Friday, September 20, 2019

Lumba-lumba Ceria dan Indahnya Pulau Pasoso

Mari kita jalan-jalan lagi, jalan-jalan produktif kali ini adalah ke sebuah pulau di Provinsi Sulawesi Tengah. Dari Kota Palu Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, kita akan menuju ke sana, dari Jalan R.E.Martadinata Tondo cukup lurus saja mengikuti jalan poros menuju pantai barat. Tempat yang pertama kita tuju adalah Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala. Sekitar 3 jam perjalanan darat, melintasi pantai barat.

Jalan yang dilintasi cukup mulus, tak terlalu ramai , aspal nya mulus, meski begitu harus berhati-hati karena kendaraan yang melintas memacu lajunya. Pemandangan yang akan kita saksikan sepanjang perjalanan adalah pantai, bergantian dengan pemandangan gunung-gunung serta bukit-bukit hijau. Belum ada rest area resmi, hanya saja ada beberapa titik pedagang kaki lima yang menjajakan makanan ringan serta buah-buahan.

Aktifkan google maps agar tak tersesat, bisa juga dengan bertanya ke penduduk sekitar, tentang jalan menuju Balaesang Tanjung Donggala. Begitu sudah menemukan pertigaannya belok kiri, ke arah barat untuk masuk ke Balaesang Kabupaten Donggala, kita akan melintasi desa yang padat penduduk  serta pantai yang tampak birunya. Dari sini jalanan mulai sedikit tak mulus karena bergelombang dan banyak lubang. Pantai yang pertama kita dapati adalah Pantai Walandano Kabupaten Donggala, pantai yang cukup indah, banyak para penjelajah yang singgah sejenak di pantai ini untuk sekedar berfoto atau istirahat sejenak. Batu-batu besar dan cadas menghiasi keindahan pantai tersebut.





Perjalanan kita lanjutkan, ikuti saja jalan poros Balaesang sampai di Desa Malei Kabupaten Donggala. Tujuan kita sebenarnya adalah Pulau Pasoso Kabupaten Donggala. Penulis menyarankan untuk menyewa kapal nelayan dari Desa Malei atau Desa Labean Mapaga untuk menuju Pulau Pasoso Donggala Sulawesi Tengah. Menyeberang ke Pulau Pasoso memakan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam. Selama kapal melaju, nikmatilah pemandangan yang indah, gunung-gunung di Balaesang Tanjung, hijaunya laut lalu berubah menjadi biru dan gelap yang menandakan perubahan kedalaman.

Ujung dari Balaesang adalah Tanjung Manimbaya, sejenak kita akan takjub melihat Mercusuar Tanjung Manimbaya, keindahan alam disekitarnya benar-benar membangkitkan keinginan untuk singgah sejenak. Kapal terus melaju, setelah lewat dari Tanjung Manimbaya, Pulau Pasoso mulai terlihat dekat, lalu kejadian mengejutkan terjadi. Tak jauh dari Tanjung Manimbaya, kami seolah-olah disambut oleh Lumba-lumba, lumba-luma ceria yang meliuk lincah dan melompat di samping kapal kami, kejadiannya berlangsung cukup lama dan membuat seluruh awak kapal mengeluarkan senyum terbaiknya, sayangnya tak sempat terekam kamera milik penulis, benar-benar perjalanan yang berkesan.

Setibanya di Pulau Pasoso, kami disambut oleh hijau dan beningnya lautan serta putihnya pasir di Pulau Pasoso. Tampak beberapa pondok yang menggunakan Solar Panel, tampak pula beberapa penyu sedang berenang, rupa-rupanya Pulau Pasoso adalah tempat budi daya penyu. Tebing-tebing berpadu indah dengan pasir putih dan hijau birunya air laut. Buat kamu yang penasaran, tunggu apa lagi! Ayo ke Donggala! Ayo ke Sulteng!





Oleh : Mohamad Khaidir

Thursday, September 19, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (5)

Pemuda masjid pada perjalanannya kali ini akan melintasi pulau, diluar pulau Sulawesi. Sang pemuda ini punya jiwa petualangan dan rasa ingin tahu yang tinggi, jalan-jalan produktif kali ini adalah mewakili kampusnya. Dengan modal keberanian dan dana seadanya, kali ini ia memulai petualangan dari Surabaya Jawa Timur. Memang saat itu lebih hemat biaya bila ke Surabaya terlebih dahulu. Dan saat itu juga adalah pengalaman pertama sang pemuda menjejak kakinya di Kota Surabaya Jawa Timur.

