Sunday, January 12, 2020

Bukti bahwa Kota Palu 3 Dimensi!

Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah adalah Kota 3 Dimensi ? Kata siapa ? Mari kita buktikan bersama-sama. Kata orang-orang terdiri dari laut, gunung, dan lembah, bila berada di ketinggian engkau akan lebih mudah untuk membuktikannya. Salah satu tempat wisata yang sangat baik untuk memandang pemandangan laut, gunung, dan lembah ini adalah Monumen Nosarara Nosabatutu Kota Palu Sulawesi Tengah.

Monumen Nosarara Nosabatutu adalah sebuah monumen, sebuah tugu, sebuah menara, sebuah tempat wisata, sebuah tempat berfoto, sebuah bangunan, sebuah gong perdamaian, yang mungkin berfilosofi semangat persatuan, sesuai dengan sila ke-3, Persatuan Indonesia. Kita bersama, kita bersaudara, kita satu tanah air, kita hidup di langit yang sama, lantas mengapa saling membenci ? Mengapa saling berkonflik ? Mungkin seperti itulah perenungan-perenungan dari makna filosofis Nosarara Nosabatutu.


Monumen Nosarara Nosabatutu Palu, adalah salah satu tempat terbaik untuk membuktikannya, membuktikan bahwa Kota Palu Sulawesi Tengah terdiri dari laut, gunung, dan lembah. Pemandangan yang begitu indah bisa kita amati dari atas monumen ini, bagaimana gunung di pancangkan, gunung yang berwarna biru di seberang lautan. Bagaimana laut menjadi terlihat tenang dari atas, padahal sebenarnya sedang bergelombang. Serta bagaimana sebuah lembah hijau dihiasi oleh perumahan, rumah-rumah warga masyarakat Kota Palu. Ayo segera ke monumen ini untuk membuktikannya! Ayo ke Palu! Ayo ke Sulteng!

Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, January 11, 2020

Membawakan Materi

Serial Sang Penjelajah Arus (6)

Semilir Angin sejuk membelah kesunyian yang menjelajah hingga ke punggung, memberikan ketenangan dan ketentraman dalam hati karena Suhunya membuat tubuh ini nyaman. Jalanan kota agak padat, jadi Irfandi, seorang Mahasiswa yang di tugaskan menjemput Adir, mencoba lewat jalur alternatif membelah Perumahan Tengah Kota Rantau lalu terus hingga perbatasan kota rantau dan Kabupaten Tetangga. Irfandi melaju kencang dengan motor bebek berwarna hijaunya, ada kombinasi warna putih dan hijau di body motornya, melaju kencang menjemput Abdul Muktadir yang di daulat sebagai salah satu pemateri acara Dauroh, sebuah kegiatan yang merupakan pintu masuk atau gerbang rekrutmen lembaga Kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan ini adalah salah satu Lembaga kemahasiswaan yang lahir dari rahim Forum Silaturrahim beberapa Lembaga yang sudah ada sebelum reformasi tahun 1998. Lahirnya lembaga itu sendiri sebagai salah satu Unsur penggerak Mahasiswa pada Peristiwa Reformasi Tahun 1998 memiliki sejarah yang panjang dalam tahap pembentukannya. Pada 25-29 Maret 1998, diadakalah Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus di Universitas Muhammadiyah Malang. Forum saat itu pun duhadiri sekitar 200 orang peserta yang mewakili 69 Lembaga Dakwah Kampus dari sekitar 64 Kampus seluruh Indonesia. Forum ini mengusung tema "Pergerakan Mahasiswa Muslimm Menuju Transformasi Sosial : upaya peningkatan intelektualitas Aktivis Dakwah Kampus". Pertemuan tersebut menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, antara lain terkait isu nasional yang sedang hangat, termasuk pembahasan di Komisi Politik. Komisi Politik Forum ini menyatakan bahwa secara Prinsip menyepakati bahwa krisis yang sedang terjadi merupakan momentum bagi Forum untuk mengemukakan sikap-sikap politiknya secara jelas dan tegas, agar eksistensi Forum diakui masyarakat. Singkat cerita, Komisi Politik Forum ini Sepakat untuk membentuk sebuah wadah khusus bagi para Aktifis Lembaga Dakwah Kampus untuk menyikapi kondisi nasional yang semakin parah termasuk pada tataran Aksi, wadah ini pun terbentuk. Wadah ini kelak menjadi Salah satu lembaga Kemahasiswaan Penggerak Reformasi pada Tahun 1998, yang merupakan tonggak sejarah perubahan dimana Pemuda lah yang menjadi Aktor Utamanya.

