Showing posts with label Bulukumba. Show all posts
Showing posts with label Bulukumba. Show all posts

Tuesday, September 24, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (7)

Selamat datang di Kota Bulukumba Sulawesi Selatan! Selain terkenal dengan Pantai Tanjung Bira dan Tebing Apparalang, Bulukumba masih menyimpan keindahan alam lain yang akan kita ulas pada kesempatan yang lain. Tapi pada kesempatan kali ini, kita akan melanjutkan narasi Pemuda 1000 Masjid, memang bila membicarakan pemuda, maka yang akan kita bicarakan adalah idealisme dan semangat sang pemuda.

Dari Kota Makassar menuju Kota Bulukumba memakan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan darat. Jalan yang dilintasi pun mulus, saking mulusnya kita harus berhati-hati karena kendaraan yang melintas umumnya memacu lajunya secepat mungkin. Saat pertama kali menuju Bulukumba, sang pemuda belum punya gambaran sama sekali mengenai Bulukumba, berapa jam menuju kesana, dan seperti apa kondisi di tempat tersebut, maklum saja, ia hanya pemuda kurus tak terurus yang lebih senang mengunjungi masjid.

Suatu kegiatan berkemah akan diikuti oleh sang pemuda ceking ini, kegiatan berkemah sekaligus pengembangan diri, sangat sayang untuk dilewatkan. Saat itu juga, sang penuda belum tahu bahwa menuju Bulukumba akan melewati 4 Kabupaten sekaligus. Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Bantaeng. Saat berada di Kota Bantaeng, pemuda kurus itu merasa kagum dengan jalan-jalan porosnya yang bersih serta penataan kotanya yang rapi. Pembangunan sarana prasarana publik juga turut menjadi perhatian sang pemuda, karena salah satu ukuran kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan adalah optimalnya pembangunan sarana publik.

Dari Kota Bantaeng menuju Kota Bulukumba hanya sekitar 30 menit saja. Jalanannya mulus, cukup banyak rumah di jalan poros Bantaeng - Bulukumba. Sepanjang jalan poros Bantaeng - Bulukumba kita juga akan menyaksikan pemandangan sawah hijau, kebun jagung yang luas, padang rumput yang keren, gunung biru yang indah, serta pemandangan pantai beserta kegiatan para nelayan. Sangat sayang untuk dilewatkan, sayang bila kita tak menikmatinya.

Sebelum masuk Kota Bantaeng, kita juga akan menyaksikan Pantai Marina Bantaeng, sebuah tempat wisata yang juga tak kalah indah. Gerbang masuk Kota Bulukumba sudah terlihat, padatnya pemukiman penduduk menjadi penanda. Tibalah sang pemuda di Kota Bulukumba, dan tempat yang pertama disinggahi adalah masjid, mengapa masjid? Memang sang pemuda tak ingin jauh-jauh dari masjid dimanapun ia berada.




Islamic Center Dato Tiro Bulukumba, masjid yang sangat besar dan megah. Dato Tiro adalah salah satu nama tokoh penting di Bulukumba, sehingga nama Beliau dinobatkan untuk menjadi nama tempat yang juga vital bagi masyarakat Bulukumba. Islamic Center Dato Tiro Bulukumba juga memiliki ciri khas bangunan yang sepertinya belum tertandingi, kolaborasi berbagai macam warna pada ornamen-ornamen uniknya, kubah utama dan kubah pendukungnya yang berwarna dasar biru, pada bagian depan juga ada warna emas dan warna kuning berpadu indah dengan warna lainnya. Sang Pemuda 1000 Masjid tak ingin melewatkan momentum ini, ia berfoto, juga melakukan perenungan-perenungan mendalam, bahwa setiap jiwa memang merindukan kebaikan. Bila masjid adalah tempat yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan, maka tak salah kan bila sang pemuda merindunya?



Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, August 13, 2019

Begini Perjalanan Darat dari Sinjai ke Bulukumba!

Kota Sinjai merupakan Ibu Kota Kabupaten Sinjai, Sinjai Bersatu, begitu tertulis di Gerbangnya, tampak patung beberapa Ekor Kuda seolah-olah sedang berlari tepat berada di Gerbang. Udaranya sejuk dan dingin, Mobil Minibus yang baru saja membelai mesra Jalan poros Bone Sinjai telah tiba di perbatasan. Singgah sebentar di Sebuah Rumah sederhana, rumah Tembok berwarna Krem tampak begitu sederhana berdiri dengan anggun di antara Pohon-pohon rindang serta bunga-bunga kecil. Halaman depan rumah krem tersebut cukup luas, ternyata halaman luas tersebut adalah bekas rumah panggung yang terbakar, bahkan beritanya sempat viral karena Al-Qur'an yang tersimpan di jendela Rumah panggung sama sekali tidak tersentuh api ketika merah membara melahap rumah panggung tersebut.