Hanya modal bertanya, ia berani saja dari bandara langsung menuju terminal Purabaya, bersiap-siap mengunjungi Kota Pendidikan, Kota Yogyakarta, Ibu Kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekali lagi dengan modal keberanian dan dana seadanya, naik bus menuju Yogyakarta dari Terminal Purabaya Surabaya Jawa Timur. Tak punya pengalaman melintas via perjalanan darat antar kota di Pulau Jawa, ia meneruskan petualangannya. Selama di dalam bus pun ia tak tahu berapa jam perjalanan yang akan ditempuh menuju Yogyakarta, baginya ini adalah kesempatan untuk beristirahat sambil benar-benar menikmati perjalanan.

Sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Yogyakarta, sang pemuda menikmati pemandangan perkotaan, pemandangan pegunungan beserta pohon pinusnya, informasi untuk bertanya hanya pada sopir atau karyawan bus yang sedang ia tumpangi. Bus yang ia tumpangi sangat nyaman, tersedia televisi di dalamnya, nyaman untuk berbaring, sesekali sang pemuda menengok ke jendela melihat kereta api yang sedang melaju. Selama ini sang pemuda hanya menyaksikannya di televisi, sekarang menyaksikannya secara langsung, sang pemuda memang orang kampung yang pemberani!

Malam harinya, bus sudah hampir sampai di Kota Yogyakarta, kata karyawan bus. Langsung saja sang pemuda menyebutkan tujuannya, Kampus Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan akhirnya bus berhenti di suatu persimpangan yang memungkinkan kita bisa menggunakan kendaraan umum menuju Kampus UGM. Tiket pesawat menuju Bandara Adi Sucipto Yogyakarta cukup mahal, maka sang pemuda yang ingin menghemat biaya keberangkatan berinisiatif untuk menuju Kota Surabaya lalu melanjutkan perjalanan darat ke kota pendidikan tersebut.

Dalam batinnya, pemuda ini bertanya-tanya mengapa Yogyakarta disebut sebagai kota pendidikan, apa yang membuatnya disebut sebagai kota pendidikan? Ketika tiba di kota tersebut, sedikit demi sedikit ia menjadi tahu alasannya, hampir di setiap jalan poros dan jalan kecil di tengah kota sekolah dan kampus pasti ada dan jumlahnya sangat banyak. Malam itu, ketika tiba di Yogyakarta, sang pemuda sempat kepikiran malam ini menginap di masjid saja, lagi pula masjid adalah tempat yang sangat positif. Sang pemuda 1000 masjid akhirnya tiba di tempat tujuan, hampir jam 12 malam ia tiba di Kampus UGM, untung saja ada panitia kegiatan yang mengarahkan mereka untuk makan malam lalu menginap di Masjid Kampus UGM.





Masjid Kampus UGM adalah masjid yang sangat besat dengan keunikan arsitekturnya, tamannya biasa digunakan masyarakat untuk melaksanakan hajatan pernikahan, maklum taman Masjid Kampus UGM memang sangat indah. Sang pemuda sempat membatin dalam dirinya, "tak akan tersesat orang yang hatinya terpaut dengan masjid". Jadi, apakah hari ini engkau sudah mengunjungi masjid wahai pemuda?



Oleh : Mohamad Khaidir

Wednesday, September 18, 2019

3 Cahaya Bening di Air Terjun Bantimurung Tombolo Pao!

Perjalanan kali ini kita akan menuju Puncak Malino Kabupaten Gowa, tetapi tujuan utamanya adalah sebuah air terjun. Lagi-lagi air terjun, air terjun dengan kesegaran airnya, kejernihan airnya, kesejukan dan kebersihan udaranya, hijaunya tumbuhan disekitarnya. Jalan-jalan produktif kali ini melintasi Puncak Malino, sebuah daerah yang dicanangkan sebagai tempat wisata di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, Keindahan alamnya luar biasa!

Menuju Malino, dari Kota Makassar, kita cukup mengikuti jalan poros Sultan Alauddin, terus menuju perbatasan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Memasuki Jalan Sultan Hasanuddin, kita cukup mengikuti jalan poros Kota Gowa, melintasi 3 lampu lalu lintas, belok kiri ke arah Malino sebelum Jembatan Kembar Gowa. Ikuti jalan poros dan penunjuk arah yang ada, atau bisa mengetiknya di google maps "Malino". Jalan yang dilintasi termasuk mulus, melintasi cukup banyak pertambangan, beberapa desa, juga melintasi 2 tempat rekreasi di dekat Bendungan Bili-bili Kabupaten Gowa.