Motor Hijau melaju kencang, meninggalkan Kota Rantau. Dalam hati Adir bergumam, "suatu kehormatan bisa diundang untuk sharing bersama rekan-rekan Aktifis lembaga kemahasiswaan. Ini adalah waktu-waktu yang amat berharga bisa bertemu para Pemuda Islam yang mampu melampaui kepentingan Individunya demi kepentingan dan kemaslahatan Ummat. Ummat ini butuh bimbingan, ummat ini butuh Cahaya, cahaya yang berpendar melintasi zaman, memimpin dan mengarahkan manusia berjalan menuju tujuan mengapa ia diciptakan. Masih ada sekelompok Pemuda terus bergerak merekrut dan mengedukasi masyarakat tentang Hakikat Manusia seutuhnya, tentang bagaimana menjadi Manusia yang paripurna layaknya Baginda Nabi SAW. Ditengah pergulatan Ideologi yang tarik menarik ini, Adir harus mampu bertahan dan memahami zamannya, tentu dengan mempersiapkan diri dengan ilmu dan sebaik-baik bekal perjalanan. Arusnya begitu deras, Adir harus mampu, bukan hendak melawan arus, tetapi Adir harus mampu menjelajahinya, lalu mengetahui arah dan hakikat arus tersebut, bukan tidak mungkin suatu saat Adir adalah pemuda yang kelak menjadi Penjelajah Arus, lalu memimpin perubahan bersama pemuda-pemudi produktif, untuk terus bergerak, untuk terus berbuat, untuk terus berkontribusi. Agar masyarakat yang sedang dalam kebingungan ini mengetahui arahnya, mungkin saja ini adalah Arah yang Baru, tentang Kita semua yang masih terbang terlalu rendah padahal langit kita sangat tinggi. Apa mungkin Adir yang sedang belajar menjadi Penjelajah Arus ini akan menemukan Arah Baru bagi dirinya, Arah Baru bagi bangsanya ? Mari terus disini bersamaku mengurai dan mengambil hikmah dari Kisah-kisah panjang ini.

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, January 10, 2020

Sang Pemuda 1000 Masjid (46)

Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah tetap beraktivitas sebagaimana biasanya, berusaha terus bangkit dan terus berbenah. Sebuah masjid yang sangat besar dan luas terletak di tengah Kota Palu, terletak di Jalan Masjid Raya, Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu. Sebuah masjid yang menjadi salah satu ikon Kota Palu, masjid yang selalu ramai pada waktu-waktu shalat. Masjid yang menghidupkan fungsinya bukan hanya beribadah semata, juga menjadi tempat diskusi warga Kota Palu Sulawesi Tengah.

Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu, masjid yang begitu besar di dominasi oleh warna putih bagian luarnya, di sekitaran masjid terdapat sekolah dan pedagang kaki lima berupa warung makan, suasana sekitar masjis begitu hidup. Ditambah lagi di sekitar teras masjid ada tempat buat duduk-duduk sambil ngopi. Berbincang-bincang tentang kekinian, mengobrol soal politik, diskusi mencerahkan, membicarakan tentang perkara keimanan, suasana masjid benar-benar hidup!


Masjid Raya Baiturrahim Lolu Palu, merupakan masjid yang pernah dikunjungi oleh pemuda 1000 masjid di Kota Palu Sulawesi Tengah, setiap ada tokoh nasional, dai nasional, selalu menyempatkan diri datang di masjid ini dan memberikan kajian-kajian islami. Perjalanan mengunjungi masjid-masjid di nusantara akan terus berlanjut, petualangan pemuda 1000 masjid akan terus berlanjut, maukah kau bergabung? Ayo ke masjid!

Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, January 9, 2020

Agent of Change!

Serial Sang Penjelajah Arus (5)