Sinjai terkenal dengan beberapa Objek Wisata yang cukup menarik dan memanjakan jiwa petualang anda. Ada Taman Mangrove Tongke-tongke yang sangat Instgramable, sangat indah perpaduan Mangrove, jernihnya lautan, langit yang digantungi sedikit awan mendung, ditambah lagi ada kafe terapung yang cukup unik. Bahkan diseberang lautan sana ada Pulau Sembilan yang juga terkenal. Adapula tempat Pelelangan Ikan populer di Sinjai, yaitu Lelong. Kalau mampir ke Sinjai, agendakanlah waktu khusus untuk menjelajahinya, jadi Backpacker pun nikmat.

Kali ini perjalanan akan menuju Bulukumba, Bumi Panritta lopi, Tempat Perahu Phinisi yang terkenal itu dirakit dan dibuat. Dari Sinjai menuju Bulukumba tak terlampau jauh mungkin sekitar 1 jam perjalanan darat. Melintasi bukit dan gunung yang tak terlalu tinggi, pemandangannya juga sangat indah, Sawah yang berundak-undak di balik bukit, langit yang seolah-olah bertemu dengan permukaan bukit dan pepohonan. Ditambah lagi pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan unggul tak jauh dari tepi jalan, seperti pohon durian dan pohon rambutan, tikungan yang di lewati tak terlalu tajam, hanya saja lengkungannya lebih luas dan panjang, sehingga ketika berbelok seolah-olah sedang di ayun perlahan tapi pasti sekitar 180 derajat lingkaran. Yang beruntung mendapatkan pemandangan Sunset atau sunrise akan lebih takjub lagi sepanjang jalan dari Sinjai Ke Bulukumba, sungguh indah ciptaan Tuhan.

Sekitar 40 menit, tanpa masuk ke Kota Bulukumba, kita bisa berbelok kiri masuk ke jalan alternatif menuju Pantai Bira Bulukumba, Pantai Wisata yang sangat tersohor sampai ke luar negeri, Salah satu Tempat Wisata unggulan di Sulawesi Selatan. Belok kiri di daerah Tanete, kita akan memasuki desa-desa dengan jalanan yang agak kecil, nyaris hanya bisa di lewati 2 Mobil. Masuk sekitar 8 Kilometer, kita akan menemukan satu tempat yang juga sangat indah untuk berfoto ria disini, tempat yang sangat Instagramable, Kebun Karet di Daerah Allu Bulukumba. Menurut cerita, pohon tersebut ditanam dengan sangat rapi saat Inggris sempat mengeksplorasi daerah ini, alhasil kita akan menyaksikan Perkebunan Karet yang rapi jejeran pohonnya, lalu dibalik itu ada padang rumput hijau beratapkan langit, sangat indah.

Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, August 6, 2019

Bangun Indonesia sambil Jalan-jalan

Tanah Selatan begitu luas dan jauh, mengelilinginya butuh waktu yang sangat banyak. Bunyi-bunyi mesin kendaraan berpacu di jalan-jalan poros, angin yang bertiup lumayan kencang sehingga para pengemudi sepeda motor harus berhati-hati melaju. Kincir-kincir angin terus berputar di tanah yang lumayan datar, menjadi saksi bagi yang sedang memandang atau dipandangnya, berputar menghasilkan listrik yang sangat berguna bagi manusia. Kendaraan tetap saja lalu lalang, sementara Bumi Allah yang luas ini harus terus dijelajahi. Mengapa harus di jelajahi? Mungkin agar kita bisa paham akan keindahannya, atau mungkin agar kita bisa merenungkannya, betapa banyak kehidupan yang harus terus berjalan bagaimanapun kondisinya, bagaimanapun beratnya beban, selama Bunga Shaqayeq mekar Hidup harus terus berjalan, begitu pepatah lama Persia.

Lalu dimana kita bisa mengambil inspirasi? Dari Jelajah, dari Telaah, dari Membaca, mungkin akan banyak inspirasi yang terpantik. Kali ini kembali lagi ke Bulukumba Sulawesi Selatan. Sekumpulan pemuda tengah membekali dirinya, tengah meningkatkan kapasitasnya, tengah menaikkan kompetensinya, disalah warung kopi para pemuda sedang berdiskusi. Berdiskusi soal kepemimpinan, pemimpin masa depan yang tidak lain dan tidak bukan melainkan para pemuda. Juga berbincang soal Geopolitik, mengingat pemuda sedang berada di era revolusi industri 4.0, maka geopolitik juga menjadi hal yang harus diketahui.