Jalan yang dilalui selanjutnya adalah jalan beton yang berbelok-belok, cukup banyak belokan yang akan kita lintasi, selama pengerjaan dan penyempurnaan jalan, mobil yang melintas harus bergantian lewat. Begitu tiba di Malino, kita akan menyaksikan pemandangan hijaunya tumbuh-tumbuhan, pohon pinus, serta menikmati segarnya udara pegunungan. Benar-benar udara pegunungan yang orisinil, rasanya segar, suhunya dingin, serta terlihat kabut-kabut yang menyelimuti beberapa tempat.

Kota Bunga Malino, begitu yang tertulis di gerbang masuknya, kita lanjutkan perjalanan melewati perkemahan Lembanna, belok ke arah Kanrapia, lalu kita akan sampai di Tombolo Pao, dekat dengan perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. Air Terjun Bantimurung di Tombolo Pao sungguh indah, menikmati pemandangan sekitar air terjun, menikmati udara segar dan hijaunya pepohonan, bunyi air yang deras turun. Jalan-jalan produktif di Air Terjun Bantimurung Tombolo Pao adalah perjalanan yang seru dan menantang, sekitar 2-3 jam dari Kota Makassar bila kondisi lalu lintas tak terlalu padat.

Pemandangan di Air Terjun Bantimurung Tombolo Pao Kabupaten Gowa punya ciri khas tersendiri, berbeda dengan Air Terjun Bantimurung Kabupaten Maros. Air Terjun Bantimurung Tombolo Pao memiliki 3 aliran air dari atas, seolah-olah 3 Cahaya Bening. 3 aliran air tersebut, terdiri dari 2 aliran air yang besar, dan 1 aliran air yang kecil, batu besar yang berlumut, hijaunya pepohonan dan tumbuhan serta birunya langit dan segarnya udara melengkapi kunjungan anda ke air terjun ini. Ayo ke Malino! Ayo ke Gowa! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

Tuesday, September 17, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (4)

Betapa dirimu akan merindukan masjid di masa kecil, banyak kenangan yang tersimpan disana, mengaji bersama teman-teman, shalat tarawih di Bulan Ramadhan, bermain dan bercanda di masjid meski ujung-ujungnya akan dimarahi, betapa engkau merindukannya bukan? Aku juga seperti itu, merindukan masjid yang menyimpan banyak kenangan. Bukan soal besar atau megahnya masjid, tapi ini soal momentum, ini soal apa yang pernah terjadi, dan bersama siapa kita lalui masa-masa itu.

Masjid di masa kecil ini sepertinya akan diceritakan dalam sesi tersendiri. Ada sebuah masjid kecil, masjid sederhana, Masjid Al-Muhajirin Tomposappa Barombong Tamalate Makassar. Sebuah masjid sederhana yang berada di tengah perumahan warga. Meskipun sederhana tetapi memiliki kenangan yang tak terlupakan. Sang Pemuda yang ingin mengunjungi 1000 Masjid juga sempat mampir sebentar di masjid ini. Sebab ide mengunjungi 1000 masjid ini adalah juga untuk mengambil inspirasi dari masjid manapun yang dikunjungi.

Suatu ketika sang pemuda sedang menuju ke Barombong, dari jalan poros Barombong, melintasi jalan yang padat perumahan warga, melintasi sawah-sawah hijau yang terhampar luas, melintasi dan menikmati sejuknya udara di Barombong, sebuah daerah yang menjadi semacam poros Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Takalar. Karena Barombong merupakan bagian dari Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang sangat dekat dengan perbatasan menuju Kabupaten Gowa dan perbatasan menuju Kabupaten Takalar.

Melintasi jalan poros Barombong, menikmati udara dan keindahan alamnya berupa sawah dan drainase yang di aliri air jernih, irigasi lebih tepatnya, sambil melihat rombongan sepeda yang sedang berkeliling dalam programnya, program mengurangi polusi dan hidup sehat. Jalan-jalan produktif ini adalah untuk menghadiri akad seorang sahabat, akad nikah, sebuah ikrar suci yang keren dan mulia, menseriusi hubungan, berjuang bersama dan berumah tangga, mengikat ikatan suci, janji setia untuk bersama. Aduhai, momentum sakral ini sangat dinantikan oleh para pemuda-pemudi yang belum melepas masa lajangnya.