Pantai tampak ramai pengunjung, Pantai yang menjadi ikon Kota Rantau ini juga ada sebuah Masjid di dekat anjungannya, seolah-olah seperti Masjid yang sedang terapung di tengah laut, Masjid dua lantai dengan Desain minimalis nan unik. Pemandangan Pantai juga berjejalan dengan lalu lalang penduduk kota yang mungkin sedang mencari hiburan, mungkin sedang refreshing karena penatnya Aktifitas perkotaan, rutinitas yang mungkin juga akan membuatmu bosan dengan segera, bila tak punya inovasi dan kreatifitas dalam setiap aktifitasmu. Akhirnya Adir bisa juga ke Pantai setelah bertanya kepada tetangga sekitar kost-an, bertanya tentang jalur angkutan kota menuju Pantai yang sangat ramai di sore hari, ekonomi begitu hidup di Pantai ini, penjual jagung Bakar, Minuman Saraba, Roti Bakar, di pinggir jalan tertata rapi, belum lagi di bagian Utara Pantai yang memang disiapkan sebagai kawasan kuliner, rumah makan berjejeran bagai Perumahan, masing-masing punya cita rasa yang Khas sesuai dengan kearifan Lokal Kota rantau, bahkan para pelayan bukan Melayani pelanggan Lokal saja, para turis pun dilayani dengan kefasihan berbahasa Inggris serta senyum Ramah Khas Masyarakat Nusantara yang terkenal dengan keramahannya, seolah-olah kawasan kuliner di bagian Utara Pantai ini memang sudah memiliki blue print masa depan agar kelak menjadi kawasan kuliner Lokal yang go international. Anjungan Pantai juga menyajikan pemandangan laut yang berwarna abu-abu, "kok bisa berwarna abu-abu ya?", Adir berbicara pada dirinya sendiri. Di Kampung Halaman Adir, tepatnya tiga jam perjalanan darat dari kampung Halaman, kita akan menemukan pemandangan yang sangat memukau, pemandangan yang sangat alami, di daerah Pantai Barat kita akan menemukan Danau yang masih sangat alami, hijaunya hutan serta segarnya udara di sekitar Danau sanggup membuat kita terbuai lalu berangan-angan. Bila dibandingkan dengan Danau Plivitce di Kroasia, sungguh masih amat indah Danau yang terletak di Pantai Barat ini. Tak jauh dari Danau ada muara Danau yang langsung menuju Laut di Pantai Barat. Lautnya berwarna hijau dengan karang berukuran sedang menjulang tak jauh dari bibir Pantai, konfigurasi warna yang indah, karang nya berwarna abu-abu, lautnya berwarna hijau, dan pasir putih yang bersih. Tunggu sebentar, lautnya berwarna hijau? Lalu apa yang sedang di saksikan Adir di Pantai yang menjadi ikon Kota Perantauan kali ini, Lautnya berwarna abu-abu? Saking kotornya kah hingga seperti ini? Beberapa pertanyaan menggelayuti pikiran anak muda bernama lengkap Abdul Muktadir ini. Masih adakah organisme laut yang hidup di tengah laut yang sangat kotor ini? Sampah juga terlihat mengapung kesana kemari tepat laut yang berwarna abu-abu. Apakah yang menyebabkan lautnya menjadi kotor seperti ini? Lalu Adir mengalihkan pandangannya ke arah selatan Pantai, tampak kendaraan-kendaraan proyek berukuran besar dalam jumlah yang banyak sedang membawa pasir, bebatuan, serta tanah padat untuk di timbun di atas laut. Tunggu, di timbun di atas laut? Berarti pemandangan yang sedang di saksikan di depan mata Adir ini adalah reklamasi Pantai. Tampak beberapa exkavator berukuran besar berwarna kuning dalam jumlah besar sedang merapikan tanah padat, pasir, dan bebatuan yang di timbun di atas laut. Apakah reklamasi ini yang menjadi penyebab kotornya laut di bibir Pantai? Apakah reklamasi ini yang menyebabkan organisme laut di Bagian Selatan Pantai sulit terlihat? Kalau mau di layani semua pertanyaan ini, sepertinya tak akan pernah ada habisnya, lebih baik saat ini menikmati suasana yang ada di Anjungan Pantai kebanggaan Kota Rantau ini. Orang-orang lalu lalang hilir mudik di sepanjang Anjungan, berfoto di tugu tulisan, tugu-tugu bersejarah, Patung tokoh-tokoh pengubah dunia, tugu Adipura, serta tugu yang mewakili kearifan Lokal Kota Rantau. Tapi ada satu kondisi yang menelisik hati kecil Adir melihat pemandangan beberapa anak muda yang bergandengan tangan dan bermesraan, bersentuhan kulit tanpa risih, bercanda dan berbincang menembus batas-batas yang seharusnya tak boleh di langgar, agak geli bercampur risau ketika menyaksikannya. Sebab, pemandangan ini menjadi semacam pembiaran, dianggap biasa, dan tak ada upaya saling menasihati dalam kebenaran yang terjadi. Jelas saja Adir gelisah dengan situasi ini, gelisah ini semakin menjadi-jadi mungkin karena dirinya juga belum juga menemukan pasangan hidupnya. Harus ada upaya yang di lakukan untuk membimbing anak-anak muda ini, harus ada program terpadu agar pemahaman terhadap interaksi laki-laki dan perempuan beserta batas-batasnya bisa tersebar secara masif di kalangan anak muda. Mungkin saat ini pola pembinaan ini harus segera dibicarakan dengan orang-orang yang sevisi, para engineer peradaban, para penggerak pemuda dan mahasiswa, Kampus menjadi sasaran empuk untuk menyemai serta diseminasi ide-ide besar nan mulia ini. Adir masih punya pekerjaan rumah yang sempat ia dan teman-temannya rintis di Kampus yang berada di kampung Halaman. Kali ini sedikit berbeda, Adir harus berjuang di Tanah rantau, kultur serta situasi dan kondisi yang berbeda membuat Adir harus menjadi quick learner, segera paham kekinian dan kedisinian di tanah rantau, meskipun sebenarnya Adir adalah seorang slow learner, untungnya ia memiliki semangat yang membara, Tekad yang kokoh, serta kemauan yang kuat. Menjadi Pemuda penggerak serta agent of change, siapa takut?

Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, January 8, 2020

5 Tips Berkendara dari Makassar menuju Bulukumba

Tips yang pertama saat kamu berkendara dari Makassar menuju Bulukumba menggunakan kendaraan roda dua adalah, pastikan memakai sepatu yang agak berat, ketika dari Makassar menuju Bulukumba, maka kita akan melintas Jeneponto. Di Jeneponto angin lumayan kencang, maka kita butuh pijakan yang kuat agar bisa menjaga kestabilan dalam mengendarai motor.

Tips kedua adalah, pastikan semua aspek legal formal mu dalam bertualang lengkap, seperti SIM, STNK, KTP, Kartu Pelajar, atau penanda identitas lainnya, agar tak khawatir ketika ada razia atau pemeriksaan kendaraan bermotor, untuk berjaga-jaga saja.

Tips ketiga, gunakan peralatan mengemudi yang lengkap, seperti sarung tangan, kacamata ata kaca helm pun bisa, scarf, jaket, dan jam tangan. Perjalanan ratusan kilometer akan sangat terbantu dengan di dukung oleh perlengkapan mengemudi yang lumayan lengkap.

Tips keempat, pastikan kondisi motormu dalam keadaan terbaik, periksa kondisi oli, busi, ban depan, ban belakang, kestabilan motor, peredam goncangan, rem depan, rem belakang, bensin, agar kondisi motor benar-benar dalam keadaan siap untuk berkendara, dan;

Tips kelima atau yang terakhir adalah, pastikan pula kondisi tubuhmu dalam keadaan yang sehat pula, pastikan telah cukup tidur, tidak terlalu lapar, tidak terlalu kenyang, bila rasa kantuk melanda, jangan ragu untuk singgah sejenak beristirahat, cukup banyak rest area dari Makassar menuju Bulukumba. Demikian lima tips berkendara motor dari Makassar menuju Bulukumba, semoga bermanfaat dan semoga jalan-jalan produktifmu menyenangkan, semoga selamat sampai tujuan.




Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, January 7, 2020

Sarapan Bubur Ayam dan Inspirasi

Serial Sang Penjelajah Arus (4)

