Betapa dirimu akan merindukan masjid di masa kecil, banyak kenangan yang tersimpan disana, mengaji bersama teman-teman, shalat tarawih di Bulan Ramadhan, bermain dan bercanda di masjid meski ujung-ujungnya akan dimarahi, betapa engkau merindukannya bukan? Aku juga seperti itu, merindukan masjid yang menyimpan banyak kenangan. Bukan soal besar atau megahnya masjid, tapi ini soal momentum, ini soal apa yang pernah terjadi, dan bersama siapa kita lalui masa-masa itu.
Masjid di masa kecil ini sepertinya akan diceritakan dalam sesi tersendiri. Ada sebuah masjid kecil, masjid sederhana, Masjid Al-Muhajirin Tomposappa Barombong Tamalate Makassar. Sebuah masjid sederhana yang berada di tengah perumahan warga. Meskipun sederhana tetapi memiliki kenangan yang tak terlupakan. Sang Pemuda yang ingin mengunjungi 1000 Masjid juga sempat mampir sebentar di masjid ini. Sebab ide mengunjungi 1000 masjid ini adalah juga untuk mengambil inspirasi dari masjid manapun yang dikunjungi.
Suatu ketika sang pemuda sedang menuju ke Barombong, dari jalan poros Barombong, melintasi jalan yang padat perumahan warga, melintasi sawah-sawah hijau yang terhampar luas, melintasi dan menikmati sejuknya udara di Barombong, sebuah daerah yang menjadi semacam poros Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Takalar. Karena Barombong merupakan bagian dari Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang sangat dekat dengan perbatasan menuju Kabupaten Gowa dan perbatasan menuju Kabupaten Takalar.
Melintasi jalan poros Barombong, menikmati udara dan keindahan alamnya berupa sawah dan drainase yang di aliri air jernih, irigasi lebih tepatnya, sambil melihat rombongan sepeda yang sedang berkeliling dalam programnya, program mengurangi polusi dan hidup sehat. Jalan-jalan produktif ini adalah untuk menghadiri akad seorang sahabat, akad nikah, sebuah ikrar suci yang keren dan mulia, menseriusi hubungan, berjuang bersama dan berumah tangga, mengikat ikatan suci, janji setia untuk bersama. Aduhai, momentum sakral ini sangat dinantikan oleh para pemuda-pemudi yang belum melepas masa lajangnya.
Ketika tiba di lokasi acara, sang pemuda berhenti sejenak untuk mengamati masjid ini, mencoba mengambil inspirasi, memang tak ada ruginya untuk menghadiri undangan. Sebuah masjid sederhana berwarna kuning, di kombinasikan dengan warna hijau, dan kubah kecilnya menjulang tinggi, seolah-olah sedang memantau sawah di sekitarnya, seolah-olah sang kubah tengah menatap rumah-rumah di sekitarnya, rumah para penduduk yang selalu memakmurkannya. Masjid sederhana yang seketika membuat sang pemuda yang mempunyai mimpi mengunjungi 1000 masjid, teringat sejenak kampung halamannya. Tempat sang pemuda belajar mengaji juga adalah masjid sederhana yang tak terlalu besar, tapi memiliki nilai sejarah yang luar biasa. Sang pemuda harus melanjutkan perjalanan lagi, tujuan utama yaitu menghadiri undangan, jadi sampai disini dulu ya narasi tentang masjid dan inspirasinya, jangan lupa yang sedang berada di Tomposappa Barombong, agar mengunjungi masjid ini, Masjid Al-Muhajirin Tomposappa Barombong Makassar. Ayo ke Makassar! Ayo ke Sulsel!
Oleh : Mohamad Khaidir
aku rindu masjid masa kecilku..
ReplyDeletebarombong
ReplyDelete