Ketika tiba di lokasi acara, sang pemuda berhenti sejenak untuk mengamati masjid ini, mencoba mengambil inspirasi, memang tak ada ruginya untuk menghadiri undangan. Sebuah masjid sederhana berwarna kuning, di kombinasikan dengan warna hijau, dan kubah kecilnya menjulang tinggi, seolah-olah sedang memantau sawah di sekitarnya, seolah-olah sang kubah tengah menatap rumah-rumah di sekitarnya, rumah para penduduk yang selalu memakmurkannya. Masjid sederhana yang seketika membuat sang pemuda yang mempunyai mimpi mengunjungi 1000 masjid, teringat sejenak kampung halamannya. Tempat sang pemuda belajar mengaji juga adalah masjid sederhana yang tak terlalu besar, tapi memiliki nilai sejarah yang luar biasa. Sang pemuda harus melanjutkan perjalanan lagi, tujuan utama yaitu menghadiri undangan, jadi sampai disini dulu ya narasi tentang masjid dan inspirasinya, jangan lupa yang sedang berada di Tomposappa Barombong, agar mengunjungi masjid ini, Masjid Al-Muhajirin Tomposappa Barombong Makassar. Ayo ke Makassar! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

Monday, September 16, 2019

Pelangi Kecil di Air Terjun Wera Sigi!

Bunyi gemericik air, bunyi derasnya air menghantam bebatuan, jernihnya air berkilau diterpa sinar matahari, pemandangan lazim yang kita saksikan bila berkunjung ke air terjun. Tunggu, bagaimana bagi mereka yang belum pernah ke air terjun? Santai saja, suatu saat kalian akan kesampaian juga berlibur dan berekreasi ke air terjun. Kali ini jalan-jalan produktif kita berlokasi di Bumi Tadulako Sulawesi Tengah.

Kota Palu adalah kita tiga dimensi, begitu kata seorang teman, ada gunung yang menjulang di bagian timur dan barat, ada lembah yang datar, dan laut beserta pantainya yang indah terbalut dalam Teluk Palu. Dari Kota Palu Sulawesi Tengah, kita akan menuju ke Air Terjun Wera Kabupaten Sigi. Penulis punya pengalaman yang tak terlupakan tentang air terjun ini, penulis pernah berjalan kaki dari Air Terjun Wera Kabupaten Sigi menuju Taman GOR Kota Palu. Perjalanan yang tak terlupakan  dan sangat berkesan, sekitar 9 jam perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki.

Jalan dari Kota Palu menuju Kabupaten Sigi sangat mudah untuk kita temukan, karena jalanannya sudah bagus dan beraspal mulus. Dari bundaran palupi, kita belok kiri ke arah selatan Kota Palu. Cukup mengikuti saja Jalan Poros Palupi menuju Kabupaten Sigi, kita akan melintasi beberapa desa, pemandangan yang akan kita saksikan juga sangat memukau dan membuat kita kagum. Sepanjang perjalanan kita melintasi kaki gunung, tampak gunung berwarna biru di sebelah barat berkonfigurasi dengan bukit-bukit kecil berwarna krem beserta pepohonan dan tumbuhan khas tanah tandus.

Agar tidak tersesat, aktifkan google maps dan ketik "Air Terjun Wera Sigi", kita jugs akan mendapatkan pemandangan sawah hijau yang terbentang luas, gunung biru yang kini tampak hijau karena jaraknya semakin mendekat ke jalan poros. Rumah-rumah khas pedesaan, kantor desa, masjid, ternak-ternak, inilah Indonesia, asli Indonesia! Tampak dari kejauhan, kita akan melihat air terjun tersebut, berwarna putih dari kejauhan, muncul di antara hijaunya tampilan gunung dan kaki gunung, membuat para petualang yang sedang melakukan jalan-jalan produktif nya tergerak untuk bergegas menuju kesana.

Penunjuk jalannya tampak sudah kusam, kita belok kanan ke arah barat menuju gunung, menuju air terjun tersebut. Penanda jalan yang masih jelas adalah Sekolah Tinggi Teologia, bila menemukan penanda jalan tersebut artinya anda berada di jalan yang benar menuju Air Terjun Wera Kabupaten Sigi.  Jalanan mulai tidak mulus, yang tadinya aspal mulus mulai berbatu, mulai dari berbatu halus menjadi berbatu kasar sampai memang benar-benar menjadi tanah. Melewati gereja, kendaraan kita parkirkan tak jauh ke depan, tepatnya di rumah warga.




