari rezeki dari setiap pekerjaan, mendulang hikmah dari setiap kisah termasuk kisah ini. Kendaraan mulai lalu lalang memenuhi jalan-jalan pemandangan selanjutnya yang terlihat adalah belantara perkotaan, tembok-tembok beserta front office dan neon box tampak unik dan cerah warnanya, gedung-gedung menjulang tinggi dengan angkuh seolah-olah ingin menggapai Awan, poster-poster iklan produk Turut menyemarakkan suasana padatnya perkotaan di tanah rantau. Sungguh berbeda dengan kondisi kampung Halaman, kemajuan peradaban di tanah rantau sempat membuat anak muda ini mengalami culture shock, yang mengakibatkan sang anak muda bengong atau kebingungan beberapa saat karena megahnya sarana prasarana serta budaya yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini dirasakannya di kampung Halaman. Untuk menyeberang jalan saja, menurut sang perantau, arus lalu lintas kendaraan terlalu deras, sangat sulit untuk menyeberang jalan tanpa mengumpulkan keberanian terlebih dahulu. Akhirnya sang anak muda ditegur oleh sahabat SMA waktu di kampung, "Dir, kalau takutki, nda menyeberang-menyeberangki itu..", Kata Vania, Kandidat Dokter di salah satu Perguruan Tinggi terkenal di Tanah rantau tersebut. Ya, Siapa lagi yang harus dihubungi pemuda culun yang tengah merantau ini selain teman yang memang sudah di kenalnya sejak SMA, Vania sang kandidat Dokter muda yang cantik, Ramah, dan baik hati, siapa yang tak terpikat dengan keanggunan serta kebaikan Vania sang kandidat dokter muda ini. Tapi, pada saat itu pikiran dan arah gerak sang anak muda perantau bernama Adir mungkin belum terpikat dan tertuju pada kecantikan dan kebaikan Vania sang kandidat dokter muda yang dulu pernah bersekolah di SMA yang sama di kampung Halaman, Adir masih harus fokus menata masa depannya, meningkatkan kapasitas dirinya, serta menyiapkan segala bekal yang harus dipersiapkan untuk mengarungi samudera kehidupan. Betapa Kecemerlangan sosok Vania bagi Adir hanya bisa dinikmati dengan obrolan-obrolan ringan seputaran masa SMA dan sedikit kisah tentang suka dukanya merantau, sambil menikmati bubur ayam di depan kampus biru tanah rantau, tanah rantau yang sempat membuat Adir mengalami culture shock karena sangat maju peradabannya, dari sisi pembangunan fisik dan budaya menghargai pendatang dari manapun jua ia datang merantau. Lalu anak muda energik dan semangat bernama Adir ini teringat beberapa kenangannya di masa SMA.

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, January 2, 2020

Sang Pemuda 1000 Masjid (45)

Seorang calon santri cilik tengah bersikeras tak mau pergi mengaji, tetapi Ibunya terus menarik tangannya memaksanya untuk pergi ke sebuah masjid yang nantinya akan menorehkan kisah penting dalam kehidupan santri cilik ini. Hampir sepanjang jalan sang santri cilik meronta-ronta ingin pulang saja, kira-kira jarak dari rumah menuju masjid yang dituju adalah 4-5 Kilometer. Masjid yang menjadi tempat yang sangat berkesan bagi sang santri cilik, tempatnya pertama kali membaca Al-Qur'an secara lancar, tempatnya pertama kali belajar membaca dan menghafal bacaan shalat bahkan mengikuti lombanya.

Masjid yang kemudian menjadi tempat bersejarah bagi sang santri cilik, masjidnya tak terlalu besar, desain langit-langitnya khas masjid-masjid perkantoran tahun 90an, yang sempat menjadi aktivis masjid atau panitia pembangunan masjid perkantoran di tahun 90an pasti merasa akrab dengan desain langit-langit tersebut. Masjid yang kemudian sang santri cilik mengalami pembentukan karakternya menuju remaja, dan sang santri yang sudah berusia muda itu kini telah bercita-cita menjadi pemuda yang dapat mengunjungi 1000 masjid.