Tak sampai disitu saja, esoknya hari juga semakin cerah dan langit seolah-olah semakin bertambah birunya. Sebuah Kelas yang sederhana menjadi tempatnya, masih tampak tulisan-tulisan nama menggunakan tipe-x di meja-meja kayu yang berwarna cokelat muda. Masih tampak tulisan-tulisan menggunakan spidol di kursi, tembok, dan papan, khas suasana kelas di masa penulis saat masih mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Namun keterbatasan fasilitas tidak membatasi semangat belajar dan berbuat. Pagi hari mereka belajar dan berdiskusi soal kesukarelawanan, bagaimana seorang pemuda tidak lagi hanya mementingkan pribadinya sendiri, namun juga peduli terhadap lingkungan sekitarnya, melampaui individualisme, menjadi relawan kebersihan, menjadi relawan bencana, bahkan menjadi relawan literasi. Mengajarkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar juga adalah bagian dari kesukarelawanan, bahkan ini adalah sesuatu yang sangat mulia. Siang harinya para penuda-pemudi ini belajar tentang kewirausahaan, serta langsung dirangkaikan dengan praktek pembuatan souvenir cantik buatan tangan.

Para Pemuda-pemudi dengan semangat positif ini menginspirasi dengan terus belajar dan berbuat. Kegiatan-kegiatan positif juga ternyata berefek ganda dan menyebar bagai virus yang mengalirkan energi-energi positif, bila pemuda penuh dengan energi positif, tunggu saja aksinya!
(Bersambung).

Oleh : Mohamad Khaidir

Friday, August 2, 2019

Tak Berapa Lama..

Angin berhembus menembus kulit-kulit kering seperti tak terawat, menerabas maju mencari tekanan udara yang lebih rendah, sampai saat gagasan ini dituliskan, arah yang akan dituju masih belum jelas. Konsep sudah jelas, semua bermula dari inspirasi, inspirasi didapatkan dari ilmu, ilmu di dapatkan dari pengamatan lapangan serta eksperimen. Tak lama lagi, ya, tak berapa lama lagi, arahnya akan semakin jelas. Berkumpulnya ide-ide untuk maju bersama, untuk memperbaiki, untuk membangun, adalah hal-hal positif yang harus terus dibiasakan. Zaman ketidakpercayaan butuh para pemuda yang dalam alam pikirannya di dominasi oleh hal-hal positif, sebab zaman ketidakpercayaan ini terus mengurangi bahkan mereduksi mimpi-mimpi anak muda.

Pantai pasir putih sudah menunjukan kilau tak bersinarnya, namun sempat mengalihkan perhatian mata-mata yang terbiasa dengan pantai berpasir hitam. Kombinasi warna hijau dan biru yang begitu bening berpadu dengan ombak yang bergelombang menambahkan keelokan Pantai Bira Bulukumba. Tak ada yang tahu ada hal-hal negatif apa yang tersembunyi dibalik keindahan panorama alam tersebut, akan tetapi keindahan tempat ini sangat bagus untuk berkontemplasi, merenung langkah-langkah gontai kita yang masih terus mencari arah baru.



Tak berapa jauh, tak berapa lama dari Pantai Bira, ada tebing Apparalang yang juga memanjakan mata. Begitu banyak orang-orang yang berkunjung dan ingin mengabadikan pemandangan alam tersebut, tak sedikit pula yang ingin menunjukan keakuannya dengan melakukan swafoto. Tak ada yang salah dengan hal tersebut, itu adalah hal yang manusiawi. Beberapa pengalaman menjelajah ini semacam menginspirasi untuk segera bergerak, tapi ingat jangan bergerak sendirian ya. Sebab bersendirian membuatmu lemah, berkumpullah dengan teman-temanmu, berkolaborasilah dengan mereka, lakukan hal positif sekecil apapun itu. Agar hal positif memenuhi relung hati, dan tak muat lagi bergelora didalam hati, lalu ia melimpah ruah dalam ucapan dan aksi.

Tak berapa lama, ya, tak berapa lama lagi, ketika arahnya jelas, ketika mulai berkolaborasi, engkau harus ikut bergabung, minimal kebangkitan pemikiran itu lahir dari hasil diskusi kita.

Oleh : Mohamad Khaidir

Ditulis sambil menikmati renyahnya kesibukan beton perkotaan.

BERTUTUR TENTANG JEPANG