Berjalan kaki mulai di lakukan dari sini, kita melintasi jalan setapak yang penuh dengan semak, melintasi jembatan gantung, harus berhati-hati dengan keberadaan larva kaki seribu yang berwarna putih sepanjang jalan dan hinggap di dedaunan. Kita juga akan mendapati dataran dan pos yang tampak tua, dataran ini biasanya digunakan untuk berkemah. Lereng yang akan kita lintasi nyaris miring 90 derajat, harus benar-benar berhati-hati dan berpegangan pada tumbuhan atau batu.




Jalan setapak menuju air terjun panjang, naik turun, berbatu. Untuk yang suka tantangan bisa mencoba melintasi jalur air terjun, melewati air dan bebatuan, tetapi harus dalam pengawasan profesional, sebab ada beberapa arus yang cukup kencang di jalaur air terjun dan berpotensi membuat kita hanyut. Ketika sampai di puncak air terjun, ada kepuasan tersendiri yang kita dapatkan, mencintai negeri ini dengan bertualang, menikmati keindahan alam, paduan pancaran air dan sinar matahari membentuk sebuah pelangi kecil di puncak Air Terjun Wera Kabupaten Sigi. Buat kamu para petualang, harus menyempatkan diri mengunjungi tempat ini, Ayo ke Sigi! Ayo ke Sulteng!





Oleh : Mohamad Khaidir

Sunday, September 15, 2019

Sang Pemuda 1000 Masjid (3)

Ayo ke Masjid, ayo ke Masjid, bersama kita membangun Negeri! Begitu petikan mars salah satu  Organisasi Kemasyarakatan yang bergerak pada bidang pemberdayaan Masjid di Indonesia. Sepertinya mars tersebut mempunyai makna bahwa dengan bergerak menuju ke Masjid kita sedang melakukan hal-hal yang besar, dengan menuju ke Masjid kita sedang melakukan kerja-kerja peradaban, dengan menuju ke Masjid kita sedang mengerjakan kegiatan-kegiatan positif. Ya, memang seperti itulah adanya, itulah mengapa para pemuda Bangsa ini harus sering-sering mengunjungi Masjid.

Seorang pemuda ingusan dari sebuah kampus negeri berkesempatan untuk mewakili kampusnya di sebuah perhelatan besar, lokasinya di Kampus Negeri di Timur Indonesia. Betapa bahagianya pemuda ini, tahun pertama menimba ilmu di kampisnya langsung ditunjuk oleh para senior-seniornya untuk menjadi delegasi, perwakilan kampus negeri. Setelah sehari semalam naik bus dari Palu menuju Makassar, berbagai kejadian tak terduga terjadi. Mulai dari dilemparnya kaca mobil bus, mobil kecil yang menyerempet bus, kibaran bendera-bendera mancanegara saat di Sulawesi Barat, penuh dengan keseruan dan ketegangan.

Kota Makassar atau Kota Daeng, menginap semalam di Kota ini, rombongan delegasi kemudian melanjutkan perjalanan via udara, bertolak dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menuju Kota Ambon Maluku Indonesia Timur. Setibanya di Bandara, sang pemuda yang tengah melakukan jalan-jalan produktif ini bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Universitas Pattimura Ambon. Ini adalah pertama kali bagi sang pemuda tadi mengunjungi Kota Ambon, matanya melihat dengan saksama setiap detil yang tak pernah dilihatnya di daerah asalnya. Terkagum-kagum dengan keindahan alamnya dan tampilan kota yang damai.

Sesampainya di Universitas Pattimura Ambon,  rasa kagum juga masih ada, bangunan-bangunan kampus yang megah dan besar, luasnya areal kampus, uniknya desain bangunan kampus khas Indonesia Timur. Akhirnya yang pertama dilakukan adalah registrasi, sang pemuda istirahat sejenak di salah satu ruang di dalam kampus untuk bersiap-siap registrasi. Kampusnya sejuk dan tamannya tertata rapi. Ketika tiba waktu Shalat, para peserta diarahkan untuk menuju Masjid Kampus, jaraknya tak terlalu jauh, melewati beberapa fakultas, taman, dan kolam air tawar untuk sampai ke Masjid tersebut.




