JALAN-JALAN KE KOTA TAWAU, GERBANG MASUK MALAYSIA
https://youtu.be/HmPhYQBCEWs
#jalanjalan #jalanjalanproduktif #Tawau #sabah #malaysia
JALAN-JALAN KE KOTA TAWAU, GERBANG MASUK MALAYSIA
https://youtu.be/HmPhYQBCEWs
#jalanjalan #jalanjalanproduktif #Tawau #sabah #malaysia
Berniaga adalah sektor yang sangat menyokong perekonomian masyarakat Malaysia. Termasuk penduduk Malaysia yang merupakan keturunan Indonesia. Di Tenom yang merupakan kota kecil, perniagaan begitu hidup. Bahkan sebagian pedagang di Tenom tinggal jauh dari tempat berniaga, ada yang berjarak hingga 40an Kilometer yang mengharuskan mereka sudah harus bergegas untuk berangkat sebelum azan subuh. Tempat saya berfoto adalah salah satu pasar tradisional yang berdampingan dengan pasar modern kota Tenom, meski kota kecil punya daya sokong luar biasa bagi kebangkitan perekonomian Provinsi Sabah Malaysia pasca pandemi.
Setiap hari, kita terus berkontribusi untuk bangsa kita tercinta, Indonesia. Disadari atau tidak, meski kita tak suka pada kebijakan Pemerintah. Mulai dari mengurus KTP, membayar pajak kendaraan, belanja keperluan sehari-hari juga masuk dalam pajak pertambahan nilai dan pajak perdagangan. Lalu dikemanakan semua kontribusi kita oleh pemerintah? Tentu saja untuk mendanai fasilitas umum seperti jalan, jembatan, pengairan, drainase, dan lain-lain. Bahkan pendanaan yang bersumber dari pajak digunakan untuk menggaji pegawai pemerintah yang semestinya menjadi pelayan dan pengayom masyarakat. Dalam beberapa pos anggaran, juga digunakan untuk program-program pelatihan, pengembangan diri, serta pemberdayaan masyarakat. Hadirlah gagasan Trias politika agar pengaturan dan mekanismenya menjadi rapi, terstruktur, bisa tepat sasaran. Di belakang saya ini adalah salah satu contoh yang ada di negeri Jiran, tepatnya di Malaysia. Sesuai namanya, projek mesra rakyat, karena bersumber dari rakyat maka sudah seharusnya proyek yang dikerjakan juga buat kepentingan umum dan masyarakat. Kata orang Melayu, Projek mustilah mesra rakyat. 👍🏻🙏🏻😊
Perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap diri kita adalah hal yang normal..
Bahkan kembar identik pun punya perbedaan secara personal serta karakternya..
Maka, mari mengelola setiap perbedaan dengan terus belajar, baik belajar melalui referensi yang ada maupun belajar langsung dalam pergaulan kita..
Cukuplah perbedaan Metodologi pengikut Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Syafi'i di masa lalu yang menyebabkan konflik sampai saling bunuh, tak perlu berulang lagi masa sekarang..
Cukuplah perbedaan cara pandang Imam Malik dan Imam Syafi'i tentang Ibnu Ishaq yang menyebabkan kata-kata tak elok tak terbendung lagi, bila berulang lagi di masa sekarang mari kita sadari betapa Nabi SAW menjaga Akhlaknya juga dengan kata-kata serta kalimat baik..
Maka, mari kita belajar, terus belajar, sebab belajar adalah instrumen utama bagi kaum yang berpikir..
Namun seharusnya hal itu tidak mengurangi semangat kita untuk berkarya dan bermanfaat..
Sering sekali saya memerhatikan tulisan singkat atau komentar dangkal yang cenderung ambisius dan subjektif..
Padahal terhadap suatu persoalan kita harus terbiasa menalar secara kritis, membaca berbagai referensi, dan melakukan riset..
Seperti itulah seorang Muslim seharusnya, menalar segala sesuatu dengan mengoptimalkan pikirannya, tidak terjebak dengan simplifikasi ambisius dan subjektif yang tidak mempunyai referensi..
Tidak terjebak dengan simplifikasi persoalan dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, lalu dijawab dengan jargon atau beberapa kalimat singkat saja..
Mari berpikir, mari bernalar, mari membaca, mari melakukan riset, sebab dengan berpikirlah kita menjadi mulia di hadapan Allah SWT dan di hadapan makhluk..