Sembari menunggu Bubur ayam, Adir masih asyik bercengkrama dan ngobrol ringan seputar perantauan dengan Vania calon dokter muda dan cantik, ngobrol soal teman-teman SMA yang saat ini juga merantau di Kota yang sama, Kota ini jadi semacam pusat peradaban di Bagian Timur Nusantara. Kota yang sibuk menghubungkan jalur perdagangan tekstil, makanan, emas, nikel, tembaga, padi, biji Kopi pilihan, minyak tawon, sutra, dan komoditi lainnya. Betapa Sumber Daya Alam adalah Karunia Allah SWT untuk kita kelola, manusia harus mengambil peran ini, peran mengelola sumber daya alam, sebab manusia sejatinya adalah pemimpin di muka bumi ini. Abdul Muktadir nama lengkap pemuda rantau yang memiliki visi jauh ke depan ini, tinggi sekitar 172 cm, berambut hitam legam, berwajah tegas dengan alis tebal, kulit hitam manis, murah senyum, cara berjalan agak menunduk, namun semangatnya seakan-akan melebihi semangat zaman (zeitgeist). "Jadi Dir, dalam rangka apa nih ke Makassar", Sapa Vania kepada Adir. "Saya dapat amanah baru disini Van, peluang untuk bekerja di salah satu Kampus terkenal di Kota ini", Adir menjelaskan sambil menggerakkan tangannya seolah-olah sudah menguasai gestur dalam ilmu public speaking, padahal hal tersebut hanya spontanitas saja, mungkin karena sering melihat dan menonton para Pemimpin Bangsa dan Orator handal berpidato di depan khalayak ramai. Obrolan pun semakin cair, saling bertanya kabar keluarga, tempat tinggal, hingga topik pembicaraan yang futuristik, mau jadi apa kita ini di masa depan. Memang saat bertemu kawan semasa SMA akan mengungkit kisah-kisah lama di masa sekolah, serta kondisi diri masing-masing yang saat ini tengah merantau. Merantau memang butuh keberanian, merantau memang butuh bekal, apa arusnya terlalu deras? Ya! Memang sangat deras, fondasi diri harus di kuatkan dengan sebaik-baik dasar, ilmu harus semakin di upgrade agar semakin memahami hakikat kehidupan, dan agar tak terlalu kagum dan terpana dengan menjulangnya gedung-gedung pencakar langit. Sebab, Kastil Tangguh nan kokoh di Masyaf sebagai simbol majunya peradaban yang tampak megah juga hanyalah kastil biasa yang mungkin kelihatan megah tapi hanya sekedar tempat tinggal para kesatria templar berkumpul lalu merencanakan pembunuhan-pembunuhan Keji, tempat para kesatria templar bersepakat bersama pimpinannya untuk meninggikan pajak sehingga rakyat kecil tercekik. Semoga anak muda bangsa kita tidak terlalu terbuai dengan kemegahan yang ada di kota metropolitan, apa iya semudah itu untuk tidak terbuai? Sementara Allah SWT sudah mengingatkan kita di dalam firmanNya bahwa Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Tampaknya narasi ini sedang menggiring kita agar ber-negative thinking soal harta? Sebenarnya bukan seperti itu, ini mungkin terlalu kompleks untuk di jelaskan. Mungkin perlu penekanan bahwa yang berbahaya itu adalah bermegah-megah yang melalaikan, tetapi sungguh lebih elok bila kita menafsirkan sesuatu yang datangnya dari Allah dengan tafsiran para 'Ulama yang merupakan para pewaris Nabi, pandai memeras Dalil. Mungkin kita perlu belajar lebih banyak lagi, belajar dan terus belajar tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap dan mengelola harta.

Usai sudah ngobrol-ngobrol singkat antara Adir sang Anak rantau dan Vania kandidat Dokter Muda, kelak mereka berdua akan menjadi pemuda berpengaruh di masing-masing lingkungan strategisnya. Sarapan Bubur Ayam beserta bincang-bincang ringan selesai sudah, menyisakan semangat untuk terus berkembang, semangat untuk terus belajar, semangat untuk terus membangun, inilah pentingnya membangun jaringan, social currency begitu penting untuk dibangun, dijaga, dan dirawat sampai kapanpun semenjak dari usia sekolah, siapa yang sangka kelak social currency yang sudah dibangun ini akan memudahkan jalan kita di masa depan, ingatkah engkau bagaimana Rasulullah SAW membangun social currency yang memudahkan jalan dakwah Islam menyebar hingga Yastrib dan Abbysinia? Mari disini bersamaku, kita lanjutkan kisahnya.

Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, January 6, 2020

Jalan-jalan ke Bukit Bilaiya Pattalasang Gowa!

Sebuah bukit yang begitu asri dan sejuk di sekitaran Pattalasang Gowa Sulawesi Selatan, bukit yang sedsng dan terus membangun perumahan di sekitarnya, bukan hanya perumahan, tetapi juga daerah sekitar bukit ini tengah bersiap menjadi daerah wisata, terbukti dari hadirnya kolam renang dan beberapa kampung yang sudah menawarkan diri atau mempromosikan diri kepada para pelintas jalan poros bahwa ada kampung wisata.



Bukit Bilaiya Pattalasang Gowa Sulawesi Selatan namanya, terletak di jalan poros Pattalasang menuju Danau Bili-bili, masih sangat asri, udaranya sejuk, pemandangannya pun sangat indah. Buat para penjelajah, singgahlah sejenak di Bukit Bilaiya untuk menyaksikan daerah wisata di masa depan, bukan cuma daerah wisata, bahkan direncakan menjadi daerah pendidikan di masa depan, Ayo ke Gowa! Ayo ke Sulsel!


Oleh : Mohamad Khaidir

BERANI DAN PRODUKTIF

Beranilah menuliskan Gagasan !