Tak bisa dipungkiri, dimanapun pemuda ini berada, Masjid adalah tempat terasyik, tempat yang tenteram untuk di kunjungi. Pemuda-pemuda lainpun akan merasakannya jika setiap hari mengunjungi Masjid. Sang Pemuda 1000 Masjid bukan sekedar gagasan kosong, tetapi sebuah gagasan sederhana yang akan berdampak besar bagi pembangunan karakter Pemuda Indonesia. Masjid Kampus Universitas Pattimura Ambon memiliki kesamaan desain dengan beberapa Masjid Kampus Negeri yang pernah sang pemuda kunjungi, sebuah penyeragaman yang positif menurut penulis, desainnya unik, dan berkapasitas ratusan jama'ah. Dimanapun kita berada, jangan lupakan Masjid ya. Ayo ke Masjid! Ayo ke Ambon!




Oleh : Mohamad Khaidir

Saturday, September 14, 2019

Jernihnya Air Terjun Jami' Maros!

Perjalanan kita kembali ke Kabupaten Maros, Kabupaten dengan banyak gunung serta aliran air menjadikannya mempunyai banyak tempat eksotis untuk kita kunjungi, bahkan pada perjalanan kali ini kita akan mengunjungi tempat wisata yang masih sangat alami. Bila memulai perjalanan ini dari Makassar, penulis menyarankan agar melewati jalan alternatif Moncongloe yang bisa tembus ke Jalan Poros Kariango Maros.

Agar memudahkan perjalanan, pasang pin atau ketik di google maps Pucak Maros, ini akan memudahkan perjalanan anda menuju Air Terjun Jami' Tompobulu Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Ya! Tujuan jalan-jalan produktif kali ini adalah Air Terjun Jami' Tompobulu Maros. Menuju Pucak Maros, jalannya relatif aman tanpa hambatan, pastikan kendaraan anda dalam keadaan baik, cek ban dan keadaan mesin secara teliti. Jalan yang di lalui adalah jalanan Beton yang cukup kokoh untuk dilintasi.

Sepanjang perjalanan harus lebih fokus dan berhati-hati, karena jalan poros menuju Pucak Maros banyak di lintasi mobil-mobil truk dari yang berukuran kecil, sedang, sampai yang berukuran besar. Mobil truk tersebut juga mengangkut material untuk bangunan, mungkin saja akan di antarkan ke beberapa titik yang sedang membangun perumahan, mengingat ada beberapa lahan yang sedang dibangun perumahan sepanjang jalan poros menuju Pucak Maros.

Pemandangan yang akan kita saksikan sepanjang jalan akan di dominasi oleh pepohonan, baik pepohonan tinggi maupun semak belukar, juga melintasi beberapa desa, rumah-rumah sederhana bergantian muncul dengan pemandangan alam yang menyegarkan. Semilir angin sejuk juga menerpa kulit, betapa Indonesia benar-benar adalah sepenggal Surga seperti kata salah seorang penulis.

Jalan-jalan produktif kali ini cukup menantang, karena setelah menempuh perjalanan sekitar 90 menit menuju Pucak Maros, kita masih harus meneruskan perjalanan melalui jalan yang sangat menantang sekitar 90 menit lagi. Pucak Maros adalah daerah wisata yang cukup indah, ada bumi perkemahan yang tersedia, ada penginapan, tempat pelatihan, serta fasilitas kolam renang dan kantin, sepertinya penduduk Pucak Maros sudah menyiapkan diri untuk menyiapkan diri menyambut wisatawan. Pedagang setempat juga menjual barang dengan harga murah, mungkin agar wisatawan semakin betah berlama-lama di Pucak Maros.



Sesampainya di Pucak Kabupaten Maros, kita akan menuju Air Terjun  Jami' Tompobulu, dari sini kita bisa bertanya kepada penduduk lokal atau bertanya kepada petualang yang pernah berkunjung ke tempat tersebut. Sebenarnya jaraknya cukup dekat, hanya saja jalanan yang tidak di renovasi membuat kita yang melewatinya memerlukan waktu yang cukup lama untuk melintasinya. Air Terjun Tompobulu Maros adalah salah satu keindahan alam sajian khas Indonesia, airnya begitu jernih, berwarna kehijauan. Kombinasi cahaya matahari di air terjun, dan bayangan yang di bentuk pepohonan menambah keindahan alam sekitar air terjun. Salah satu cara kita mencintai bangsa ini adalah dengan menjelajahinya. Dengan menjelajahi Negeri, semoga rasa syukur kita semakin bertambah, semakin tahu diri betapa kita ini beruntung karena Tuhan menakdirkan kita untuk hidup dan mengabdi untuk Indonesia. Ayo ke Maros! Ayo ke Sulsel!



Oleh : Mohamad Khaidir

BERTUTUR TENTANG JEPANG