Ubin lantai terasnya berwarna merah, nyaris merah maron, dindingnya berwarna putih, kusen jendela dan pintu berwarna cokelat tua, dan atap yang berwarna hijau. Masjid ini bernama Mushollah Assakinah BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah, namun bukan hanya menjadi masjid kantor semata, masyarakat yang berada di sekitar masjid juga menjadi jama'ah di masjid ini. Bagi Sang Pemuda 1000 Masjid, masjid ini adalah masjid yang sangat bersejarah, masjid tempat ia latihan naik di mimbar, masjid tempat ia pertama kali mengumandangkan azan, masjid tempat ia membangun dan menjaga hafalannya, halaman masjid adalah tempat dimana ia belajar bermain bola, sungguh masjid masa kecil yang penuh kenangan dan kesan, kalau engkau masih ingat bukan masjid masa kecilmu ? Ayo ke masjid!

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, January 1, 2020

Bumi Perkemahan Anoa Paneki

Hutan rimba, pepohonan, begitu rindang, begitu pula tanahnya, hampir sekelilingnya dibatasi pagar kecyali dibagian sungai, sebuah tempat yang sangat terkenal di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Bumi Perkemahan Anoa Paneki, Sigi Sulawesi Tengah. Sebuah tempat yang menjadi favorit para pecinta alam, tempat favorit untuk berkemah berbagai organisasi kepemudaan, kepanduan, atau kepramukaan. Bahkan Bumi Perkemahan Anoa Paneki juga menjadi tempat yang penuh kenangan bagi para pemuda-pemudi yang pernah menjalani pelatihan atau kemah pengembangan diri di tempat ini.


Bumi Perkemahan Anoa Paneki Sigi hanya berjarak 15 Kilometer dari pusat Kota Palu Sulawesi Tengah, membuatnya menjadi salah satu tempat kemah favorit untuk pelatihan, pengaderan, dan kegiatan alam lainnya, hanya sekitar 31 Menit dari Kota Palu. Bumi Perkemahan Anoa Paneki menyajikan pemandangan alam yang benar-benar alam, hutan, sungai untuk kebutuhan mendasar, padang rumput, semak-semak, dan air terjun dibagian dalamnya, sebuah tanah lapang untuk bermain bola atau sekedar melakukan permainan-permainan serta kompetisi sangat bisa dilakukan disini. Buat kamu para penikmat kemah, para pecinta alam, ayo jalan-jalan kesini, jalan-jalan yang produktif tentunya, ayo ke Sulteng!

Oleh : Mohamad Khaidir

Menjelajah Arus dimulai!

Serial Sang Penjelajah Arus (1)

Menjelajah adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh perantau dalam rangka mengenal medan, mengenal lingkungan dan alam sekitar. Agar kelak menemukan hikmah, agar kelak menemukan visi, agar kelak menemukan tujuan, lalu menyelaraskannya dengan road map kehidupan, tentang where we are dan where we are to go. Seorang anak muda ingusan tengah melakukan ini, menjelajah, mencoba keluar mencari tantangan, keluar dari comfort zone di kampung Halaman menuju belantara perantauan yang menyediakan ruang untuk berkembang dan tumbuh. Anak muda ini hanya membawa pakaian seperlunya, tetapi dalam segi jumlah layak untuk hidup di tanah rantau selama bertahun-tahun. Bermodalkan sandal sederhana, sandal yang harganya tak sampai seratus ribuan, berwarna cokelat, tampak kumal, tetapi sudah melalui berbagai perjalanan panjang nan indah. Anak muda yang merantau, anak muda yang menjelajah, keberanianlah yang menstimulus keinginannya, niat yang tuluslah yang seharusnya menjadi pijakannya, ini sepertinya akan menjadi kisah yang panjang, kisah yang penuh hikmah, kisah yang penuh dengan warna, mungkin akan ada cerita yang mendebarkan dan meningkatkan adrenalin, mungkin akan ada cerita yang menyejukkan dan menenteramkan hati, mungkin pula akan ada cerita yang jenaka, mari berhenti sejenak, menyimak kisah ini, kalau ingin mencari sesuatu yang ilmiah dan sistematis kau tak akan mendapatkannya disini, sebab ini hanya kisah, aku ingin menyampaikan hikmah serta nilai-nilai kehidupan melalui perantara kisah, ide-ide dan narasi kebaikan yang aku sampaikan juga melalui kisah, ada kisah fiktif dan ada pula kisah nyata, semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua, termasuk penulis secara pribadi, salam semangat dariku yang masih terus menerus belajar dan berproses, salam persahabatan dariku kepadamu yang telah meluangkan waktu untuk membaca, merendahkan egomu sejenak untuk mengurai kisah bersamaku, kuucapkan dengan semangat, selamat membaca!

Oleh : Mohamad Khaidir

TIM A